Penilaian  IPS  yang  digunakan  dalam  penelitian  di  kelas  V  SDN Gunungpati  01Kota  Semarang  ini  adalah  menggunakan  teknik  tes  dan  non  tes.
Teknik tes yang digunakan adalah melalui soal evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran  setiap  siklusnya.  Tes  yang  digunakan  untuk  menguji  tingkat
pemahaman  siswa  aspek  kognitif.  Sedangkan  teknik  non  tes  yang  digunakan adalah  melalui  observasi  terhadap  keterampilan  guru,  aktivitas  siswa,  serta  hasil
belajar.
2.2.  Kajian Empiris
Penelitian  ini  juga  di  dasarkan  pada  penelitian  yang  telah  dilakukan  oleh peneliti  sebelumnya  terhadap  model  pembelajaran  kooperati  tipe  STAD  dan
penggunaan  media  visual  dalam  pembelajaran.  Adapun  hasil  penelitian  tersebut antara lain:
Penelitian  Andriana  Lusitasari  2013  berjudul  Meningkatkan  Hasil Belajar  IPS  Melalui  Penggunaan  Model  Pembelajran  Kooperatif  Tipe  Student
Team  Achievement  Division  STAD  pada  siswa  kelas  V  A  SD  2  Sungapan Kabupaten  Bantul,  skripsi  Universitas  Negeri  Yogyakarta.  Hasil  penelitian
menunjukkan  kualitas  pembelajaran  pembelajaran  IPS  melalui  model  kooperatif tipe  STAD  terbukti  meningkatkan  hasil  belajar  siswa.  Peningkatan  hasil  belajar
siswa  tersebut  dapat  dilihat  dari  nilai  yang  diperoleh  siswa  sebelum  dan  ses udah dilakukan tindakan. Sebelum dilakukan tindakan ada 8 siswa  atau  44,44
dari seluruh siswa yang mendapat nilai ≥ 65. Setelah dilakukan tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di siklus I, hasil tes di siklus I ada 11 siswa atau 61,11  dari seluruh siswa yang mendapat
nilai ≥ 65. Demikian pula
setelah dilakukan perbaikan dengan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe
STAD  di  siklus  II  dengan  pembentukan  kelompok  yang  lebih   heterogen, pembagian tugas dalam kelompok, pembagian waktu dan pemberian penghargaan
yang  lebih  menarik  pada  siklus  II,  dapat  meningkatkan  hasil  belajar  IPS  siswa, ditandai ada 15 siswa atau 83,33  dari seluruh siswa yang mendapat nilai ≥ 65.
Nilai rata-rata hasil tes meningkat, pada siklus I yaitu 65,00 sedangkan pada siklus II yaitu 74,17.
Hasil  penelitian  Nurul  Apriliya  2014  berjudul Peningkatan  Kualitas
Pembelajaran  Ips  Melalui  Model  Kooperatif  Tipe  Stad  Dengan  Media  Audio Visual  Pada  Siswa  Kelas  Iiib  Sdn  Karanganyar  02  skripsi  Universitas  Negeri
Semarang.  Hasil  penelitian  menunjukkan  dengan  menerapkan  pembelajaran kooperatif  tipe  STAD  terbukti  dapat  meningkatkan  keterampilan  guru,  aktivitas
siswa dan hasil belajar siswa.  Keterampilan  guru pada siklus  I memperoleh skor 27  dengan  kategori  baik,  siklus  II  memperoleh  skor  31  dengan  kategori  sangat
baik  dan  pada  siklus  III  memperoleh  skor  32  dengan  kategori  sangat  baik.  2 Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh skor 17,48 kategori baik, pada siklus II
memperoleh skor 23,60 kategori baik dan pada siklus III memperoleh skor 25,82 kategori  sangat  baik.  3  Persentase  ketuntasan  klasikal  pada  siklus  I  52,52,
meningkat pada siklus II menjadi 69,56, dan meningkat pada siklus III menjadi 86,95.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  indikator  keberhasilan  yang  ditetapkan,
yaitu kriteria keterampilan guru dan aktivitas siswa sekurang-kurangnya baik dan ketuntasan  hasil  belajar  klasikal  ≥  75  sudah  tercapai  sehingga  penelitian  ini
dinyatakan berhasil.
Menurut  penelitian  Reza  Syehma  Bahtiar  2013  berjudul  Penggunaan Media  Visual  Untuk  Meningkatkan  Hasil  Belajar  Pada  Tema  Lingkungan  Siswa
Kelas  Ii  Sekolah  Dasar,  skripsi  Universitas  Negeri  Surabaya.  Hasil  penelitian menunjukkan  bahwa  aktivitas  guru  mengalami  peningkatan  selama  dua  siklus
dengan  persentase  ketuntasan  76,65  pada  siklus  I  dan  92,19  pada  siklus  II. Pada aktivitas siswa mengalami peningkatan selama dua siklus dengan persentase
ketuntasan  76,79  pada  siklus  I  dan  91,07  pada  siklus  II.  Pada  hasil  belajar siswa  juga  mengalami  peningkatan  dengan  persentase  70  pada  siklus  I  dan
93,33  pada  siklus  II.  Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  media  visual dapat  meningkatkan  hasil  belajar  pada  tema  lingkungan  siswa  kelas  II  Sekolah
Dasar. Berbagai  penelitian  diatas,  dengan  penerapan  model  pembelajaran
kooperatif  tipe  STAD  berbasis  media  visual  dapat  dibuktikan  bahwa  kualitas pembelajaran meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa,  dan hasil belajar siswa
meningkat. Sehingga dengan melihat kajian empiris tersebut dapat menjadi acuan dalam  penelitian  yang  akan  dilakukan  yaitu  peningkatan  kualitas  pembelajaran
IPS melalui model kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN Gunungpati 01 Semarang.  Selanjutnya  hasil  penelitian  yang  akan  dilakukan  diharapkan
digunakan untuk melengkapi penelitian-penelitan yang sudah ada sehingga dapat menambah pengambangan pengetahuan.
