Peran dakwah yayasan Khasanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra desa Pisangan Ciputat

(1)

PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH

KEBAJIKAN (YKK) DALAM MENINGKATKAN

PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA

DESA PISANGAN CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh: Ahmad Shobrian NIM : 102051025441

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN (YKK) DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK

TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh: Ahmad Shobrian NIM : 102051025441

Di Bawah Bimbingan

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150254959

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN

DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH

KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh :

AHMAD SHOBRIAN NIM: 102051025441

Di Bawah Bimbingan

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150276299

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

Abstrak Ahmad Shobrian

Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat

Dakwah dalam Islam mempunyai peranan penting, sebagaimana juga ibadah mempunyai nilai yang mulia dalam Islam. Salah satu fungsi dakwah adalah mengajak orang lain untuk dapat mengamalkan ajaran Islam seperti ibadah, tidak terkecuali pada penyandang cacat tuna netra. Penyandang cacat tuna netra, memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang normal pada umumnya. Kekurangan fisik yang disandangnya, membuat tuna netra cenderung sulit untuk mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

Dakwah dalam penyelenggaraannya, butuh perhatian khusus dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Dalam hal ini, permasalahan yang timbul diantaranya adalah, bagaimana dakwah dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya pada kelompok tuna netra? Dan bagaimana bentuk pengamalan ibadah yang dilaksanakan pada kelompok tuna netra?

Penyelenggaraan dakwah, dapat dilakukan secara individu maupun kolektif dalam satu-kesatuan yang tertata rapih, sehingga penyelenggaraan dakwah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Yayasan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, peran yayasan dalam melaksanakan dakwah lebih mengajak seseorang pada tindakan yang nyata seperti. Melalui lembaga seperti yayasan tersebut aktivitas dakwah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan salah satu lembaga sosial kemasyarakan yang ikut berperan aktif dalam berdakwah. Peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam upayanya meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, membuat penulis tertarik untuk mengamati dan menelitinya.

Adapun metodologi yang digunakan dalam pembahasan ini ialah metode kualitatif, yaitu prosedur penelititan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif, seperti misalnya penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar peran dan aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, mengingat ibadah mempunyai nilai utama dalam Islam.Serta bagaimana bentuk pengamalan ibadah yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan terhadap kelompok tuna netra.

Dapat disimpulkan bahwa, YKK adalah lembaga sosial keagamaan yang mempunyai peran penting dalam mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, janda dan manula, serta kelompok tuna netra. YKK didirikan untuk menampung kaum dhu’afa, anak-anak yatim, kaum lemah tuna netra, untuk dibina dengan cara memberikan keterampilan, bimbingan keagamaan, dan sebagainya.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb

Segala puji serta syukur tak luput kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini dengan judul : Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat“. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penunjuk jalan dan pencerah hidup.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki masih sangat terbatas. Oleh sebab itu penulis berharap adanya saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan semangat pada penulis. Skripsi ini dapat penulis selesaikan merupakan nikmat yang luar biasa dan tak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu dirahmati oleh Allah SWT.

1. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ibunda Desti Aminta Tasrif dan Ayahanda Ahmad Shobur H. Hamzah yang telah mencurahkan segenap rasa kasih sayang dan do’a yang tidak pernah dan tidak akan sedikitpun penulis lupakan karena sangat besar dan berarti bagi penulis. Ungkapan rasa terima kasih yang mendalam juga untuk kakak tercinta Supriyadi dan Siti Maysaroh serta k’Nina dan Mas Pram terima kasih atas dukungan


(7)

moril maupun materil. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Najmi, Hawa, Meylia, Icha, QQ. I love u All so much…

2. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Murodi, MA, Pembantu Dekan Bidang Akademik Bapak Drs. Arief Subhan, M.Ag , Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan Bapak Drs. H Mahmud Jalal, M.Ag, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak Drs. Study Rizal. L.K.,MA.

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, dan Ibu Umi Musyarafah, MA, selaku ketua dan sekretaris prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Yang telah banyak membantu penulis dalam berbagai hal dan memberikan nasehat yang sangat berharga.

4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku pembimbing skripsi yang telah membantu, membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmunya, semoga bermanfaat bagi penulis.

6. Pimpinan dan seluruh staf karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis.

7. Bapak Drs. H. Najmuddin Siddiq, selaku ketua Yayasan Khazanah Kebajikan dan seluruh warga Yayasan Khazanah Kebajikan yang telah memberikan izin untuk penulis dalam melakukan penelitian.

8. Sahabat-sahabat KPI A 2002, Q’cul dengan gayanya yang khas, Dodoy dengan logatnya yang menggelitik, Ncek dengan kePDannya, Henden


(8)

dengan itung-itungannya, Japrenk dengan bahan spanduknya, Tami dengan Dakwah Institutenya, Leni, Ghina, Milda Oneng, Towil, Mudrik Hohe, Dian, Ade Gladak, Babeh, Lyly Aulia dan yang lain nya. Terima kasih atas do’a, dukungan, kebahagiaan dan kebersamaanya selama kita kuliah dalam menjalin persahabatan bahkan persaudaraan. I’ll miss u All so much…

9. Sahabat-sahabat cempaka, Kamil, Syibli, Ipank, Ujang, Jange, Qhitink, Gepenk dan yang lainnya. Sahabat-sahabat kertamukti, terima kasih kepada Erman yang sudah memberikan kesempatan untuk menggunakan komputernya, Ebho, Mpo’ Yani, Hanjonk, Gerink dan yang lainnya. Sahabat-sahabat sumedang dan yang lainnya dimana pun berada.

