Peran Suami Kualitas Pelayanan KB Akses Pelayanan KB

dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungannya Joyomartono, 2004:98. Terpenuhinya kebutuhan secara optimal merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan keuarga bahagia dan sejahtera. Oleh karena itu perencanaan keluarga yang mengarah pada usaha pembentukan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera tidak hanya diperlukan oleh orang-orang yang berpenghasilan rendah saja tetapi diperlukan juga oleh keluarga yang berpenghasilan besar.

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Soekidjo Notoatmodjo 2003, menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi prilaku seseorang, terutama dalam memutuskan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya. Panutan dari keuarga sangat penting dalam memberi motivasi dan dorongan untuk melakukan suatu kegiatan, terutama pada masyarakat pedesaan. Pengertian dan pemahaman yang baik serta benar dari lingkungan sekitar akan memberikan motivasi bagi keikutsertaan masyarakat dalam KB. Seorang akseptor akan membutuhkan persetujuan dari suami, orang tua, mertua, saudara dalam mengambil keputusan untuk menjadi akseptor.

7. Peran Suami

Pembicaraan antara suami istri mengenai KB tidak menjadi prasyarat dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Keadaan yang paling ideal adalah bahwa istri dan suami harus bersama-sama: a. Memilih metode kontrasepsi terbaik. b. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi. c. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi. d. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi Hartanto, 2004:41.

8. Kualitas Pelayanan KB

Kebijakan pelayanan Keluarga Berencana KB diarahkan untuk menjalin pasangan suami istri agar memperoleh pelayanan kontrasepsi yang berkualitas, bebas dari paksaan, berorientasi terhadap permintaan aseptor, pemberian pelayanan dan informasi yang dijalin kerahasiannya, serta memilih jenis-jenis pelayanan sesuai dengan keinginan mereka Wilopo, 2004:14. Pelayanan kontrasepsi yang berkualitas adalah hak semua pasangan usia subur. Untuk itu akses pelayanan kontrasepsi harus terbuka bagi semua lapisan masyarkat. Pelayanan kontrasepsi dikatakan berkualitas bila memenuhi hak-hak klien. Ada 10 hak klien yang harus dipenuhi oleh pengedia pelayanan kontrasepsi, yaitu: 1 Hak akses, 2 Hak informasi, 3 Hak memilih, 4 Hak pelayanan, 5 Hak privasi, 6 Hak kerahasiaan, 7 Hak harga diri, 8 Hak kenyamanan, 9 Hak pelayanan lanjutan, dan 10 Hak berpendapat BKKBN, 2007: 1.

9. Akses Pelayanan KB

Akses pelayanan Keluarga Berencana KB yang bermutu merupakan suatu unsur yang penting dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi yang tercamtum dalam program aksi dari Internasional Conference on Population And Deve Lopmen Kairo 1994. Akses terhadap pelayanan KB yang bermutu merupakan unsur penting dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi. Klasifikasi fasilitas pelayanan KB meliputi: a. Fasilitas Pelayanan Sederhana Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi medote: sederhana, pil KB, suntik KB, IUD, upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan. Fungsinya memberikan pelayanan KIE medis sebelum maupun sesudah pelayanan, memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, memberikan penanggulangan efek samping dan komplikasi ringan, memberikan pelayanan rusukan serta melakukan pencatatan dan pelaporan. Tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan KB sederhana yaitu perawatan kesehatan atau bidan yang sudah mendapat latihan KB. Selain itu tenaga administrasi juga diperlukan. b. Fasilitas Pelayanan Lengkap Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana kondom, obat vagial, pil KB, suntik, IUD, pemasanganpencabutan implant, kontrasepsi pria dan wanita bagi yang memenuhi persyaratan. Fungsinya yaitu memberikan pelayanan KIE baik sebelum maupun sesudah pelayanan kontrasepsi serta pelayanan konseling KB. Memberikan pelayanan kontrsepsi sederhana, pelayanan suntikan KB, pemasangan IUD, implan serta kontrasepsi mantap pada pria dan wanita. Memberikan pelayanan jurukan, rekanalisasi serta infertilitas. Menangani efek sampingkomplikasi ringan dan berat. Melakukan pencatatan dan pelaporan, melaksanakan pelatihan dan melakukan penelitian tehnologi kontrasepsi dan biomedis. Tenaga kesehatan yang diperlukan diantaranya dokter spesialis kebidanan dan dukungan yang telah mengikuti pelantikan infertilitas dan rekanalisasi. Dokter spesialis bedah yang telah mengikuti pelatihan infertilitas dan rekanalisasi, dokter spesialis andrologi, urologi, dokter umum terlatih, tenaga konseling, bidan dan perawat terlatih serta tenaga adminitrasi terlatih BKKBN, 1996:31. 55

BAB III METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Metode penelitian mempunyai arti dan peran yang sangat menentukan dalam penelitian, karena dengan metode yang tepat suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.Perilaku ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara utuh Moleong, 2007:4. Kirk dan Miller mendefinisikan, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam wawasannya maupun dalam peristilahannya Moleong, 2007:4.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dianggap cocok dalam penelitian ini adalah di Desa Sendangwaru, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Hal ini dikarenakan pastisipasi masyarakat terhadap program Keluarga Berencana KB. Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil lokasi tersebut untuk meneliti Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan