Strategi dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) periode 2005-2010 dalam meningkatkan ibadah anggota

(1)

STRATEGI DAKWAH

PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI)

PERIODE 2005-2010

DALAM MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Mahyudi

Nim : 103053028750

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Agustus 2008


(3)

STRATEGI DAKWAH

PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI)

PERIODE 2005-2010

DALAM MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Mahyudi

Nim : 103053028750

Di bawa bimbingan

Dr. Sihabudin Noor, M.A

Nip. 150281998

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH


(4)

1429 H./2008 M.

ABSTRAK

MAHYUDI

Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Periode 2005-2010 Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota.

Skripsi ini bermaksud mendiskripsikan secara rinci bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Perstuan Islam Tionghoa Indonesia. Apakah PITI sudah benar-benar sudah memiliki strategi dakwah dalam melakukan kegiatan dakwah khususnya kepada anggota. Adapun judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah: “Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota”.

Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah PITI, respon anggota dan pengaruh strategi dakwah PITI kepada anggota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrument yang digunakan adalah wawancara dengan pengurus PITI dan angket untuk anggota PITI. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan mendiskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis mengenai bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh PITI.

Melalui metode penelitian yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan, bahwa PITI memiliki strategi dakwah yang bagus dalam mengimlementasikan kegiatan-kegiatan dakwah untuk menyampaikan dakwah Islam kepada anggota.

Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa PITI adalah organisasi dakwah yang mempunyai tanggungjawab dalam menyampaikan syi’ar Islam dengan strategi dakwah yang efektif, terarah dan terencana. Walaupu masih banyak yang harus dibina dan ditingkatkan untuk lebih baik dan sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan oleh tokoh-tokoh PITI, namun pada dasarnya PITI sudah berhasil menghimpun keturunan etnis Tionghoa yang beragama Islam dan mampu memberikan suatu pembinaan kepada anggota tentang Islam.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam juga tak luput penulis ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW, karena dengan semangatnya yang tak kunjung pudar serta nilai – nilai kesabaran yang terus ia sampaikan semoga menular kepada kita sebagai bekal dikemudian hari.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Di samping itu, penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, terutama kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Murodi, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hisayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis baik secara edukatif maupun administratif dari awal hingga akhir perkuliahan.

2. Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA, Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis untuk selalu bersemangat dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA, dengan segala ketulusan hati telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.


(6)

4. Bapak Syarif S. Tanudjajah, SH, Kepala Bidang Dakwah, Pendidikan dan Kebudayaan DPP PITI, dan bapak Hidayat, bidang kesekretariatan DPP PITI yang telah bersedia menerima dan membantu penulis untuk mengadakan penelitian di DPP PITI.

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan fasilitasnya memperoleh leteratur dan bahan untuk penulisan skripsi ini. 6. Ayahanda tercinta Bahar dan ibunda Rosma atas segala dukungan lahir

dan batin demi kesuksesan anaknya mencapai masa depan yang berarti. 7. Kakanda Harmabuti, An, En, Ariyus dan Aduski yang telah mendukung

baik secara moril maupun finansial kepada penulis.

8. K.H. Ujang Umar, S.Ag, yang telah memberikan nasihat dan dukungan moril kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Kakanda M. Yunan, Halkis, M. Hendra Yunal, Hendrawan, Taridi, Jhon,

Candra, Fitri, yeyen yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

10.Kawan-kawan Jurusan Manajemen Dakwah, khususnya angkatan 2003. 11.Kawan-kawan dari Himpunan Pelajar Mahasiswa Riau (HIPEMARI)

Jakarta, Irwan Zalfani, Tanda, Hafiz Fazha, Ichsan, Al-Yassir Fahmi, Nurfandi, Zubaidah, Yati Afrita, Nefrizal dan terutama semua pengurus HIPEMARI Jakarta periode 2006-2007.

12.Kawan-kawan IPMK Jakarta, Katon, Taufik Syarkawi, Primadona, Marzuki, Salman Al-Farisi, Hadi Ismanto, Daniel, Nafi, Yudi, Jamal, Habib, Yarnas, Toni dan kepada semua yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

13.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dengan tulus dan ikhlas baik moril maupun materil.


(7)

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersipat konstruktif. Semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya, terutama bagi penulis.

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatu.

Jakarta 27 Agustus 2008


(8)

DAPTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

DAPTAR ISI………..iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………4

D. Metodologi Penelitian………..5

E. Tinjauan Pustaka...9

F. Sistematika Penulisan……….10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Strategi……….12

1. Pengertian Strategi………...12

2. Proses Strategi………..14

B. Ruang Lingkup Dakwah………17

1. Pengertian Dakwah………..17

2. Tujuan dan Sasaran Dakwah………....20

3. Unsur-unsur Dakwah………...23

C. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah………....26

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Srategi Dakwah…29 E. Bentuk-bentuk Dalam Menentuntukan Strategi Dakwah………..30

F. Teori-teori Tentang Strategi Dakwah………32

BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) A. Sejarah Berdirinya PITI……….37

B. Visi-Misi PITI………42

C. Struktur kepengurusan PITI………...42

D. Program-program Kerja PITI……….44

E. Tujuan dan Sasaran PITI………....45


(9)

BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) PERIODE 2005-2010 DALAM MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA

A. Maksud dan tujuan strategi dakwah PITI………..47

B. Pengaruh strategi dakwah PITI………..49

C. Perumusan strategi dakwah PITI...50

D. Imlementasi strategi dakwah PITI……….54

E. Respon anggota terhadap strategi dakwah PIT……….55

F. Evaluasi strategi dakwah PITI………...65

BAB V : PENUTUP………...67

A.Kesimpulan………67

B.Saran-saran……….68

DAFTAR PUSTAKA………...70 Lampiran


(10)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Strategi

1. Pengertian strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratogos, yang berarti

militer dan Ag yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, straegi diartikan

Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat

rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.1

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jenderal di masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin.

Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan sebagai “ kiat atau cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.”2

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar di antaranya :

1

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar ( Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999 ), h. 8.

2

Hadari Nawawi, Manajemen Stategi Organisasi Non ProfitBidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidkan ( Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press, 2000 ), cet ke-1, h. 147.


(11)

a. Fuad Amsyari mengatakan, “Bahwa dalam pengertian dasarnya, strategi dan taktik adalah metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk memenangkan suatu persaingan antara kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.3

b. A.M Kadarman mengatakan, “Strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan pengalokasian sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut segala pengaturan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.4

c. Drs. Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai “kebijakan menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan ,5 daya dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.

d. Definisi lain juga dikatakan Din Syamsudin dalam buku Etika Agama

Membangun Masyaakat Madani, strategi mengandung arti

diantaranya:

3

Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia (Bandung: Mizan, 1990), cet ke-1, h. 40.

4

A.M Kadarman, et al, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: PT. Prenhallindo), h.58. 5

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam


(12)

1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan.

3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.6

e. Sementara menurut William F. Gluek, yang dikutip dalam buku Amirulah, strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat komperhensif, terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.7

Memperhatikan dari berbagai pendapat tentang strategi, maka secara pengertian strategi adalah taktik atau cara yang disusun dengan seksama untuk mencapai suatu kebehasilan.

2. Proses Strategi

Seperti yang dikatakan oleh Joel dan Michail bahwa sebuah organisasi tampa adanya strategi umpama kapal tampa ada kemudinya, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tampa adanya tujuan tertentu.8 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan:

6

Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. (Jakarta: Logos, 2000), cet ke-1, h. 127

7

Amirullah dan Sri Budi Cantika, manajemen Strategi (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2000), cet ke-1 h. 4.

8


(13)

a. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ada pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.9

Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja di antaranya:

1) Tahap Input (masukan)

Dalam tahapan ini proses yang dilakukan adalah meringkas impormasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

Tahap Pencocokan

2) Proses yang dilakukan dalam memfokuskan pada menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan factor-faktor eksternal dan internal.10

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem imformasi yang masuk.11 Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan.

9

Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 15. 10

Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 183. 11


(14)

c. Evaluasi Strategi

Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu:

1) Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang harus dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal diantaranya srategi yang tak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula pada hasil yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan yang didapat).

Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan mnyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang telah terjadi.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditingalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan. Tindaka korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak


(15)

sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapain yang direncanakan maka disitulah tindakan korektif diperlukan.12

B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Apabila kita katakan “dakwah islamiah” maka yang kita maksudkan adalah “Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai wahyu dari Allah SWT dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan padanya, baik didepan atau di belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi SAW dengan sanad yang

mutawattir, yang membacanya bernilai ibadah.13

Kata dakwah diambil dari kata da’a yang artinya memanggil, menyeruh

dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya.14 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Allah mengajak ke Dar as-Salam ”.

