Risk Disclosure Telaah Literatur

commit to user 11 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Setelah membahas pendahuluan di Bab I, pada Bab II ini menjelaskan mengenai telaah literatur, kaitan board of directors dengan risk disclosure, skema konsep penelitian, serta pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Telaah Literatur

Pada telaah literatur dalam penelitian ini dijabarkan mengenai risk disclosure, corporate governance, dan board of directors termasuk standar dan aturan terkait dengan masalah tersebut.

1. Risk Disclosure

Pengungkapan risiko merupakan hal baru dalam pengungkapan dan pelaporan keuangan sehingga konsepnya masih belum berkembang dengan baik. Pentingnya pengungkapan risiko telah diusulkan selama bertahun-tahun, namun relatif baru sekarang ini hal tersebut mulai muncul dalam literatur akedemis maupun kebijakan regulator Devilin, 2009. Perdebatan mengenai pentingnya pengungkapan risiko dimulai sejak tahun 1998 ketika Institute of Chartered Accountants in England and Wales ICAEW menerbitkan Financial Reporting of Risk-Proposals for A Statement of Business Risk yang menyarankan perusahaan untuk menyajikan pengungkapan mengenai risiko bisnisnya dalam laporan keuangan Amran, Bin, dan Hassan 2009. Pengungkapan risiko penting karena membantu stakeholder dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami profil risiko dan commit to user 12 12 bagaimana manajemen mengelola risiko. Pengungkapan risiko juga bermanfaat untuk memonitor risiko dan mendeteksi potensi masalah sehingga dapat melakukan tindakan lebih awal agar masalah tersebut tidak terjadi Linsley dan Shrives, 2006. Informasi risiko juga berguna bagi investor karena dapat membantu menentukan profil risiko perusahaan, mengurangi asimetri informasi, memperkirakan nilai pasar, dan menentukan keputusan investasi portofolio Abraham dan Cox, 2007 dan Hassan, 2009. Seiring dengan perkembangan praktik pengungkapan risiko, terdapat sejumlah persyaratan bagi perusahaan untuk menyediakan informasi tentang risiko dalam laporan tahunannya. Beberapa contoh mengenai persyaratan pengungkapan risiko dalam laporan tahunan yang disediakan oleh badan regulator di beberapa negara masih terlalu umum dan belum mengembangkan kerangka kerja terintegrasi secara memadai Devilin, 2009. Tabel 2.1 Ketentuan yang Mengatur Pengungkapan Risiko Negara Peraturan Sifat Keterangan USA Financial Reporting Release No.48, 1997 Wajib FRR 48 mensyaratkan perusahaan yang terdaftar di bursa untuk mengungkapkan informasi kualitatif maupun kuantitaif tentang risiko pasar. UK Operating and Financial Review, 1992 Combined Code and Corporate Governance, 1998 Sukarela Sukarela OFR merekomendasikan perusahaan terdaftar untuk mengikutsertakan tinjauan risiko kunci. Mensyaratkan perusahaan terdaftar untuk mengelola sistem pengendalian internal dan bagaimana sistem tersebut berjalan. Menekankan pada kebutuhan manajemen risiko internal dan mendorong perusahaan melaporkan risiko kuncinya. Germany German Accounting Standard GAS No. 5 Wajib GAS 5 mensyaratkan agar informasi risiko disajikan dalam bagian terpisah dari laporan manajemen yang menyertai laporan keuangan konsolidasi. Malaysia - Wajib Bursa Malaysia mensyaratkan perusahaan terdaftar untuk menyertakan laporan tentang kondisi pengendalian internal, pengendalian risiko, dan manajemen risiko dalam laporan tahunan. commit to user 13 13 Australia ASX Corporate Governance Principle and Recommendations Principle 7 - Berisikan tentang pengakuan dan manajemen risiko. UAE - Sukarela Emirates Securuties and Comodities Market ESCM melalui persyaratan pendaftarannya mendorong perusahaan terdaftar untuk secara penuh mengungkapkan informasi yang berhubungan dengan risiko pada tingkat yang memadai. Sumber: Berreta dan Bozzolan 2004; Abraham dan Cox 2007; Amran et al 2009; Hassan 2009 Di Indonesia, ketentuan mengenai persyaratan pengungkapan risiko dalam laporan tahunan secara eksplisit dapat ditemukan pada 1 PSAK No. 50 Revisi 2006 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan 2 Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-134BL2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Menurut PSAK No. 50 Revisi 2006, perusahaan yang melakukan transaksi menggunakan instrumen keuangan disyaratkan untuk menyediakan pengungkapan informasi risiko dan juga tujuan serta kebijakan manajemen risiko keuangannya. Dalam Keputusan Bapepam LK Nomor: Kep-134BL2006, menyatakan bahwa manajemen wajib mengungkapkan uraian singkat mengenai tata kelola perusahaan yang meliputi: “Penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut, misalnya: risiko yang disebabkan oleh fluktuasi kurs atau suku bunga, persaingan usaha, pasokan bahan baku, ketentuan negara lain atau peraturan internasional, dan kebijakan pemerintah”. Peraturan tersebut diperkuat oleh Surat Edaran Ketua Bapepam dengan Nomor: SE-02BL2008 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perbankan P3LKEPPBANK, 2008 yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. commit to user 14 14 Pedoman tersebut mewajibkan bank untuk mengungkapkan kebijakan bagi masing-masing jenis risiko, faktor yang mempengaruhi risiko tersebut, dan strategi manajemen dalam menanggulangi faktor tersebut, termasuk manajemen risiko, dan pelaporan profil risiko mereka. Menurut P3LKEPPBANK 2008 pengungkapan risiko dibagi menjadi dua, yaitu pengungkapan risiko umum dan pengungkapan risiko khusus. Risiko yang harus tercakup dalam pengungkapan laporan keuangan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 1125PBI2009 adalah: a. Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur danatau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. b. Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. c. Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas danatau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. d. Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. e. Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi danatau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. f. Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis. g. Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. h. Risiko strategi adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan suatu keputusan strategi serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Regulasi mengenai pengungkapan risiko bagi perbankan secara umum di Indonesia diatur dalam PBI Nomor: 58PBI2003, P3LKEPPBANK 2008, dan PSAK 50 2006 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, yang commit to user 15 15 selanjutnya direvisi menjadi PSAK 60 2010 Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Perbandingan klasifikasi risiko tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Perbandingan Klasifikasi Risiko PBI Nomor: 58PBI2003 PSAK 50 2006 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan P3LKEPPBANK 2008 Risiko kredit Risiko likuiditas Risiko pasar Risiko operasional Risiko hukum Risiko reputasi Risiko strategik Risiko kepatuhan Risiko kredit Risiko likuiditas Risiko pasar: - Risiko suku bunga - Risiko mata uang asing risiko nilai kurs - Risiko harga lainnya Risiko umum: Risiko kepanikan masyarakat Risiko pemogokan karyawan Risiko kerusuhan dan penjarahan Risiko operasional Risiko investasi Risiko penanganan masalah litigasi Risiko persaingan Risiko khusus : Risiko kredit Risiko likuiditas Risiko pasar: - Risiko suku bunga - Risiko nilai tukar rupiah Risiko solvabilitas Risiko obligasi rekapitalisasi pemerintah Risiko bank penggabungan Risiko teknologi sistem informasi Risiko ketergantungan kepada pemerintah Risiko tidak dilanjutkannya program penjaminan pemerintah Risiko ketergantungan pada deposito berjangka Risiko agunan kredit Risiko pemulihan krisis sektor perbankan Risiko fidusia Sumber: PBI Nomor: 58PBI2003, PSAK 50 2006, dan P3LKEPPBANK 2008 Berdasarkan klasifikasi di atas, pada penelitian ini, klasifikasi risiko yang digunakan mengacu pada PBI Nomor: 58PBI2003 yang dimodifikasi dengan beberapa peraturan lainnya. Skema pengklasifikasian risiko yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah. commit to user 16 16 Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Risiko yang Digunakan Klasifikasi ini dipilih karena sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perbankan, sehingga peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dianggap sebagai regulasi utama. Klasifikasi risiko menurut PBI Nomor: 58PBI2003 dipilih juga sebagai acuan utama karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini berada pada periode 2007-2009, sehingga PBI Nomor: 58PBI2003 dianggap relevan terkait dengan sampel sebagai aturan yang dipakai. Dalam beberapa peraturan yang ada tidak dijelaskan mengenai item pengungkapannya. Hal tersebut didukung oleh Devilin 2009 yang menyatakan bahwa Bapepam maupun IAI belum menyediakan kerangka kerja konseptual pengungkapan risiko. Oleh karena itu, item pengungkapan dalam penelitian ini menggunakan item pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang ada pada Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia commit to user 17 17 No.521DPNP2003. Pengungkapan risiko pada penelitiaan ini mencakup 1 pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi, 2 kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen risiko, 3 kecukupan proses identifikasi, 4 pengukuran, 5 pemantauan dan pengendalian risiko, 6 sistem informasi manajemen risiko, dan 7 sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Untuk item pengungkapan risiko yang lebih detail dapat dilihat di Lampiran 1. Agar pengungkapan risiko dalam laporan tahunan mencukupi kebutuhan informasi para stakeholders dan sesuai dengan peraturan yang ada, maka diperlukan adanya corporate governance. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Solomon, Solomon, Norton, dan Joseph 2000 yang menyatakan bahwa pengungkapan risiko merepresentasikan perbaikan praktik corporate governance. Salah satu aspek penting dalam tata kelola perusahaan corporate governance adalah adanya board of directors.

2. Corporate Governance