10. Special Thanks untuk Miranti, terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayangnya selama ini kepada kk’nya dengan selalu senantiasa mendo’akan dan memberikan motivasi. Terima Kasih…

Mudah-mudahan atas apa yang telah diberikan baik bantuan moril maupun materil kepada penulis mendapatkan ridha Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan fikiran dan saran untuk perkembangan pendidikan.

Penulis sangat menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang kostruktif agar lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, Maret 2009 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan... 9

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Pengertian Peran...11

B. Dakwah dan Ruang lingkupnya ...13

1. Pengertian Dakwah ...13

2. Unsur-unsur Dakwah ...15

C. Pengamalan Ibadah dan Ruang Lingkup Ibadah...28

1. Pengertian Pengamalan Ibadah...28

2. Bentuk-bentuk Ibadah ...29

D. Tuna Netra ...31

1. Pengertian Tuna Netra ...31

a. Penyebab Ketuna Netraan...32

b. Karakteristik Tuna Netra ...34


(10)

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan ...37 B. Visi dan Misi Yayasan Khazanah Kebajikan...38 C. Struktur Kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan...49 D. Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah

Kebajikan ...41 E.Sekilas Tentang Bimbingan Kelompok Tuna Netra Yayasan

Khazanah Kebajikan...44

BAB IV PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH DALAM

MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA

A. Aktivitas Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam

Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra...46 B. Bentuk-bentuk Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra ...52 C. Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam

Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Tuna Netra....58 D. Kendala-kendala dan Solusi Untuk Mengatasinya...65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...68 B. Saran ...69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel I Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Dakwah

Yayasan Khazanah Kebajikan...57 Tabel II Perasaan Responden Sebelum Mengikuti Aktivitas Di Yayasan ..58 Tabel III PerasaanResponden Setelah Mengikuti Aktivitas Di Yayasan ....58 Tabel IV Tanggapan Responden Terhadap Sikap Pembimbing Dalam

Memberikan Bimbingan ...59 Tabel V Tanggapan Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan

Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah .60 Tabel VI Tanggapan Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan

Khazanah Kebajikan Dalam Membentuk Kepribadian

Yang Baik...61 Tabel VII Sikap Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan Khazanah

Kebajikan Dalam Menjalankan Ibadah...61 Tabel VIII Kesadaran Responden Ketika Menjalankan Shalat Berjamaah...61 Tabel IX Tanggapan Responden Mengenai Dampak Shalat Tahajjud

Terhadap Peningkatan Ibadah ...62 Tabel X Sikap Responden Ketika Menerima Sumbangan Atau Santunan..62 Tabel XI Tanggapan Responden Terhadap Kajian Khusus Islam Dalam

Meningkatkan Pengertian Dan Penghayatan Ajaran Islam...63 Tabel XII Tanggapan Responden Terhadap Yayasan Khazanah Kebajikan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. 1

Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat itu sendiri, merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap manusia muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad SAW, untuk menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah SWT, jalan keselamatan dunia akhirat, disamping fungsi hidup sebagai khalifah di muka bumi ini.2

Perintah dalam melaksanakan dakwah Islamiyah yang merupakan tugas sebagai manusia muslim tercantum dalam kitab suci al-Qur’an, surat ali- Imron ayat 104 :



!

!

!

!""""

#

#

#

#$

$

$

$%

%

%

%

!

!

!

!

 &&&&''''

(

(

(

($

$

$

$ 

!

!

!

!

*

* +

*

*

+

+

+&&&&,

,

,

,$

$$

$

$

$

$

$ -

-

-

-.

.

.

./

/

/

/

0

0

0

0

1

1

1

1

2

2

2

2!

!

!""""

!

3

3

3

34

4

4

4

$

$%

$

$

%

%

%

5

5

5

5

.

.

.

.6

6

6

6

8

89

8

8

9

9

9:

:

:

:""""

''''

 *

*

*

*;

;

;

;

<

<

<

<=

=

= 3

=

3

3"""" >

3

>

>

> ?

?

?

?3

34

3

3

4

4

4

$

$

$

$%

%

%

%

1

1

1

1@

@

@A

@

A

A

A

B

B

B

B

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.3(ali-Imron:104)

1

Abd. Rosyad Shaleh, Managemen Dakwah Islam Abd. Rosyad Shaleh, , Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Hal. 1

2

H. Halimi AR, Problematika Dakwah Masa Kini dan Pemecahan nya, naskah makalah yang disampaikan dalam seminar pada tanggal 24 februari 2003, hal. 1

3


(13)

Dalam melaksanakan tugas untuk mengajak manusia ke jalan Allah, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, seringkali jalan yang ditempuh tidak mulus, dan selalu menemui hambatan dan rintangan.

Untuk itu dalam melaksanakan dakwah Islamiyah, diperlukan adanya siasat cermat dan strategi dakwah yang jitu, diantaranya dengan memahami kondisi mad’u yang dihadapi, dengan begitu dakwah yang kita sampaikan akan mudah diterima oleh mad’u.

Untuk menunjang keberhasilan dakwah, diperlukan usaha-usaha yang cepat dan konkrit, baik dalam bentuk metode atau alat yang akan dipakai untuk berdakwah. Demikian pula dakwah dalam menyebarluaskan agama Islam, juga perlu memperhatikan media yang digunakan dan tidak lupa juga situasi dan kondisi masyarakat.