(QS. Yunus: 25).

Menurut istilah, dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara beramal makruf nahi mungkar. Allah SWT berfirman:

12

Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 104. 13

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam (Solo: Era Intermedia, 2000), Cet ke-3, h. 24.

14

Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), cet ke-1, h. 1-2.


(16)

! "# $

%

&'

$

!

$ (

)

*

$ +,-! . /

Artinya: “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak

kepada kebaikan,mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Imran :104)15

Ayat ini secara jelas menunjukkan akan wajibnya berdakwah, karena ada

lam amar di dalam kalimat “wal takun”. Sedangkan kalimat “minkum”

menunjukkan fardu kipayah, maka seluruh umat Islam diperintahkan agar sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini.16

Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kejalan Allah SWT, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus-menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah prilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan, tampa sebuah perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materinya, tenaga pelaksanaannya maupun metode yang dipergunakannya. Memang benar, sudah menjadi sunnatullah bahwa yang hak menghancurkan yang batil. Bahwa Allah

15

M. Quraish Shihab, Tapsi Al-misbah, (Lentera Hati: Tangerang, 2005), cet ke-4, vol 6-2 16


(17)

SWT sangat mencintai dan meridhai kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi dan teratur.17

Dakwah Islam bukan hanya serangkaian kata yang diulang-ulang atau pidato yang memukau umat, juga bukan serentetan filsafat pemikiran yang menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu realita pun dalam kehidupan. Tapi dakwah Islam adalah dakwah yang bersipat amaliyah yang mewujudkan sosok gerakan keteladanan yang menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada umat manusia tentang apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh akal dan rohani mereka sebagai ketenteraman dan ketenangan batin, petunjuk dan nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita kehidupan. Dakwah Islam datang membawa prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai luhur yang telah diamalkan oleh para generasi muslim yang hidup dalam naunga-Nya selama kurun waktu yang panjang. mereka telah memperlihatkan suatu keteladanan yang umat lain tidak memilikinya. Para generasi muslim itu mampu membuktikan cita-cita yang menjadi dambaan seluruh umat manusia, yaitu jaminan keamanan dan ketenteraman jiwa, kemakmuran dan ketenangan sebagai barang paling mahal dalam hidup.18

Dari ungkapan di atas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islami kepada nilai kehidupan yang islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan

17

Dr. Muhammad Idris A. Somad, M.A, Ilmu Dakwah (Jakarta: T.pn, 2005), h. 15. 18


(18)

mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako, dan sebagainya.19

2. Tujuan dan Sasaran Dakwah

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah prilaku secara dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan dan kebaikan dunia dan akhirat.

Tujuan-tujuan umum ini harus dirumuskan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapainya. Misalnya, tingkat istiqama didalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjamaah di mesjid, berkurangnya tingkat pengangguran dan lain sebagainya.20

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.21

Allah SWT berfirman:

0

!

1

-2

3#

ﻥ5

6

78&

9

"ﺕ

6

;,

"

<

,

(

=

>

$

19

Hepni Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet ke- I, h. 1

20

Hepni Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah, h. 16. 21

Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet ke- II, h. 32.


(19)

Artinya: “ Dan Allah mengajak kepada ke surga dan ampunan dengan izinNya, dan dia menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran ”. (QS. Al-Baqarah: 221)22

Dakwah yang kita inginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:

a. Membangun masyarakat Islam, sebagai mana para Rasul alaihi-salaami

yang memulai dakwahnya dikalangan masyarakat jahiliah. Para rasul itu mengajak manusia untuk memeluk agama Allah SWT, menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaumnya dam memperingatkan mereka dari syirik kepada Allah SWT.

b. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah berupa penyimpangan dan tampak di dalamnya sebagian dari kemungkaran-kemungkaran, serta diabaikannya kewajiban-kewajiban oleh masyarakat tersebut.

c. Memelihara keberlangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran, yaitu dengan pengajaran secara terus-menerus,

tadzkir (pengingatan), tazkiyah (penyucian jiwa), dan ta’lim (pendidikan).

Tujuan yang pertama membutuhkan adanya suatu jamaah yang berupaya menegakakan Islam dalam realitas kehidupan, sehingga manusia melihat diri para da’i itu keteladanan yang baik, dan melihat pula keindahan agama Allah tergambar dalam masyarakat muslim. Mereka juga mendapati pengaruh agama pada orang yang mengimaninya. Dengan demikian mereka merasakan keagungan

22


(20)

agama ini sehingga mereka segera berbondong-bondong masuk ke dalamnya. Semoga Allah meridhai orang yang mengatakan, “Tegakkanlah daulah Islam dihatimu, niscaya dia akan tertegak dibumimu”.

Adapun tujuan yang kedua adalah lebih jelas dari pada apa yang kita bicarakan, karena sebagian besar dari para da’i di zaman kita ini berusaha untuk merealisasikannya dengan berbagai sarana dakwah yang tersedia bagi mereka dan prinsip-prinsip dakwah yang akan kita terangkan.

Adapun tujuan yang ketiga, ia tidak akan bisa terealisir kecuali apabila terwujud masyarakat yang tidak digenangi oleh fenomena kerusakan dan penyimpangan. Maka tidak ada alternatif lain kecuali kita harus berdakwah untuk memperbaiki kerusakan akhlak dan prilaku manusia, menghindarkan mereka dari penyimpangan, serta menyampaikan agama Allah umumnya manusia tidak mengetahuinya, melindungi kaum muslimin dari tipu daya musuh yang telah menyerang mereka dengan menggunakan berbagai sarana modern, dan memberantas berbagai kemungkaran yang muncul.23

Agar dakwah bisa dilakukan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan, maka sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran. Mungkin berdasarkan tingkat usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan tingkat pekerjaan dan lain sebagainya. Salah satu hikmah adalah kemampuan untuk mengenal golongan dan kondisi sasaran dakwah.24

Yang di dimaksud dengan sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah. Orang-orang yang menjadi sasaran dakwah sangat

23

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 30-32 24


(21)

bervariasi, sehingga juru dakwah harus memperhatikan siapa yang menjadi sasarannya. Seorang juru dakwah harus memperhatikan umur, tingkat pengetahuan, sikap terhadap agama dan jenis kelamin.

Mengetahui umur sasaran dakwah diperlukan karena secara psikologis terdapat perbedaan kesenangan antara anak-anak, remaja, pemuda dan orang tua. Hal yang paling penting diketahui oleh para da’i adalah jangan mengabaikan tingkat pengetahuan sasaran dakwah. Dalam melaksanakan kegiatan dakwah seorang da’i harus menggunakan analogi untuk menerangkan suatu masalah sehingga keberadaan da’i tidak dinilai kuno dan ketinggalan zaman.

Dengan demikian, seorang juru dakwah harus mampu mnyesuaikan sasaran dakwah, agar dakwah yang dilaksanakannya dapat berhasil.25

3. Unsur-unsur Dakwah a. Da’i

Dalam dakwah, tugas umat Islam juga sama dengan Rasul. Ayat-ayat yang memerintahkan Nabi agar berdakwah, maksudnya bukan saja ditujukan kepada Nabi, melainkan juga umat Islam. Adapun perintah Allah kepada umat Islam untuk berdakwah.

Firman Allah SWT:

>

?

&ﺥ

!

$ ( ﺕ ) ! "# $

%ﺕ <" , Aﺝ ﺥ

C

$

#"

Artinya : “ kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran : 110).26

25

Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 33 26


(22)

seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i. artinya, sebelum menjadi da’i ia perlu mengeahui apa tugas da’i, modal dan bekal apa yang harus ia punya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki seorang da’i. Tugas seorang da’i identik dengan tugas seorang Rasul. Semua Rasul adalah panutan para da’i.27

b. Mad’u

Seorang da’i menyadari bahwa yang diajak kedalam Islam bukan saja sebagian manusia atau manusia terentu, melainkan semua manusia. Berdakwah bukan untuk waktu sementara, tetapi sepanjang zaman hingga datangnya kiamat. Selain itu, berdakwah tidak membedakan jenis kelamin, stratifikasi sosial, etnis, waktu dan tempat tertentu.

Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audiens. Dari sudut ideologi, mereka ada yang ateis, musyrik, munafik. Ada juga yang muslim tapi membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat. Mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.28

c. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah ajara Islam yang memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya. Sirah Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yang menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umat manusia adalah masalah yang

27

Sa’id bin Ali bin wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah bijak (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), cet ke 1, h. 84-92.