2.3.Kerangka Berpikir
Berdasarkan  hasil  observasi  di  kelas  V  SDN  Gunungpati  01  Kota Semarang  ditemukan  dalam  pembelajaran  IPS  diantaranya  guru  kurang
mempersiapkan  suatu  pembelajaran  baik  dari  media,  RPP,  maupun  sumber belajar.  Kecenderungan  yang  salah  bahwa  IPS  adalah  mata  pelajaran  hafalan.
Proses  pembelajaran  kurang  memperhatikan  perbedaan  individual.  Pembelajaran juga masih berpusat pada guru bahwa guru mengharuskan siswanya untuk duduk,
diam, catat, dengar, dan hafal. Guru dalam menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan kerja kelompok masih bersifat konvensioal. Media pembelajaran juga
kurang optimal penggunaannya. Sumber belajar baru menggunakan buku teks dari sekolah.
Akibat  dari  hal  tersebut,  saat  siswa  mengikuti  pembelajaran  IPS  menjadi jenuh  dan  cenderung  pasif.  Bahwa  pada  saat  pembelajaran  IPS  beberapa  siswa
terlihat bosan, ada juga yang ramai berbicara dengan teman, bermain sendiri, dan ada  juga  yang  mengganggu  teman.  Siswa  yang  pandai  terlihat  lebih  cepat
menguasai  materi  pembelajaran  sedangkan  siswa  yang  kurang  pandai  cenderung tertinggal. Tingkah laku siswa yang pasif tentu menjadi permasalahan bagi guru,
sebab kenyataan ini sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut didukung dengan hasil  rata-rata ulangan harian siswa kelas V
SDN Gunungpati 01 Kota Semarang mata pelajaran IPS masih jauh dari Kriteria Ketuntasaan  Minimal  KKM  yang  ditetapkan  sekolah  yaitu  sebesar  65  dimana
dari 18 siswa hanya 6 atau 33 siswa yang rata- ratanya ≥ 65 sedangkan 12 atau
67  siswa  rata- ratanya  ≤  65,  nilai  rata-rata  tertinggi  75  sedangkan  rata-rata
terendah 40, nilai rata-rata kelas 50,2. Melihat  data hasil belajar dan pelaksanakan mata pelajaran tersebut perlu
sekali  proses  pembelajaran  untuk  ditingkatkan  kualitasnya  yang  meliputi
keterampilan  guru  dalam  mengelola  pembelajaran,  aktivitas  siswa  dan  hasil belajar siswa.
Berdasarakan  hasil  diskusi  dengan  tim  peneliti  model  kooperatif  tipe STAD  berbasis  media  visual    dipandang  mampu  memecahkan  permasalahan
tentang  rendahnya  kualitas  pembelajaran  IPS  meliputi  rendahnya  keterampilan guru,  aktivitas  siswa,  dan  hasil  belajar  siswa  kelas  V  SDN  Gunungpati  01  Kota
Semarang. Hal  tersebut  tersebut  dapat  digambarkan  dalam  bagan  kerangka  berfikir
sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Kondisi
Awal
1. Perilakuketerampilan guru meningkat 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat
3. Hasil belajar meningkat Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbasis media visual, dengan langkah-langkah pokok menurut Slavin dalam shoimin 2014:186-187 sebagai berikut :
1. Presentasi kelas dengan memasukkan media visual 2. Kerja tim dalam bentuk tim kooperatif
3. Mengadakan kuis individual 4. Peningkatan nilai individual
5. Penghargaan tim Kesemuanya dilakukan dalam  3 siklus yaitu siklus I satu kali
pertemuan, siklus II satu kali pertemuan, siklus III satu kali pertemuan setiap siklus terdiri dari :
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Guru: 1. Keterampilan guru dalam pembelajaran belum dilaksanakan
secara optimal 2. Pembelajaran monoton dan tidak ada variasi
3. Model dan media yang digunakan belum menarik 4. Kurang  memperhatikan perbedaan individual
Siswa: 1. Siswa belum aktif dalam diskusi kelompok
2. Siswa kurang antusias  mengikuti pembelajaran 3. Siswa pandai cenderung  lebih cepat menguasai materi
4.
Hasil belajar siswa rendah  tidak mencapai KKM 65
Tindakan
Kondisi Akhir
2.4 Hipotesis Tindakan