“Tidak sedikit orang-orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya baik dalam keluarga, sosial, ekonomi, menjadi putus asa, patah hati, bahkan apatis terhadap segala persoalan. Kecacatan pada diri seseorang merupakan hambatan dan gangguan dalam aktivitas bagi penyandangnya. Untuk menimbulkan kepercayaan diri pada penyandang cacat tidaklah mudah, apalagi harus menjadikannya mandiri ditengah-tengah masyarakat”.4

Dakwah pada dasarnya menyampaikan risalah para Nabi (Muhamad). Hakekat dari tujuan dakwah itu sendiri adalah usaha yang diarahkan pada masyarakat luas untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan dalam menciptakan situasi yang yang baik sesuai dengan ajaran Islam disemua bidang kehidupan.5

Dakwah dalam penyelenggaraannya, butuh perhatian khusus dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Permasalahan yang timbul diantaranya

4

Zakiah Darajat, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, cet ke-6 h 3

5


(14)

adalah, bagaimana dakwah dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya pada kaum tuna netra. Penyelenggaraan dakwah, dapat dilakukan secara individu maupun kolektif dalam satu-kesatuan yang tertata rapih, sehingga penyelenggaraan dakwah dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Dakwah bagaikan urat nadi dalam Islam, karena dakwah merupakan aktualisasi nilai dan konsep teologis yang harus dimanifestasikan dalam suatu aktivitas manusia beriman dalam kehidupan masyarakat.6

Dakwah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dakwah secara langsung telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasul dalam menjalani aktivitas dakwahnya berinteraksi langsung melalui perkataan dan prilaku yang dapat dijadikan tauladan. Dakwah dapat pula dilaksanakan melalui media cetak, elektronik, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti yayasan.

Yayasan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, peran yayasan dalam melaksanakan dakwah lebih mengajak seseorang pada tindakan yang nyata. Melalui lembaga seperti yayasan tersebut aktivitas dakwah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Aktivitas tersebut berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, seperti pendidikan formal hingga kegiatan sosial keagamaan.

Yayasan Khazanah Kebajikan didirikan untuk menampung kaum dhu’afa, anak-anak yatim, kaum lemah tuna netra, untuk dibina dengan cara memberikan keterampilan, bimbingan keagamaan, dan sebagainya. Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan

6

M. Quraiy Shihab, Membumikan Al-Qur’an ( Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat ) Bandung Mizan 1998, cet. Ke. 17 hal. 193


(15)

mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, janda dan manula, serta kaum tuna netra.

Secara khusus, Yayasan Khaanah Kebajikan nampak seperti sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Salah satu keistimewaan Yayasan Khazanah Kebajikan adalah ciri khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya shalat tahajjud yang dilaksanakan bersama kaum tuna netra dan anak-anak asuh, kajian al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah, pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah.7

Melalui pemaparan singkat diatas, dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi pembahasan seputar peran dakwah dan aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dalam meningkatkan pengamalan ibadah seperti budaya ibadah sholat tahajjud bagi kaum tuna netra. Adapun hal-hal lain mengenai yayasan tidak termasuk pembahasan dalam penulisan skripsi ini.

7


(16)

2. Perumusan Masalah

Melalui identifikasi masalah diatas, penulis perlu merumuskan beberapa masalah yang akan menjadi pokok bahasan:

1. Aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra?

2. Bagaimana peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, serta peran Yayasan Khazanah Kebajikan dalam memberikan motivasi kepada kelompok tuna netra untuk tetap bekerja dan berkarya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang ada, penulisan skripsi ini bertujuan untuk memahami peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK).

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam khazanah ilmu pengetahuan dakwah, khususnya mengenai peran dakwah. Mengingat penulis merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk pengkajian dan penelitian


(17)

dalam pengembangan ilmu dakwah. Serta diharapkan penelitian ini dapat menjadi solusi untuk pengembangan dakwah pada Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) selaku objek yang diteliti.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun kuesioner dan tabulasi digunakan untuk memperkuat/melengkapi data. Metode penelitian kualitatif, metode yang sangat tegantung pada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi, (penggambaran) verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi.8 Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencari sumber informasi sebagai studi deskriptif yang menggambarkan objek apa adanya sesuai dengan kenyataan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan. Subjek penelitian ini adalah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) seperti ketua, pengurus, pembimbing anak-anak asuh serta kelompok tuna netra Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) untuk sumber informasi dalam penelitian ini. Objek penelitian merinci fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi dari penelitian. Sedangkan objek dari

8


(18)

penelitian ini adalah aktivitas dakwah yang dilakukan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) sebagai data yang mendukung penelitian ini.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian ini adalah:

a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik observasi yang peneliti lakukan bersifat mengamati secara langsung yaitu mengikuti jalannya proses aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK). Observasi yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat mengenai aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK). b. Interview

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Interview dilakukan dengan sumber yang berhubungan, baik itu secara langsung ataupun tidak dengan objek yang diteliti guna memperoleh data-data mengenai aktivitas dakwah yang berlangsung.

Teknik interview yang digunakan bebas terbuka yaitu peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan seputar aktivitas dakwah tersebut yang kemudian dikembangkan bersamaan dengan dijawabnya pertanyaan yang diajukan peneliti. Dari hasil wawancara ini penulis mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung


(19)

penelitian ini. Adapun interview dilakukan kepada pengurus harian Yayasan Khazanah Kebajikan yang khusus membidangi kelompok tuna netra, jama’ah tuna netra itu sendiri dan beberapa warga Yayasan Khazanah Kebajikan sebagai sumber penulis dalam megumpulkan data.