28


(23)

berkaitan dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan

program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan tujuan akhir yang harus dicapainya, dan persamaan manusia dihadapan Allah SWT.29

d. Sarana dan Prasarana Dakwah

Sarana ialah hal-hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu. Sarana dakwah ialah sesuatu yang membantu da’i menyampaikan dakwahnya. Dari sudut penyampaian, ada dua macam sarana dakwah: sarana langsung dan sarana tidak langsung.

1) Sarana langsung

Maksud sarana langsung disini adalah menyangkut teknik penyampain (Tabligh) melalui perkataan, dan prilaku da’i yang dijadikan teladan oleh orang lain sehingga mereka tertarik kepada Islam.

2) Sarana tidak langsung

Yang dimaksud sarana tidak langsung disini adalah hal-hal yang menyangkut kesiapan diri seorang da’i sebelum menyampaikan dakwahnya. Tiga hal berikut ini termasuk dalam kelompok sarana tidak langsung.

a) Sikap hati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT sebelum berdakwah kepada orang lain, seorang da’i perlu memberi peringatan kepada audiensnya.

29


(24)

b) Meminta bantuan kepada orang lain. Setelah meminta kepada Allah, seorang da’i perlu meminta bantuan kepada sesama manusia demi kelancaran dakwanya.

c) Disiplin

Seorang da’i harus disiplin, termasuk dalam masalah waktu. Jangan sekali-kali ia membuang kesempatan. Ia harus memperhatikan kaidah-kaidah disiplin yang diperintahkan Islam. 30

C. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah

Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan dakwah di lapangan, dan asfek-asfek normatif tentang dakwah yang terdapat dalam al-Quar’an dan sunnah, maka ditemukan prinsip strategi dakwah, antara lain sebagai berikut:

1. Memperjelas secara gamblang Sasaran-sasaran ideal.

Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat.

30


(25)

2. Merumuskan masalah pokok umat Islam

Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran ideal dan kenyataan yang kongkret dari pribadi-pribadi muslim, serta kondisi masyarakat dewasa ini. Jenjang masalah ini pun tidak sama antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya. Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah itu seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut.

3. Merumuskan isi dakwah

Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta masalah yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan masyarakat Islam sehinga tercapai sasaran yang telah ditetapkan. Ketidaksinkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa menimbulkan dampak negatif yang disebut dengan istilah “split

personality” atau “double morality” pribadi muslim. Misalnya seorang muslim

yang beribadah, tetapi pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor dan pelaku perbuatan tercela lainnya.

Jadi, untuk bisa menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang komprehensif, atau kalau tidak dengan menghimpun pemikiran-pemikiran beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.31

31


(26)

4. Menyusun paket-paket dakwah

Menyadari realita masyarakat Indonesia yang majemuk ini, maka tugas para da’i adalah menyusun paket-paket dakwah sesuai dengan sasaran masyarakat beserta permasalahan yang dihadapinya. Harus dibedakan paket dakwah untuk sasaran non muslim dengan paket dakwah khusus kaum muslim. Sampai saat ini, kita masih sulit menentukan perioritas dakwah bagi kedua golongan masyarakat itu. Mana yang harus diutamakan antara mengislamkan orang yang belum Islam dan mengislamkan orang yang sudah Islam.

5. Evaluasi kegiatan dakwah

Tugas yang paling penting adalah bagaimana mengkordinasikan pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus dikerjakan setelah dakwah itu berjalan. Di sinilah pentingnya kordinasi untuk mengadakan evaluasi, sejauh mana hasil dakwah yaag telah dicapai. Evaluasi ini penting untuk sesuai dengan perubahan masyarakat dalam kurun waktu tertentu harus selalu ada penyempurnaan dakwah. sebelum hal itu dilakukan, terlebih dahulu harus kita tetapkan target hasil dari setiap paket dakwah yang kita jalankan sehinga memudahkan membuat grafik perkembangan dakwah. karena dakwah adalah suatu proses yang menuntut suatu perubahan dan perkembangan.


(27)

Setiap proses dakwah bermula dari usaha mempertanyakan kembali dasar asumsi yang memberikan orientasi sistem sosial, lalu membangun kehidupan baru. Menurut al-Qhazali, proses tersebut dapat diperinci menjadi tiga tahap, yaitu menyadarkan pikiran, menumbuhkan keyakinan, da membangun sistem.32

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi Dakwah

Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok, baik organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-usaha yang mengerahkan pada penyampain tujuan disebut strategi.

Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:

1. Lingkungan

“Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi permanen, tapi selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berpikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan dan pandangan kehidupan”.

2. Lingkungan Organisasi

32


(28)

“Lingkungan organsasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada”.

3. Kepemimpinan

S.P. Siagan memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni “seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam menggambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.33

E. Bentuk-bentuk dalam Menentukan Strategi Dakwah

Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan dakwahnya. Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam meyukseskan dakwahnya, membangun negaranya, menguatkan kekuasaannya dan meninggikan kedudukannya

Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada seorang pun pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW. Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu telah terbukti pada diri beliau.

33


(29)

Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai berikut:

1. Memilih waktu kosong dan

kegiatan terhadap kebutuhan penerima dakwah (audiens).

Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu mereka banyak terisi dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat, dan nasehat yang baik. Nabi SAW tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehinga orang yang dinasihati tidak merasa bosan. Stategi dakwah yang dicontohkan Nabi SAW tersebut diikuti oleh para sahabat. Nabi SAW bersabda:

8

D

E

D

#

F

D

E

8-Artinnya: “ permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar gembira dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”.

(HR Bukhari dan Muslim).

2. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan

Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi jika dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang da’i menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah, maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah direnovasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena mengindari fitnah kaum yang baru mentas dari kehidupan jahiliah.

3. Menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar ketika


(30)

dizhalimi. Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesah-gesah dibalas dengan kehati-hatian.

Itulah cara-cara penting yang dapat menarik penerima dakwah (audiens) ke dalam Islam dan membuat iman mereka lebih mantap. Dengan cara-cara tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat disekitarnya. Mereka bukan saja sangat mencintai beliau, tetapi juga ikut menjaga dan membela beliau dalam dakwahnya.

4. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya, tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi SAW.

5. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.

6. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap pertanyaan sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa puas.34

F. Teori-teori Tentang Strategi Dakwah

Allah SWT telah mewajibkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin untuk berdakwah, akan tetapi Allah mengikat perintah-Nya itu dengan syarat harus dikerjakan denga pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan

kebijaksanaan (al-hikmah).sebagaimana firman Allah SWT:

34


(31)

G

7&

I

8#

/

#"

+

!

!

J

+

"

(

#"

.

K

$

#

/

.

,

#

!

M

I

7&

,

6

.

,

#"

!

(

Artinya:

“Seruhlah (manusia) kejalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang yang mendapat petunjuk”. (Q. S. An-Nahal/ 16: 125).

Secara historis dapat dilihat bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW telah diberikan Allah sifat-sifat mulia agar tujuan dakwah itu tercapai, dan diantara sifat-sifat itu yang dmiliki oleh Rasul adalah sifat guru, Allah SWT telah menganugrahkan karunia ini pada kita seperti dalam firman-Nya:

N

,

!

C

&

5

#

O

P&

(

;E

ﻥ-(

,

,&

(

9

"

6

Q

8>

&

(

8,

!

(

"

R

+

!

$

>

ﻥ"

S7

I

-M

?T

U7

&

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah memberikan n karunia kepada orang-orang yang beriman ketika mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab dan Al-hikmah. Dan sesungguhya keadaan mereka sebelum (kedatangan Nabi) adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.

(Q. S. Ali Imran/3: 164).35

Menurut Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq menyatakan: ada beberapa sifat dan metode Rasul SAW, dan hal itu merupakan strategi dakwah Rasul SAW yang harus kita contoh dalam berdakwah, pertama,semua kita mengetahui bahwa

Rasul pertama-tama menggunakan metode public relation (berkomunikasi dengan

35


(32)

masyarakat umum). Beliau menawarkan dakwahnya pertama-tama kepada siapa saja yang beliau jumpai dari kalangan mereka yang beliau pandang bisa menerima dakwahnya yang masih bersifat rahasia.

Kemudian kepada semua orang yang dapat dijangkau oleh beliau, setelah itu beliau diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan. Nabi SAW tidak membatasi kegiatan dakwahnya hanya di madrasah saja, tetapi juga mengajar para sahabat di rumah beliau, di rumah mereka, di jalan-jalan dan pada kesempatan perjalanan dakwah. ketiga, dalam mengajar beliau meggadakan metode persahabatan, di mana persahabatan ini menuntut adanya rasa cinta, komitmen dan kesetiaan. Keempat, Rasulullah menggunakan metode nasihat dengan sangat hati-hati. Beliau tidak memberi nasihat kecuali secara berkala. Kelima, Rasulullah adalah orang yang lapang dada, beliau tidak pernah bersikap kasar kepada seseorang yang mengajukan pertanyaan.36

Dalam rangka menyusun strategi dakwah diperlukan suatu pemikiran yang lugas dan rasional dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi tersebut.