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak diperoleh dengan cara interview dan observasi. Yaitu dengan cara mencatat dan menganalisa data-data yang diperoleh penulis selama penelitian. baik melalui dokumen-dokumen seperti buku, artikel atau catatan-catatan lainnya.

d. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data atau fakta yang telah didapatkan, penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Disiplin ilmu ini bekerja dengan mengungkapkan data dan fakta secara alamiah tanpa sedikitpun mempengaruhi subjek maupun objek penelitian.

e. Kuesioner

Adalah suatu daftar yang berisikan berbagai pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu bidang tertentu.9 Ini adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan lembaran angket yang berisi pertanyaan terbuka atau tertutup kepada warga masyarakat.

9


(20)

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang peran Yayasan Khazanah Kebajikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Antar lain, dengan judul “Peranan Bimbingan Mental Keagamaan Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Asuh Di Yayasan Khazanah Kebajikan ”, yang diajukan sebagai skripsi di jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1998.

Penelitian ini bertujuan mengungkap proses bimbingan mental keagamaan yang dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Peneliti menguraikan proses aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan dalam membimbing mental keagamaan anak-anak asuhnya.

F. Sistematika Penulisan

Guna memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini meliputi latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORITIS : Dalam bab ini akan dibahas kerangka teori dengan uraian sebagai berikut : Pengertian Peran, Dakwah dan Ruang Lingkupnya. Meliputi : Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, Metode dan Tujuan Dakwah, Ibadah. Meliputi : Pengertian Pengamalan Ibadah, Bentuk-bentuk ibadah. Tuna Netra. Meliputi : Pengertian tuna netra, Karakteristik Tuna


(21)

Netra, Faktor Penyebab Ketunanetraan, Masalah-masalah yang dihadapi Tuna Netra

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH

KEBAJIKAN (YKK) : Gambaran Umum Tentang Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) yang meliputi tentang : Latar Belakang Berdiri, Visi, dan Misi, Struktur Kepengurusan, Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dan Sekilas Tentang Kelompok Tuna Netra Yayasan Khazanah Kebajikan

BAB IV PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT : Pembahasan tentang hasil penelitian yaitu dari aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK), Bentuk Pengamalan Ibadah Yang Dilaksanakan Kelompok Tuna Netra, Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra, Kendala-kendala dan Solusi Mengatasinya.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Peran

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.10

Grass Masson dan A. W. Mc. Eachern, sebagaimana dikutip oleh David Berry, mendefinisikan peran sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial 11

Makna peran, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu: 12 1. Penjelasan historis

Menurut penjelasan historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani Kuno atau Romawi. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.

2. Pejelasan peran menurut ilmu sosial

Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.

Pengertian peran dalam kelompok pertama di atas merupakan pengertian yang dikembangkan oleh paham strukturalis di mana lebih berkaitan antara

10

Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h. 667.

11

N. Grass, W. S. Masson, and A. W. Mc. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David berry, pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : Raya Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3, h. 29

12

Hendropuspito, D., OC., Sosiologi Sistematik., Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989 hlm. 105-107


(23)

peran sebagai unit kultural yang mengacu kepada hak dan kewajiban yang secara normatif telah dicanangkan oleh sistem budaya.

Sedangkan pengertian peran dalam kelompok dua adalah paham interaksionis, karena lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih peran sosial.

Menurut Robert Merton, peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang miliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Robert Merton dinamakan perangkat peran. 13

Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.

Sedangkan, Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.14

Menurut penulis, yang dimaksud peran disini adalah perilaku kelompok swadaya masyarakat seperti yayasan dalam membawa perannya untuk mengembangkan anggota kelompoknya dalam pemberdayaan kaum dhu’afa.

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya

13

Merton, Robert. 1968. Social Theory and Social Structure, 2nd ed.. (New York: Free Press), h. 41-45

14


(24)

1. Pengertian Dakwah

Secara semantik kata dakwah ( ) artinya: "do’a", "seruan ", “panggilan”, "ajakan", "undangan", "dorongan" dan "permintaan", berakar dari kata kerja. " “ yang berarti "berdo 'a", " memanggil, "'menyeru ", "mengundang", "mendorong", dan "mengadu".15

Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.16 Seperti yang tertera dalam surat yunus:

CD$%

E%F 

5

G%.H

AI: >JJ

$%

K

L

M D$ NOP

5

#QR (S

TUVA

JX

1Y B

Artinya : “Allah menyeru (manusia) ke Daarussalam (surga) dan memimpin orang yang menghendaki-Nya, kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus : 25)

Dakwah adalah menyeru, mengajak manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran islam sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW (sabilillah). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran dan An-Nahl:



!"

#$%

! &'

($ !* +&,$$

-./0

1

2!"

34

$%

5

.689:"

'

 *;

<= 3"

> ?34

$%

1@AB

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS Ali- Imran : 104).17

ZH$%

5

B[\ ].^

.6

- G

15

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta, Widya Karsa Pratama, 1992), cet. Ke-5 h.1.

16

Ali Azis, Moh, Dr. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004) h.4

17

Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ), hal. 93.


(25)

.4

#$$

-"` 

.4

$%

0aJ

#$%

E

I3/

:.b

cAUd

$$

-eG ;

3 aJ f

5

.6g- G

*;

QI > 

.4

-[a@

h

%\

].^

E

*;

QI > 

ij

k /34

$$

-1@Y B

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.An-Nahl/16.125)

Makna lain kata dakwah secara bahasa adalah:18

a) An-Nida artinya memenaggil; da’a fulan ila fulanah, artinya sifulan mengundang si fulanah.

b) Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu.

c) Ad-da’wata ila qadiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik terhadap yang hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif. d) Suatu usaha berupa perktaan atau perbuatan untuk menarik manusia ke

suatu aliran atau agama tertentu.

e) Memohon dan meminta, ini yang disebut dengan istilah berdo’a. Abd Rasyad Saleh mengatakan bahwa dakwah merupakan:

“Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsepsi Islam terhadap pandangan dan tujuan hidup menusia di dunia ini, yang meliputi amar makruf nahi mungkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan”.19

Sedangkan definisi dakwah menurut para pakar antara lain:

18

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2005) h. 24-25

19


(26)

a. Menurut Ki Moesa A. Machfoeld, dalam bukunya yang disunting oleh Nawawi Ismail, bahwa dakwah adalah:

Dakwah berarti panggilan, tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT, upaya ini bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada di jalan-Nya, sedangkan yang menjadi obyek panggilan adalah : Manusia yang berada diluar jalan Allah atau, yang meninggalkan jalan-Nya, atau mereka yang sudah berada dijalan-Nya namun baru masuk satu kaki yaitu mereka yang masuk dalam kategori abangan atau belum menjalankan agama dengan benar, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Hakikat dakwah adalah memanggil atau mengajak kembali manusia kepada agama. Hal ini karena pada hakikatnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan bertuhan atau beragama, manusia adalah makhluk religius.20

b. Sedangkan menurut Didin Hafiduddin, menyatakan bahwa dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT, secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islami.21

c. Toha Yahya Oemar, mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.22

2. Unsur-unsur Dakwah a. Subyek ( da’i ) dakwah

Subyek dakwah atau da’i yang dimaksud disini adalah orang yang melaksanakan aktivitas dakwah baik secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan, baik sebagai individu, kelompok, atau berbentuk organisasi atau kelompok.23 Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa adanya da’i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat.

20

Ki Moesa A. Machfoeld – Nawawi Ismail (peny), Filsafat Dakwah ilmu dakwah dan penerapannya (Jakarta: Bulan Bintang, 2004) h. 15-16

21

Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 77

22

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Widjaya,1983) h. 41

23


(27)

“Biar bagaimanapun baiknya ideologi Islam yang harus disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak akan terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.”24

Berhasil tidaknya gerakan dakwah sangat ditentukan oleh kompetensi seorang da’i, yang dimaksud dengan kompetensi da’i adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, dan prilaku serta keterampilan yang harus dimiliki oleh para da’i, oleh karena itu para da’i harus memilikinya, baik kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis:

1. Kompetensi Substantif :

a. Memahami agama Islam secara konverhensif, tepat dan benar.

b. Memiliki al-akhlaq al- kariimah, seorang pribadi yang menyampaikan ajaran yang mulia, dan mengajak oang menuju kemuliaan, tentula seorang da’i memiliki akhlaq mulia yang terlihat dalam seluruh aspek kehidupannya, seorang da’i harus memiliki sifat shiddiq, amanah, sabar, tawaddhu’, adil, lemah lembut dan selalu ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, dan sifat-sifat mulia lainnya, lebih dari itu kunci utama keberhasilan da’i adalah satu kata dan perbuatan. Allah mengancam seorang da’i atau siapa saja yang perkatannya tidak sejalan dengan perbuatannya , atau hanya bisa berkata tapi tidak mau berbuat. Allah AWT berfirman:

$ L<

'9:

ij ldD$%

E% 0

%

m

<=

` "

$

op

*>.* ?"

1YB

oq

$R

.

rD$%

E%

` "

$

op

<= *>.* ?"

12B

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu”. (Q.S. Ash-Shaf 61: 2-3 )25

24


(28)

c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang relatif luas, yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah cakupan ilmu pengetahuan yang paling tidak terkait dengan pelaksanaan dakwah, antara lain, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu sosiologi, psikologi dakwah, teknologi informasi baik cetak maupun elektronik, ilmu patologi sosial dan lain-lain.

d. Memahami hakikat dakwah. Hakikat dakwah pada dasarnya adalah mengadakan prubahan sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, artinya perubahan yang bersifat normatif, sebagai contoh : Perubahan dari kebodohan kepada kepintaran, perubahan dari keimanan atau keyakinan yang betul kepada keyakinan yang benar, dari tidak faham agama Islam menjadi faham Islam, dari tidak mengamalkan Islam menjadi mengamalkan ajaran Islam, dan Allah tidak akan memberi petunjuk dan kemudahan kepada manusia untuk dapat berubah kecuali kalau manusia berjuang dengan keikhlasan, tekat yang kuat, ikhtiar yang maksimal. Allah berfirman :

sf"

u: 6Av .*

w

Bix

-f .

h

f ?&>.m

sf + y`z?

"{

2!

rD$%

|=

dD$%

op

 A ! 

$

,

"

-5c}U.f

E%  A ! 

$

L(~`?+ '

-D%"•

.H% G

CD$%

€,

"

-%• F 3^

oz"&

H !

sf"

5

$

I3/"

h f + 3H

[‚%

1@@B

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. ar-Ra’d 13: 11) 26

25

Yayasan Penyelenggara Penerjemah, alQur’an; hal. 928.

26


(29)

e. Mencintai objek dakwah (mad’u) dengan tulus, mencintai mad’u merupakan salah salah satu modal dasar bagi seorang da’i dalam berdakwah, rasa cinta dan kasih sayang terhadap mad’u akan membawa ketenangan dalam berdakwah, seorang da’i harus menyadari bahwa objek dakwah adalah saudara yang harus dicintai, diselamatkan dan disayangi dalam keadaan apapun, walaupun dalam keadaan objek dakwah menolak pesan yang disampaikan atau meremehkan bahkan membeci, kecintaan da’i terhadap mad’u tidak boleh berubah menjadi kebencian, hati da’i boleh prihatin dan dibalik keprihatinan tersebut seyogyanya da’i dengan ikhlas hati mendo’akan agar mad’u mendapat petunjuk dari Allah SWT karena demikian yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.

f. Mengenal kondisi lingkungan dengan baik. Da’I harus memahami latar belakang kondisi social, ekonomi, pendidikan, budaya dan berbagai dimensi problematika objek dakwah, paling tidak mendapat gambaran selintas tentang kondisi mad’u secara umum, agar pesan dakwah komunikatif atau sesuai dengan kebutuhan mad’u.

g. Memiliki kejujuran dan rasa ikhlas, karena keihklasan dan kejujuran merupkan factor yang sangat prinsip, dan menentukan diterimanya amal ibadah oleh Allah SWT, dan aktifitas dakwah yang dilaksanakan secara ikhlas akan selalu mendapat pertolongan dari Allah SWT.