Syarif Usman mengatakan bahwa, dalam menyusun strategi ada lima factor yang perlu diketahui, yaitu:

1. Tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan akhir) atau tujuan jangka pendek (tujuan sementara)

36

Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), h.22


(33)

Sedangkan menurut Asmuni Syukir Strategi Dakwah yang dipergunakan dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa azaz dakwah antara lain:

1. Azaz Filosofis, azaz ini erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai alam proses atau aktiviyas dakwah.

2. Azas kemampuan dan keahlian da’i (achievemen and professional)

3. Azas Sosiologis, azaz ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. misalnya, politik pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah, dan lain sebagainya.

4. Azas Psichologis, azaz ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia

5. Azas Efektifitas dan Efisiensi, azaz ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah harus menyeimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapain hasilnya, bahkan kalau bisa waktu dan biaya dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin.37 Menurut Sayyid Sabiq beberapa yang urgen bagi kepentingan strategi dakwah masa kini yaitu:

1. Kesadaran yang sempurna 2. Pengorganisasian

3. Kepemimpinan.38

Fuad Amsyari dalam membicarakan perjuangan umat Islam Indonesia menyatakan tiga hal pokok dalam menyusun strategi, yaitu:

1. Potret umat

2. Permasalahan umat 3. Alternatif pemecahan39

37

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Stratgi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h.32 38

Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam, 253 39


(34)

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kata strategi banyak diadopsi dan diberikan pengertian lain sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang menyertainya. Ilmu dakwah juga mengadopsi kata strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat membantu pencapain tujuan dakwah itu sendiri. Sebenarnya menurut Fuad Amsyari, kata strategi “merupakan bagian dari Islam atau dengan kata lain Islam itu sendiri merupakan manifestasi dari strategi manusia untuk hidup mencapai kebahagian lahir dan batin individu masyarakat.40

Memperhatikan definisi tentang strategi dan dakwah, maka pengertian strategi dakwah adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan dakwah dengan mempertimbangkan kemampuan, kelemahan, kesempatan dan lain sebagainya.

40


(35)

BAB III

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PERSATUAN ISLAM

TIONGHOA INDONESIA (PITI)

A. Sejarah Berdirinya PITI

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sebetulnya didirikan di Jakarta, pada tanggal 14 April 1961( pada anggaran dasar PITI yang diterbitkan pada tanggal 6 Juli 1963 tertulis tanggal pendirian adalah 6 Juli 1963) PITI didirikan oleh almarhum H. Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm Abdusomad Yap A Siong dan Persatuan Muslim Tionghoa (PTM) dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang sebelum kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Medan dan di Bengkulu, masing-masing masih bersifat lokal sehingga pada saat itu keberadaan PIT dan PTM belum begitu dirasakan oleh masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim Indonesia.

Berdirinya PITI pada waktu itu adalah jawaban almarhum Haji Abdul Karim Oei atas pernyataan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang waktu itu di jabat oleh Kiai Haji Ibrahim yang menyatakan bahwa: “ Untuk dakwah Islam pada keturunan Tionghoa sebaiknya dilakukan oleh keturunan Tionghoa sendiri, bukan oleh lembaga dakwah seperti Muhammadiyah, NU atau lembaga dakwa Islam Lainnya.41

41


(36)

Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah islamiyah di

kalangan muslim Tionghoa maka PIT yang berkedudukan di Medan dan PTM

yang berkedudukan di Bengkulu merelakan diri pindah ke Jakarta dengan

bergabung dalam satu wadah yakni PITI.

Pada hal agama Islam sudah masuk ke Tiongkok sebelum agama Islam

masuk ke Indonesia, dan saat ini sudah dianut oleh lebih kurang 80-100 juta umat.

Sesuai dengan visi dan misi serta program kerjanya, PITI sebagai organisasi

dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat

singgah, tempat silahturahim untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi

etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi

pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.42

Tidak mengherankan kalau kebijaksanaan pimpinan PITI waktu itu mendapat sambutan secara spontan masyarakat luas, sehingga PITI tumbuh dan berkembang dari kota ke kota. Setiap orang keturunan Tionghoa yang beragama Islam sering disebut PITI. PITI menjadi identik dengan orang Tionghoa Muslim, begitu orang mengenalnya selama ini.

Dalam perjalanan sejarah keorganisasiannya, ketika di era tahun

1960-1970 khususnya setelah meletusnya Gerkan 30 September (G-30-S)/PKI di mana

di saat itu negara kita sedang menggalakkan gerakan pembinaan persatuan dan

kesatuan bangsa, “Nation and Character Building”, simbol-simbol, identitas dan

ciri khas yang bersifat dissosiatif (menghambat pembauran) seperti istilah, bahasa

dan budaya asing khususnya, Tionghoa dilarang atau dibatasi oleh pemerintah,

42


(37)

PITI terkena dampaknya yaitu nama Tionghoa pada kepanjangan PITI dilarang.

Berdasarkan pertimbangan keperluan bahwa gerakan dakwah kepada

masyarakat keturunan Tionghoa tidak boleh berhenti, maka pada tanggal 15

Desember 1972, pengurus PITI, mengubah kepanjangan Perstuan Islam Tionghoa

Indonesia menjadi Pembina Iman Tauhid Islam. Singkatan PITI harus

dipertahankan atau dilestarikan, apakah Pembina Iman Tauhid Islam atau

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia atau bahkan kepanjangan nama lainnya,

untuk umat Islam tidak menjadi persoalan.43

Karena identitas PITI sudah memasyarakat di kalangan umat Islam. PITI

adalah Muslim Tionghoa, Muslim Tionghoa adalah PITI. PITI adalah panggilan

atau sebutan kesayangan umat Islam terhadap Muslim Tionghoa.

Konsekwensinya, umat Islam menghendaki “motor-motor penggerak” sebagai

wajah PITI adalah mereka yang berasal dari keturunan Tionghoa. Jika demikian

apakah itu menunjukkan masih ada unsur eksklusif (tertutup) sekalipun sudah

menjadi muslim. Pada bulan Mei 2000, dalam rapat pimpinan organisasi

menetapkan kepanjangan PITI dikembalikan menjadi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.

Sejak didirikan sampai dengan saat ini, keanggotaan dan kepengurusan

PITI bersifat terbuka dan demokratis, tidak terbatas (eksklusif) hanya pada

muslim keturunan Tionghoa tetapi juga berbaur dengan muslim Indonesia. Ibarat

sesosok tubuh manusia, maka wajahnya adalah muslim keturunan Tionghoa atau

bagian komponen tubuh lainnya adalah muslim Indonesia.

43


(38)

Jika pada satu saat, karena kesepakatan anggota, kepanjangan PITI

kembali menyandang atau mempergunakan nama etnis Tionghoa pada nama

organisasi ini, itu semata-mata sebagai strategi dakwah dan kecirian organisasi ini

bahwa prioritas sasaran dakwahnya tertuju kepada etnis Tionghoa.44

Seiring dengan nafas reformasi tahun 2000, sontak membuat PITI tergelitik untuk melakukan perubahan. Muktamar Milenium (Muktamar Nasional II) pun digelar guna membangkitkan kembali semangat dan struktur organisasi PITI. Pada muktamar ini, akhirnya secara resmi ditetapkan Ketua Umum Alternatif yaitu Bapak HM Trisno Adi Tantiono selaku Ketua Umum Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PITI 2000-2005. Dalam perjalanan selanjutnya, karena kesibukan kerja dan alasan yang bersifat pribadi Bapak HM Trisno Adi Tantiono mengundurkan diri. sehingga sejak tanggal 2 Oktober 2003 forum internal sepakat mengangkat atau menunjuk sebagi ketua umum

bapak HM Jos Soetomo. Lewat berbagai proses yang muncul dalam perjalanan keorganisasiannya, menunjukkan bahwa masih perlu banyak penyempurnaan dan pengaturan mekanisme organisasi dalam lingkungan

Pada kepengurusan masa bakti ini, program utama PITI, terbatas pada

rekonsolidasi kepengurusan wilayah dan daerah-daerah yang pada masa lalu,

kepengurusannya sudah ada di seluruh propinsi di Indonesia dari Aceh sampai

Papua.

44


(39)

Muktamar Nasional III PITI di Kota Surabaya tanggal 2-4 Desember

2005, untuk periode 2005-2010, terpilih kembali sebagai ketua umumnya, bapak.

H.M. Trisno Adi Tantiono.

Saat ini baru terkonsolidasi Koordinator Wilayah untuk Propinsi-propinsi

Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta,

Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Lombok,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. Yang masih dalam

proses persiapan, Propinsi-propinsi Sumatera Barat, Jambi dan Jawa Barat. Tahun

2005 ini, geliat gerakan dakwah di daerah-daerah mulai nampak yakni dengan

mulai banyaknya pembangunan masjid-masjid berarsitektur Tiongkok mengikuti

jejak pendirian masjid H.Mohamad Cheng Ho di Kota Surabaya, seperti di

Purbalingga, Masjid Ja’mi An Naba KH Tan Shin Bie, di Purwokerto, di Kota

Palembang Masjid Cheng Ho Sriwijaya dan Kota Semarang, Masjid Cheng Ho

Jawa Tengah dan Islamic Center di Kota Kudus.

Kita turut bersyukur dan berbangga bahwa karena jasa-jasanya kepada

Nusa dan Bangsa, salah satu pendiri PITI, almarhum H. Abdul Karim Oei Tjeng

Hien, pada tanggal 15 Agustus 2005 yang lalu, telah dianugerahkan Tanda

Kehormatan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Republik Indonesia.45

45


(40)

B. Visi dan Misi PITI

Visi PITI adalah mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin (Islam

sebagai rahmat bagi sekalian alam). Misi PITI didirikan adalah untuk

mempersatukan muslim Tionghoa dengan Muslim Indonesia, muslim Tionghoa

dengan etnis Tionghoa non muslim dan etnis Tionghoa dengan umat Islam.46

C. Struktur Kepengursan PITI

Dalam hal kepengurusan, sejak didirikan ketentuan organisasi khususnya

tentang penyelenggaraan musyawarah tingkat nasional yang terkait pula dengan

pergantian masa bakti kepengurusan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP), belum

dijalankan atau dilaksanakan secara konsekwen, yakni setiap lima tahun.

Muktamar Nasional III PITI di Kota Surabaya tanggal 2-4 Desember

2005, untuk periode 2005-2010, terpilih kembali sebagai Ketua Umumnya, bpk.

H.M. Trisno Adi Tantiono.

Di dalam sebuah organisasi yang professional, tentu ada kepengrusan yang

akan menjalankan roda organisasi kedepan. PITI mempunyai struktur

kepengrusan yang memiliki tugas dan fungi masing-masing. Penetapan ini dengan

tujuan untuk mempermudah dalam menjalankan kegiatan yang sudah menjadi visi

misi PITI.

Di bawah ini penulis lampirkan susuna Dewan Pengurus Pusat Persatuan

46

Wawancara Pribadi Bapak Syarif S, Tanudjaja, SH, @7 Mai 2008, Sekretariat DPP PITI


(41)

Islam Tiongoa Indonesia ( DPP PITI).

SRTUKTUR KEPENGURUSAN

DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN ISLAM TIONGOA INDONESIA ( DPP PITI) PERIODE 2005-2010

DEWAN KEHORMATAN 1. Drs. H.M. Jusuf Kalla 2. H.M. Aksa Mahmud

DEWAN PENASEHAT 1. H.M. Jos Soetomo

2. H.M.Y. Bambang Sudjanto 3. H. Max Mulyadi Supangkat 4. H. Eddy Sulaeman

5. H. Susilawan Yukeng

6. H. Achmad Ghozali Katianda, SH. 7. H.M. Ali Karim Oey, SH.

8. Dr. H.M. Syafi’I Antonio, M. Ec.

DEWAN PENGURUS HARIAN

Ketua Umum : H.M. Trisno Adi Tantiono

Ketua Bid. Organisasi & Hukum : Prof. Dr. Eko Sugitario, SH.,CN., M. Hum Ketua Bid. Dakwah, Pendidikan : H. Syarif S. Tanudjaja, SH.

& Kebudayaan

Ketua Bid. Kesejahteraan Sosial : Drs. H.M. Anda Hakim, SH., MH., MBL Ketua Bid. Pengembangan Ekonomi : Donni Asalim, SH.

Sekretaris Umum : H. Budi Setyagraha

Sekretaris : H.S. Willy Pangestu

Bendahara Umum : H. Prana Tandjudin, SH. MM.47

47


(42)

D. Program-Program kerja PITI

Program PITI adalah menyampaikan tentang dakwah Islam khususnya

kepada masyarakat keturunan Tionghoa dan pembinaan dalam bentuk bimbingan,

kepada muslim Tionghoa dalam menjalankan syariah Islam baik di lingkungan

keluarganya yang masih non muslim dan persiapan berbaur dengan umat Islam di

lingkungan tempat tinggal dan pekerjaannya serta pembelaan atau perlindungan

bagi mereka yang karena masuk agama Islam, untuk sementara mempunyai

masalah dengan keluarga dan lingkungannya. Sampai dengan saat ini, agama

Islam tidak dan belum menarik bagi masyarakat keturunan Tionghoa karena

dalam pandangan mereka, agama Islam identik dengan kemunduran, kemalasan,

kebodohan, kekumuhan, pemaksaan dan kekerasan (radikal dan teroris).

Program kegiatan dakwah DPP PITI secara umum peliputi beberapa berikut ini:

1. Melakukan suatu pembinaan tentang agama kepada anggota 2. Mengadakan pengajian, diskusi keagamaan di DPP, DPW dan DPC 3. Megadakan peringatan PHBI

4. Melakukan Bakti Sosial


(43)

E. Tujuan dan Sasaran PITI

PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.

Apapun dan bagaimanapun kondisi organisasinya, PITI sangat diperlukan oleh etnis Tionghoa baik yang muslim maupun non muslim. Bagi muslim Tionghoa, PITI sebagai wadah silaturahmi, untuk saling memperkuat semangat dalam menjalankan agama Islam di lingkungan keluarganya yang masih non muslim. Bagi etnis Tionghoa non muslim, PITI menjadi jembatan antara mereka dengan umat Islam. Bagi pemerintah, PITI sebagai komponen bangsa yang dapat berperan strategis sebagai jembatan penghubung antar suku dan etnis, sebagai perekat/lem untuk mempererat dan sebagai benang perajut persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik.48

Adapun tujuan PITI secara umum adalah :

1. Menjalin hubungan ukhwah islamiah sesama etnis Tinghoa yang

muslim.

2. Membangun komunitas yang sesuai dengan ajaran islam. 3. Mengajarkn kepada anggota tentang ajararm Islam

4. Menjadikan PITI sebagai wadah untuk menambah dan menuntut ilmu

48


(44)

pengetahuan agama Islam bagi etnis Tinghoa. Sedangkan yang menjadi sasaran PITI adalah :

1. Etnis Tionghoa di Indonesia yang sudah memeluk agama Islam 2. Etnis Tionghoa yang mau memeluk agama Islam tampa ada paksaan.

F. Sarana dan Prasarana

Dalam sebuah organisasi yang tidak kala pentingnya adalah masalah pendanaan, karena tampa sumber ini organisasi tidak akan berjalan dengan efektif. Tentang pendanaan PITI selama ini adalah dari iuran dan suka rela dari pengurus dan anggota tampa ada aturan bahwa setiap anggota diwajibkan membayar iuran. Di samping itu, pendanaan kadan-kadang juga di bantu oleh pihak pemerintah, itupun harus diajukan sebuah permohonan bantuan dana organisasi PITI.

Di antara sarana dan Prasarana PITI yaitu : 1. Sekretariat DPP, DPW, DPC 2. Web Site

3. Ruang perpustakaan 4. Bulletin DPP, DPW,DPC49

49

Wawancara Pribadi Bapak Syarif S, Tanudjaja, SH, @7 Mai 2008, Sekretariat DPP PITI


(45)

BAB IV

ANALISIS STRATEGI DAKWAH PERSATUAN ISLAM

TIONGHOA INDONESI (PITI) PERIODE 2005-2010 DALAM

MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA

G. Maksud dan tujuan strategi dakwah PITI

Dilihat dari sejarah berdirinya PITI bahwa secara khusus maksud dan tujuan PITI adalah untuk mempersatukan muslim Tionghoa yang ada di Indonesia, dan menjadikan sebagai muslim yang kaffah. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu ada suatu strategi dakwah dalam mengembangan dan meningkatkan pengetahuan agama bagi anggota.

Oleh karana itu, yang menjadi tujuan strategi dakwah PITI adalah: 1. Mengajarkan masalah aqidah (Tauhid)

Menurut bapak Syarif S. Tanudjaja (Ketua Bidang keagamaan DPP PITI) selama ini kesan pemikiran dan wawasan orang muslim Tionghoa terhadap Islam ini sangat keliru, itulah yang menjadi tugas bagaimana mengubah pola pikir etnis Tionghoa terhadap Islam dan bisa memahami bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Jadi ketika ia sudah menjadi muslim, hal yang pokok dilakukan oleh PITI adalah memberikan suatu pembinaan dalam pemahaman dasar-dasar aqidah, ibadah, ahklak dan hal yang menjadi dasar bagi pemeluk agama Islam, sehingga anggota yang mayoritas muallaf yang masih membutuhkan


(46)

pembinaan supaya bisa memahami bahwa Islam itu sempurna, indah, baik dan memberikan pedoman dalam menjalani kehidupan duniawi50.

2. Mengajarkan masalah ibadah

Setiap muslim juga wajib mempelajari ilmu tentang cara ibadah dan hukum-hukum pokok secara sempurna dan benar. Kewajiban inilah yang merupakan sebagian kewajiban yang harus dijalankan oleh pemeluk agama Islam. PITI merupakan tempat menuntut ilmu pengetahuan bagi anggota yang kurang tau bahkan belum memahami Islam, terutama masalah ibadah. Inilah yang menjadi tujuan PITI untuk mengajarkan dan membina setiap anggota yang masih belum memahami hal-hal yang menyangkut maslah ibadah.

3. Menjalin hubungan Ukhwah islamiah sesama etnis Tionghoa

bagaimanapun kondisi organisasinya, PITI sangat diperlukan oleh etnis Tionghoa yang muslim. Bagi muslim Tionghoa, PITI sebagai wadah silaturahmi, untuk saling memperkuat semangat dalam menjalankan agama Islam di lingkungan keluarganya yang masih non muslim. Bagi etnis Tionghoa non muslim, PITI menjadi jembatan antara mereka dengan umat Islam.

4. Menjadikan ummat yang berazaskan Islam.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan dakwah dengan strategi yang telah disusun oleh PITI adalah mengajak anggota yang mayoritas muallaf ke jalan Allah SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir anggota, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dan berazaskan

50


(47)

Islam. 51

Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok, baik organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-usaha yang mengerahkan pada penyampain tujuan disebut strategi.

Strategi dakwah yang menjadi sasaran PITI pada dasarnya adalah bagi kaum muslim etnis Tionghoa baik yang sudah beragama Islam maupun yang mau memeluk agama Islam. Karena menurut Bapak Syarif S. Tanudjaja yang lebih efektif dalam menyampaikan syi’ar Islam kepada Muslim Tionghoa adalah Tokoh-tokoh agama yang ada di kalangan orang muslim Tionghoa.52

H. Pengaruh strategi dakwah PITI

Setiap kegiatan dakwah atau strategi yang kita lakukan di PITI untuk menyampaikan syiar Islam dan pengetahuan ajaran agama, tentu berpengaruh kepada anggota, di situ bisa kita lihat bagaimana tingkat pengetahuan anggota terhadap ajaran Islam dan bagaimana pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari, karena yang menyampaikan dakwah itu sendiri adalah dari kalangan muslim Tionghoa, jadi sasaran dan tujuannya lebih efektif dan terarah. Disisi lain kita juga tidak bisa mengatakan strategi yang dilakukan itu sudah maksimal, tetapi paling tidak sudah menyentuh sebagian apa yang menjadi pokok dan dasar dalam ajaran Islam, dan aonggotapun sudah bisa memahaminya.

51

Wawancara Pribadi Bapak Syarif S Tanudjaja, SH, 27 Mai 2008, DPP PITI 52


(48)

Ketika kegiatan dakwah yang dilakukan oleh PITI dengan berbagai strategi dakwah yang dilakukan tentu mempunyai pengaruh yang positif terhadap anggota dalam memahami ajaran Islam.53

Dari urain diatas penulis mengambil beberapa hal dari pengaruh strategi yang dilakukan PITI dalam melakukan kegiatan dakwah, diantaranya:

1. Anggota PITI bisa mengetahui tentang Islam yang sebenarnya. 2. PITI sebagai tempat bagi anggota untuk belajar dalam memahami

ajaran Islam.

3. Anggota lebih konsekwen dalam menjalankan agama Islam.

4. Meningkatkan keyakinan aqidah, kualitas ibadah dan hal-hal yang menjadi anjuran agama Islam.

I. Perumusan strategi dakwah PITI

Perumusan strategi dakwah yang dilakukan oleh PITI adalah membuat suatu konsep dan langkah-langkah awal dalam merumuskan strategi yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah.

Cara dan teknik perumusan strategi yang dilakukan PITI dengan memakai rumus analisis SWOT.

53


(49)

1. Strenght (kekuatan)

PITI merupakan organisasi dakwah atau tempat berhimpun bagi etnis muslim Tionghoa. PITI juga dengan kekuatan yang dimiliki berusaha keras untuk menjadikan anggota sebagai ummat yang benar-benar menjalankan ajaran Islam. Secara praktis kemungkinan tersebut didukung oleh beberapa faktor :

a. letak geografis PITI yang berada di Negara yang mayoritas beragama Islam, jadi untuk mengembangkan ajaran Islam kepada anggota akan lebih mudah dan anggotapun senang untuk mengamalkannya.

b. PITI mempunyai kantor atau tempat melakukan rutinitas keagamaan baik di pusat maupun diberbagi daerah yang ada di Indonesia. Ini menjadi salah satu kekuatan bagi PITI untuk melakukan kegiatan dakwah.

c. komunikasi dan kekeluargaan yang baik sesama etnis Tionghoa, dan begitu juga dengan masyarakat dan pemerintah, sehingga banyak kemudahan yang diperoleh dalam menjalankan kegiatan.

d. loyalitas dan komitmen pengurus dan anggota untuk menjaga dan membangun PITI, bagaimanapun dan dimanapun PITI akan tetap ada ditengah-tengah etnis muslim TIonghoa

2. Weakness (kelamahan).

Walaupun PITI memiliki aspek kekuatan yang besar, PITI juga memiliki kelemahan-kelemahan didalam melakukan berbagai kegiatan keagamaan, diantaranya:


(50)

a. kurangnya proses kordinasi, imformasi dan komunikasi yang dilakukan oleh pengurus baik di DPP maupun di daerah, sehingga anggota kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dakwah.

b. Kurangnya ketegasan dari semua unsur terutama bagi pengurus, sehingga manajemen organisasi mengalami kelemahan dalam memberikan solusi. Namun demikian hal ini dapat diperbaharui sehingga dikemudian hari PITI menjadi lebih akomodatif dalam menampung segala aspirasi anggota. 3. Oportunity (peluang)

PITI merupakan organisasi besar yang bergerak dalam bidang dakwah, tentu banyak peluang-peluang yang menjadikan PITI sebagai wadah mengembangkan syi’ar Islam, diantara peluang itu adalah:

a. Memiliki Sumber daya manusia yang intelek. b. Mempunyai kantor baik di pusat maupun di daerah

c. Memiliki hubungan baik dengan pemerintah dan masyarakat sekitanrnya.

4. Threatmen (ancaman)

PITI yang telah hampir setengah abad berdiri tentunya sudah banyak pengalaman, namun demikian seiring terus berkembangnya zaman PITI harus lebih siap lagi dengan menyiapkan diri untuk menghadapi persoalan yang dialami anggota. Persolan-persoalan yang mendasar yang harus dilaksanakan PITI antara lain :

a. Menyiapkan Sumber Daya manusia PITI yang sesuai dengan kebutuhan anggota.


(51)

b. kemampuan menempatkan PITI sebagai organisasi dakwah dalam rangka membina anggota.

c. menjaga nama baik organisasi yang telah tinggi supaya tidak terjadi kepakuman dan kemunduran.54

pengurus PITI mempelajari serta menganalisa tentang faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi, setelah itu PITI merumuskan strategi dengan pemikiran-pemikiran dan langkah-langkah dalam menentukan strategi dakwah yang akan diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan dakwah.

Adapun pokok-pokok pikiran dan langkah-langkah dalam merumuskan strategi dakwah PITI adalah:

a. Pengenalan sasaran dakwah.

Dalam hal ini PITI melakukan pendekatan sosiologis untuk mengetahui sistem sosial yang ada di dalam komunitas muslim Tionghoa, sehingga dakwah yang disampaikan benar-benar menyentuh dan sesuai dengan kondisi mad’unya.

b. Mengetahui situasi dan kondisi.

PITI melihat pada situasi dan kondisi, untuk mengetahui situasi dan kondisi ini sangat penting bagi merumuskan strategi. Situasi ini meliputi factor-faktor yang mendukung dan menghambat dari semua unsur-unsur dakwah.

c. Pengkajian tujuan.