2. Kompetensi Metodologis :

a. Da’i atau muballigh harus mampu mengidentifikasi permasalah dakwah yang dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan menemukan kondisi objektif permasalah yang dihadapi oleh objek dakwah.


(30)

b. Muballigh harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri objektif objek dakwah serta kondisi lingkungannya.

c. Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua di atas seorang da’I akan mampu menyusun langkah-langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukannya.

d. Berkemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam melaksanakan kegiatan dakwah. 27

Jadi secara umum yang berperan sebagai pelaku dakwah adalah:

Setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa) – dimana bagi mereka berkewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “sampaikanlah walaupun satu ayat” dan secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.28

b. Obyek dakwah ( mad’u )

Obyek dakwah adalah sasaran dari kegiatan dakwah atau yang dikenal dengan sebutan mad’u, dalam ilmu komunikasi disebut komunikan, yakni manusia yang merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu. “Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan dalam keberhasilan suatu dakwah.”29 Guna pesan dakwah yang disampaikan dapat berbekas dan berpengaruh dalam kehidupan individu atau sosial masyarakat.

27

. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh Jogjakarta 1987, h. 137 – 142.

28

Ali Aziz, Ibid, h, 89

29


(31)

Menurut Wardi Bachtiar, “Obyek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan”.30

Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri ke dalam profesi, ekonomi, dan seterusnya.

Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek kelompok masyarakat terbagi menjadi;31

1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah marginal, dan kota besar.

2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3. Sasaran kelompok msyarakat dilihat dari segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat Jawa.

4. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

5. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.

6. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri dan lain-lain

30

Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h.31

31


(32)

Sedangkan Faizah dan Lalu Muchsin dalam bukunya Psikologi Dakwah, menjelaskan secara psikologis, manusia sebagai obyek dakwah dapat dibedakan oleh berbagai aspek, yakni:

1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat manusia yang penakut, pemarah, ramah, sombong, dan sebagainya

2. Intelegensi (intelegence) yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir, kesanggupan mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.

3. Pengetahuan (knowledge) 4. Keterampilan (skill) 5. Nilai-nilai (values) 6. Peranan (roles)32

Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dalam menjelaskan materi dakwah, Al-Qur’an terlebih dahulu meletakan prinsip bahwa manusia yang dihadapinya (mad’u) adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga ia harus dipandang, dihadapi dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara serempak dan simultan, baik dari segi materi maupun waktu penyajiannya.33

Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik atau disebut dengan dakwah bil hal.34Karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang konkret. Artinya,

32

Faizah, & H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 70, h. 72

33

M. Quraish Shihab, Ibid, h. 196

34

Dakwah bil hal adalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan yang nyata yang interaktif yang mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mepengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan.


(33)

pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap yang Islami sesuai dengan pesan kebajikan yang disampaikannya.35

c. Media dakwah

Media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses, sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama. Media juga merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.36

Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan sebagai media dakwah, yaitu:37

1. Media visual, yaitu alat komunikasi yan dapat digunakan dengan memanfaatkan indera penglihatan dalam menagkap datanya. Media visual meliputi film slide, overhead proyektor, gambar peta dan computer.

2. Media aditif, yaitu alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih dalam bentuk hardware, media auditif dapat ditangkap melalui indera pendengaran. Alat-alat ini meliputi radio, tape recorder, dan telefon.

3. Media auditif visual, yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Yang termasuk media ini adalah film dan televisi video.

35

Dedy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya, komunikasi msyarakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), cet Ke-1, h. 55

36

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163

37

M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1, h. 33


(34)

d. Materi dakwah

Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-Quran dan Al-Hadits, yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam. Materi dakwah tidak bisa terlepas dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam. Kedua, rakyu ulama (pendapat ulama), pemikiran dan penelitian ulama dapat pula dijadikan sumber materi dakwah asalkan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadits.38

Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan kepada mad’u, dalam hal ini adalah ajaran Islam itu sendiri.39 Sedangkan menurut Quraish Shihab, materi dakwah yang dikemukakan dalam al-Qur’an mencakup tiga masalah pokok yaitu, akidah, akhlak, dan hukum.40

Pada pokoknya, lebih lanjut dijelaskan materi-materi tersebut tercermin dalam tiga hal:

a. Bagaimana ide-ide agama dipaparkan sehingga dapat mengembangkan gairah generasi muda untuk mengetahui hakikat-hakikatnya malalui partisi pasi positif mereka

b. Sumbangan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang membangun, khususnya dibidang sosial, ekonomi, dan budaya

c. Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang dapat menjadi landasan bersama demi mewujudkan kerjasama antar pemeluk agama tanpa mengabaikan identitas masing-masing.41

38

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 63-64

39

Moh. Ali Azis, Ibid, h. 94

40

Moh. Ali Aziz, Ibid, h. 193

41


(35)