54


(52)

Dakwah islamiah adalah serangkain kegiatan yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Sedangakan tujuan-tujuan dari strategi dakwah PITI adalah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada anggota.

J. Implementasi strategi dakwah PITI

PITI bukan sebuah organisasi yang hanya sebuah tempat komunitas etnis Tinghoa tanpa ada tujuan dan sasaran, tetapi PITI adalah orgaisasi dakwah yang memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Jadi cara PITI dalam mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah disusun dalam bentuk program-program dakwah adalah membuat berbagai agenda keagamaan yang dibutuhkan oleh setiap anggota, Baik itu dalam bentuk acara yang sudah di tetapkan oleh PITI maupun kegiatan dakwah yang sipatnya komunitas kecil, Seperti dikalangan keluarga, kerabat dan lain-lain.

Yang pertama menyampaikan, dan mengajarkan masalah aqidah. Tetapi tidak terlalu mendalam, karena itu adalah pondasi atau dasar agama untuk meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar. setelah itu baru kita ajarkan masalah syariah atau ibadah dan materi-materi lain yang menyangkut dengan ajaran Islam yang harus dilaksanakan.

Menurut Bapak Syarif S. Tanudjaja, Untuk sekarang kita lebih memfokuskan dalam menyampaikan materi dakwah kepada anggota adalah orang muslim Tionghoa sendiri di antaranya adalah : Ust. Fefen Efendi, Solihin Syani, Mahmud Yunus, syarif Hidayatullah, Thoib dan lain-lain. Di samping itu kita juga melibatkan pembicara-pembicara selain muslim Tionghoa


(53)

Sebelum kegiatan dakwah yang kita lakukan, yang paling utama adalah membuat syi’ar dalam bentuk imformasi, baik dari media massa maupun elektronik, bahwa ada sebuah komunitas etnis Tiongho yang beragama Islam. Setelah itu baru dilakukan bentuk pembinaan bagi muslim Tionghoa yang sudah tergabung didalam komunitas PITI. Di sinilah pengurus menyampaikan dakwah kepada mereka tentang ajaran Islam.55

K. Respon anggota terhadap strategi dakwah PITI.

Berikut ini pertanyaan yang diajukan penulis dalam bentuk angket terhadap responden PITI mengenai strategi dakwah yang dilakukan PITI.

Angket bersifat tertutup dan dibagikan kepada anggota PITI yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Jumlah responden sebanyak 20 orang. Berikut penulis rangkum hasilnya dalam bentuk tabel.

TABEL I

Pengertian strategi dakwah menurut responden

! "

# $ $

%$ $ $ $

& $ $$

55


(54)

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa mayoritas responden mengatakan bahwa pengertian strategi dakwah adalah cara untuk mencapai tujuan dakwah dengan jumlah presentase 70 %. Di dalam menyampaikan syi’ar Islam dikalangan umat muslim khususnya bagi muslim Tionghoa yang ada di Indonesia, tentu perlu ada strategi dakwah yang jelas, terarah dan terencana. Karena untuk mencapai tujuan dakwah harus ada sebuah cara, taktik untuk menyampaikan dakwah kepada umat.

TABEL II

Menurut responden tentang strategi dakwah PITI

' '

# $

$ #$ $ $

& $ $$

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa, strategi dakwah yang di lakukan oleh PITI dalam melaksanakan kegiatan dakwah sudah bagus dan sudah menyentuh sasaran mad’u dengan jumlah presentase 60 %. Sedangkan jawaban A yang mengatakan bahwa strategi dakwah PITI bagus sekali pilihan jawaban responden


(55)

yang dipresentasekan 10%. Jawaban C yaitu kuarang bagus dengan jumlah presentase 30 %. Sedangkan jawaban D yana mengatakan tidak bagus dengan jumlah presentase 0 %.

Menurut salah seorang anggota PITI mengatakan bahwa PITI mempunyai daya tarik bagi anggota untuk memperdalam Ilmu pengetahuan agama, karena pengurus sangat memperhatikan dan memberikan pembinaan bagi anngota dalam meningkatkan pengetahuan agama. Baik itu dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal dan

dakwah bil-qalam, kesemua itu merupakan strategi dakwah PITI.

Sesuai dengan jawaban responden diatas bisa dikatakan bahwa strategi yang dilakukan oleh PITI dalam menjalankan dakwah Islam kepada anggotnya sudah berjalan dengan baik, karena anggota sudah merasa memiliki pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam yang menjadi suatu kewajiban dalam beragama. Walaupun ada yang harus ditingkatkan dan di evaluasi tentang apa yang menjadi kekurangan di dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah, terutam masalah waktu, pembicara, tempat pelaksanaan dan sistem kordinasi yang maksimal dari pengurus.

TABEL III

Seharusnya strategi dakwah piti bagi responden


(56)

( ( (

$ $ $

$ $ $

& $ $$

Dari tabel di atas, seluruh resfonden PITI menegaskan bahwa strategi dakwah PITI dalam meningkatkan Ibadah anggota adalah memberikan pengetahuan tentang ajaran Islam sebagai modal awal dan diimplementasikan dalam bentuk pembinaan yang dilakukan oleh PITI dengan jumlah presentase 100%, sedangkan jawaban B dengan presentase 0 %. Artinya PITI harus mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh anggota yang masih minim dengan pengetahuan agamaIslam, bukan dengan memberikan sebatas pengetehuan tampa ada suatu pembinaan yang masih dibutuhkan oleh anggota PITI.

TABEL IV

Tingkat kehadiran responden dalam mengikuti kegiatan dakwah PITI


(57)

* + ,

&

$ # $

-$ $ $

& $ $$

Menurut ketua bidang dakwah dan pendidikan bapak Syarif S, Tanudjaja, SH, mengatakan bahwa kegiatan dakwah yang sipatnya dakwah Bil-Lisan tidak berjalan dengan semestinya, karena kurangnya kordinasi antara pengurus dalam menetapkan kegiatan-kegiatan dakwah. Begitu juga dakwah yang sipatnya melalui media seperti bulletin dan melalui web site yang diterbitkan DPP PITI

kurang berjalan.

Dilihat dari tabel di atas mayoritas resfonden mengatakan bahwa tingkat kehadiran dalam mengikuti kegiatan dakwah kadang hadir dan kadang tidak dengan jumlah presentase 50 % baik itu melalui pengajian, diskusi yang sudah diagendakan oleh pengurus PITI, jawaban A yang mengatakan selalu mengikuti dengan jumlah presentase 20 %, jawan C dengan tingkat kehadirannya jarang dengan presentase 30 %. Dari jawaban diatas, PITI harus lebih membuat suatu kegiatan yang sipatnya rutinitas dan terkordinir, mulai dari kehadiran anggota, pengurus, begitu juga pembicara-pembicara.


(58)

Mamfaat bagi responden dalam mengikuti kegiatan dakwah PITI

*

' +

&

#

$

.$

$ $ $

& $ $$

Dari tabel di atas bisa kita lihat, mayoritas resfonden merasakan beberapa manfaat dalam mengikuti kegiatan dakwah yang ada di PITI yaitu menambah pengetahuan agama dan juga sebagai tempat silaturrahmi bagi etnis Tionghoa dengan jumlah presentase 80 %, jawaban B yang mengatakan kurang dengan presentase 10 %, sedangkan jawaban C yaitu tidak ada dengan presentase 10 %.

PITI sebagai organisasi dakwah tentu berfungsi sebagai organisasi yang bisa memberikan yang terbaik kepada anggota, terutama dalam meningkatkan pegetahuan agama atau ajaran Islam yabg sudah menjadi kewajiban bagi pemeluknya. Di samping itu juga memberikan nuansa silaturrahmi bagi kalangan muslim Tionghoa yang ada di Indonesia.


(59)

Materi dakwah yang di sampai PITI menurut responden

!

* +

& / +

#

$ $

.$ $ $ $

& $ $$

Dari tabel di atas setiap anggota yang pernah mengikuti kegiatan dakwah di PITI mengatakan bahwa materi yang disampaikan oleh PITI kepada anggota tentu ada yang membahas masalah ibadah dengan presentase 80 %, jawaban B yaitu kadang-kadang dengan presentase 20 %, sedangkan jawaban C dan D yaitu tidak ada dan ragu-ragu dengan presentase 0 %.

Menurut ketua bidang dakwah dan pendidikan bapak Syarif S, Tanudjaja, SH bahwa yang paling utama dilakukan PITI terhadap anggota adalah menanamkan dasar-dasar aqidah mengenai kepercayaan, setelah itu baru mengenai hal yang berkaitan dengan ibadah. Baik itu masalah kewajiban shalat, puasa , zakat, haji dan hal-hal yang menjadi kewajiban bagi pemeluk agama Islam.

TABEL VII


(60)

0 )

* +

&

#

$ $

.$ $ $ $

& $ $$

Dari tabel di atas mayoritas responden mengatakan bahwah pengurus selalu membantu dan memberikan pemahaman yang jelas kepada anggota ketika anggota kurang pengetahui mengenai masalah ibadah dengan presentase 80 %, sedangkan jawaban B yang mengatakan kadang-kadang dengan jumlah presentase 20 %, sedangkan jawaban C dan D dengan jumlah presentase 0%. PITI merupakan tempat bertanya dan menyampaikan keluhan-keluhan yang kurang dan tidak memahami tentang tata cara beribadah. PITI selalu melayani setiap anggota yang kurang memahami persoalan ibadah.


(61)

Menurut responden tentang materi yang disampaikan PITI

)

* &

#

$

#$ $ $ $

& $ $$

Menurut salah seorang dari anggota PITI yang selalu mengikuti kegiatan dakwah yang dilakukan oleh PITI, merasa senang sekali setiap materi-materi yang disampaikan. Dari tabel diatas mayoritas responden mangatakan senang sekali dengan materi yang disampaikan dengan jumlah presentase 60 %, jawaban B dengan jumlah presentase 30 %, sedangkan jawaban C dengan jumlah presentase 10 % dan jawaban D dengan presentase 0 %. Jadi PITI sudah bisa mensuguhkan materi dengan cara dan taknik yang bagus dalam melakukan kegiatan dakwah, karena tingkat pengetahuan anggota akan bertambah dalam memahami Islam dan ajarannya. Jadi banyak responden yang mengatakan senang terhadap materi yang di suguhkan oleh pembicara-pembicara yang mayoritas dari kalangan muslim TIonghoa.


(1)

harus selalu ada peningkatan dalam menjalankan agama Islam. sebelum hal itu dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan target hasil dari setiap paket dakwah yang kita jalankan sehinga memudahkan membuat grafik perkembangan dakwah. karena dakwah adalah suatu proses yang menuntut suatu perubahan dan perkembangan.56

3. Memperbaiki mekanisme kerja

Dalam mengambil kebijakan untuk mengubah suatu strategi tidak harus strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan. PITI melihat yang menjadi pendorong dan hambatan dalam mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah ada, setelah itu baru diukur apakah strategi yang sudah ada sudah mencapai sasaran dan tujuan PITI.

56


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari urain bab-bab yang telah penulis jelaskan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa PITI memiliki strategi yang efektif, terarah dan terencana dalam melakukan kegiatan dakwah didalam mengembangkan muslim Tionghoa menjadi muslim yang benar-benar tahu dan memahami ajaran agama Islam. Walaupu masih banyak yang harus dibina dalam meningkatkan strategi dakwah yang lebih baik dan sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan oleh tokoh-tokoh PITI, namun pada dasarnya PITI sudah berhasil menghimpun keturunan etnis Tionghoa yang beraagama Islam dan mampu memberikan suatu pembinaan kepada anggota tentang Islam.

2. Respon anggota sangat bagus setelah mengikuti berbagai kegiatan dakwah, apakah itu dalam bentuk pengajian, diskusi yang sudah di jadwalkan, maupun dari dakwah dalam bentuk dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal seperti bulletin, jurnal dan adanya sebuah komunitas kecil seperti Muslim Tionghoa keluarga. Di samping itu harus di akui juga, bahwa apa yang di butuhkan anggota kadang-kadang tidak terpenuhi, ini lah yang menjadi catatan dan tugas yang harus di


(3)

perbaiki oleh PITI terutama bagi pengurus dalam mengatur kembali strategi dakwah dalam mencapai tujuan dari dakwah tersebut.

3. Strategi yang diterapkan oleh PITI sangat berpengaruh terhadap anggota. Karena anggota yang sudah tergabung dalam wadah PITI dan ikut dalam kegiatan dakwah yang dilakukan oleh PITI memiliki nilai positif dalam meningkatkan pengetahuan agama, terutama tentang bagaimana cara beribadah yang sudah diajarkan oleh Islam.

B. Saran-Saran

Saran-saran yang penulis kemukakan buat PITI

1. Buat masa depan, yang penting PITI wajib mengantisipasi tantangan agar supaya menjadi satu organisasi yang disukai, disenangi bahkan dicintai oleh keturunan muslim Tionghoa. Semoga PITI juga dapat menjadi jembatan emas dan mengantarkan keturunan Tionghoa manjadi salah satu faktor yang dapat mempersatukan semua komponen bangsa yang ada menjadi satu tubuh bangsa. Untuk keperluan tersebut maka perlu dipertimbangkan dan diputuskan langkah-langkah yang harus diambil agar peran strategi tersebut dapat diemban oleh PITI dari masa kemasa.


(4)

2. Kordinasi, komunikasi dan informasi adalah suatu komponen yang tidak bisa ditinggalkan dalam menjalankan sebuah organisasi, terutama menjalankan kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi pokok dan tujuan PITI. Disini penulis sarankan PITI harus lebih aktif dan intensif dalam menjalankan tiga hal tadi dalam menjalankan kegiatan-kegiatan dakwah dalam meningkatkan ibadah anggota.

3. Harus ada suatu evaluasi kongkrit yang dilakukan oleh PITI. Karena sutau kegiatan dakwah tidak akan ada perkembangan yang lebih baik, kalau tidak ada evaluasi untuk meningkatkan efektivitas aktivitas dakwah.


(5)

DAPTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Isa As-Salim, Manajemen Rusulullah Dalam Berdakwah. (Jakarta, Pustaka Azzam, 2001). Cet ke-I.

Abdul Aziz, Jum’ah Amin. Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam. (Solo: Era Intermedia, 2000). Cet ke-3.

Abdul Khaliq, Abdurrahman. Strategi dakwah Syar’iyah. (Solo : CV. Pustaka Mantiq, 1996). Cet ke-I.

Abdul Khaliq, Abdurrahman. Metode dan Strategi Dakwah Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996).

Abdul. Somad, Muhammad Idris M.A. Ilmu Dakwah (Jakarta: T.pn, 2005). Al-Wakil, Muhammad Sayyid. Prinsip dan Kode Etik Dakwah.(Jakarta:

Akademika Pressindo, 2002). Cet ke-1.

A.M Kadarman, et al. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999).

Amsyari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia. (Bandung: Mizan, 1990). Cet ke-1.

Arikunto, Suharsimi. prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). edisi revisi II.

Asmuni Syukir. Dasar-dasar Stratgi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.) David, Fred R. manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002).

Hari Purnomo, Setiawan dan Mansyah, Zulkiefli. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar ( Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999 ).

Harjani, Hepni Lc dan Drs. H. Munzier, Suparta MA. Metode Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2003). Cet ke- I.

H.M. Syarif Tanudjaja, SH. Sekilas Tentang PITI. Jakarta. DPP PITI,20 Mai 2005 Internet, WWW. DPP PITI @ Yahoo. Com


(6)

J. Moleong, Lexy M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997). Cet ke-10.

Nawawi, Hadari. Manajemen Stategi Organisasi Non ProfitBidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidkan. (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000 ). Cet ke-1.

Pengurus DPP PITI, Warta PITI (Jakarta: T.pn, 2004), edisi 8 April 2004. Pengurus DPP PITI, pembina ( Jakarta: T.pn, 1993), Edisi 1.

Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Abdul Djaliel, Maman. Prinsip dan Strategi Dakwah. ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2001). Cet ke- II.

Shihab, M. Quraish, Tapsir Al-misbah, (Tangerang : Lentera Hati, 2005), Cet ke- 4.

Singarimbundan, Masri. Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995). Cet ke-1.

S.P. Siagian, manajemen Moder. (Jakarta: Masagung, 1994). Cet ke-2.

Sri Budi, Cantika dan Amirullah. manajemen Strategi. (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2000). Cet ke-1.

Struktur kepengurusan PITI Periode 2005-2010.

Sujono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 1996), Cet ke-7

Surakhman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1980). Cet ke-7.

Syamsudin, Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. (Jakarta: Logos, 2000). Cet ke-1.

Usman, Syarif Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam. (Jakarta: Firma Jakarta, 1998).

Wahib Al-Qahthani, bin sa’id bin Ali wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah bijak. (Jakarta: Gema Insani Press, 1994). Cet ke 1.

Wawancara Pribadi Bapak Syarif S, Tanudjaja, SH,7 Mai 2008, Sekretariat DPP PITI