Sedangkan materi dakwah menurut Abu Zahrah ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Aqidah Islamiyah, yaitu akidah wahdaniyah (mengesakan Allah)

2. Percaya kepada al-Qur’an bahwa al-Quran itu diturunkan dari Allah dan dapat melumpuhkan bangsa Arab untuk membuat yang serupa

3. Memiliki hadits-hadits yang dapat membangkitkan semangat taqwa ke dalam lubuk hati dan menyentuh jiwa, serta perjalanan hidup nabi Muhammad SAW 4. Mengesahkan perjalanan hidup nabi Muhammad SAW

5. Menjelaskan tujuan Islam begi individu dan masyarakat dengan prinsip menghormati manusia, keadilan hukum diantara manusia, keadilan dalam bermasyarakat dan bernegara, persamaan dan kemerdekaan, gotong royong dalam kebaikan dan taqwa, serta melarang gotong royong dalam berbuat dosa seperti mewujudkan diskriminasi dan saling kenal antara sesama manusia.42

e. Metode dakwah

Metode dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya. Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran, Hadits, Sirah (sejarah), salafus shalih dari hal sahabat, tabi’in dan Atbaat Tabi’in.43

Pada prinsipnya metode dakwah berpijak pada dua aktivitas yaitu aktivitas bahasa lisan atau tulisan dan aktivitas badan. Aktivitas lisan dalam men

42

Abu Zahrah, Ibid, h. 159

43

Said bin Ali Al-Kohtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), cet ke-1, h. 9


(36)

yampaikan pesan dapat berupa metode ceramah, diskusi, dialog, petuah, nasehat, wasiat, ta’lim, peringatan, dan lain-lain. Aktivitas tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media massa cetak (buku, majalah, koran, pamflet, dan lain-lain). Aktivitas badan dalam menyampaikan pesan dakwah dapat berupa berbagai aksi amal sholeh contohnya tolong-menolong melalui materi, lingkungan, penataan organisasi atau lembaga-lembaga keislaman.

Quraiys Shihab menjelaskan tentang pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl 125 adalah sebagai berikut:

1. Metode hikmah

Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil yang sifatnya memperjelas bagi kebenaran yang disampaikan, sehingga menghilangkan keraguan mereka. Untuk itu diharapkan bahwa ucapan dihadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya piker mereka, yakni jelas, tepat, tegas, dan ringkas.

2. Metode mau’idzah hasanah

Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan dismapaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka. Dihadapan mereka penyesuaian kata-kata harus logis dan mudah difahami.

3. Metode mujadalah

Bentuk metode ini adalah golongan menengah. Sebaiknya mereka diajak dialog atau bertukar fikiran. Seorang da’i dituntut untuk menghargai pendapat


(37)

mereka, berdialog tersebut harus memberikan kepuasan terhadap lawan dialog.44

Dapat difahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah sesuia dengan pendengar(mad’u) yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena itu, seorang da’i diharapkan dapat mengetahui latar belakang mad’u sebelum menampaikan materinya.

f. Tujuan Dakwah

Dakwah yang diinginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk mengamalkannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:

1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana Rasul Allah, yang memulai dakwahnya dikalangan masyarakt jahiliyah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Allah SWT, menyampaikan wahyu-Nya kepada kaumnya dan memperingatkan mereka dari syirik.

2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat tersebut terhadap segenap kewajiban.

3. Memelihara kelangsungan dakwah dikalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan.45

Menurut Jamaluddin Kafie, yang dimaksud dengan hal tujuan dakwah adalah sebagai berikut:

44

Al-Wisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet ke-1, h. 73-75

45


(38)

1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlak seseorang, akhlak masyarakat, akhlak Negara dan akhlak manusia.

2. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal Tuhan dan mempercayai-Nya sekaligus mengikuti jalan-mempercayai-Nya.

3. Tujuan umum dari dakwah adalah untuk menyeru manusia agar mengindahkan seruan Allah serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan akhirat.

4. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh.

5. Tujuan urgen dari dakwah adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlak secara mulia dan dapat eksis dan tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi pikirannya.

6. Tujuan insidental dari dakwah adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup.

7. Tujuan final dari dakwah adalah amar makruf nahi mungkar.46

Pemahaman tentang tujuan dakwah dapat difahami sebagai usaha bagaimana membentuk masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera serta toleransi dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Sehingga memperoleh tatanan masyarakat sebagai prediket umat terbaik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu perjuangan yang berkesinambungan, karena Islam tidak akan membiarkan umatnya sendiri tidak peduli terhadap perjalanan dakwah di muka bumi ini.

46


(39)

C. Pengamalan Ibadah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan kata dasar nya adalah “amal” yang berarti perbuatan yang baik. Kata “amal” itu sendiri mendapatkan awalan “peng” dan akhiran “an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil atau proses kerja mengamalkan.47 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengamalan adalah proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan, penerapan.48

Sedangkan ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut istilah (terminologi), ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan pada Dzat yang memiliki puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhhaan Allah SWT.

Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain:

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

b.Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

47

Js. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1994), cet ke-1, h. 40

48

Pusat Bahasa Depdiknas, “ Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi III hlm. 34


(40)

c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. 49

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah adalah proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT, yang disadari dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2. Bentuk-bentuk Ibadah

Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana yang disyariatkan dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah. Allah SWT, menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita, pergaulan kita, percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah.

Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran, perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan dan hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita kepada Allah SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek kehidupan kita baik yang lahir maupun yang batin.

Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu: 50

49


(41)

a. Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash al-Qur’an dan Hadist. Seperti sholat, zakat, puasa, dan haji.

b. Ibadah ‘Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya.

Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad baqir, ibadah menurut bentuk dan pengamalannya terdiri dari: 51

a. Ibadah yang terdiri atas perbuatan yang atau ucapan lidah seperti berzikir, bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya.

b. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatanya, seperti sholat, zakat, puasa dan haji.

c. Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madras an atau yayasan, masjid, rumah sakit, dan sebagainya.

d. Ibadah yang bentuk pelaksanaannya menahan diri seperti puasa, ihram dan i’tikaf.

e. Ibadah yang bentuknya menggugurkan hak seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutang, memaafkan kesalahan dan sebagainya.

Ibadah dalam Islam adalah bentuk perbuatan tertentu yang telah digariskan dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk

50

A. Rahman Ritonga, M.A, “Fiqh Ibadah” , (Jakarta: Gaya Media Pratama: 2002), cet ke-2 hlm. 62

51

Al-Habsy dan Muhammad Baqir, “Fiqh Praktis Menurut Al-qur’an, As-sunnah dan Pendapat Ulama”, (Bandung: Mizan, 1999) cet ke-4, hlm. 27


(42)

peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya, pelaksanaannya, dan tata caranya. Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut adalah sholat, zakat, puasa dan haji.

Sebagaimana muslim pada umumnya, kelompok tuna netra juga mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Tidak ada perbedaan dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu peneliti dalam melakukan penelitian ini memfokuskan diri pada pengamalan ibadah dan aktivitas dakwah lainnya yang dilakukan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan.

D. Tuna Netra

1. Pengertian Tuna Netra

Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak, dan netra yang berarti mata atau penglihatan. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.

Sedangkan menurut istilah, dalam hal ini pemerintah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tuna netra adalah: seorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau mental. Yang oleh karenanya merupakan hambatan atau rintangan untuk melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. 52

a. Penyebab Ketunanetraaan

Menurut Sidharta Ilyas, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketunanetraan yaitu: 53

52

Sekeretariat Negara RI peraturan pemerintah 36/1980 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi penderita cacat, Penjelasan pasal demi pasal, h 1

53

Sidharta Ilyas, Prof. Dr, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, (Jakarta:Fakultas Kedokteran UI, 1998), h. 50


(43)

1. Keturunan

Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.

2. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang dapat mengalami kebutaan, antara lain:

a. Xeropthalmia, yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A. b. Trachoma, yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon

trachomanis.

c. Catarac, yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

d. Glaucoma, yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

e. Diabetik Retinopathy, adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.


(44)

f. Macular Degeneration, adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.

g. Retinopathy of prematurity, biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.

3. Pertumbuhan dalam masa kandungan

Penyebab ketunanetraan yang disebabkan proses pertumbuhan dalam masa kandungan antara lain:

a. Gangguan waktu ibu hamil.

b. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.

c. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,


(45)

jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.

d. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.

b. Karakteristik Tunanetra

Karakteristik tunanetra secara garis besar dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:

1. Akademis

Pada umumnya tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus seperti halnya orang awas, namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan. Tunanetra juga mendapatkan angka yang hampir sama dengan orang awas, dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman (comprehention) dan persamaan. Kosa kata tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif.

2. Pribadi dan sosial

Ketunanetraan tidak secara langsung menyebabkan timbulnya masalah kepribadian. Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap negatif yang diterima tunanetra dari lingkungan sosialnya. tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan sosial, karena keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau contoh perilaku dan umpan balik melalui penglihatan. Beberapa karakteristik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya, adalah curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain.


(46)

3. Mental dan intelektual

Intelektual atau kecerdasan penderita tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan orang normal atau awas. Kecenderungan IQ penderita tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada orang yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya. 54

c. Masalah-masalah Yang Dihadapi Tuna Netra

Berikut beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi penyandang cacat tunanetra antara lain:

1. Rasa rendah diri yang disebabkan bahwa mereka tidak memiliki kesempurnaan penglihatan sebagaimana orang lain pada umumnya.

2. Taraf kehidupan yang menyulitkan mereka untuk aktif dalam kehidupan kemasyarakatan.

3. Belum memiliki kesempatan yang cukup untuk mendapatkan pendidikan dan rehabilitasi yang tepat.

4. Tidak memiliki kontrol langsung dengan lingkungannya sehingga tidak dapat mengetahui apa yang ada disekelilingnya.

54

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi anak berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar. (Jakarta: 2002), h. 19


(47)

5. Tidak memiliki latar belakang penglihatan (visual background), inilah yang menyebabkan penyandang cacat netra berprilaku terlalu hati-hati penuh kecurigaan dan sebagainya.

6. Sulit untuk pergi atau berjalan sendiri, dalam hal ini tuna netra harus pandai menggunakan tongkat, juga harus mengerti tanda-tanda yang baku untuk menuju kesuatu tempat.

7. Merasa tidak lagi memiliki kebebasan pribadi, hidup selalu bergantung pada orang lain.55

55


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN

A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan dan Perkembangannya

1. Latar Belakang Berdirinya

Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, yatim, fakir miskin, janda dan manula. Secara khusus, Yayasan Khazanah Kebajikan nampak sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Ciri khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya shalat tahajjud, kajian al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah, pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah.

Yayasan Khazanah Kebajikan berdiri pada tanggal 5 November 1992 di Pisangan Ciputat Tangerang Banten. Dewan pendirinya adalah Drs. H. Marzuki Usman, MA, Drs. H. Nadjmuddin Siddiq, Ir. H. Iskandar Ismail dan Hj. Aswarni Usman.YKK didirikan sebagai bentuk kepedulian sosial warga untuk membantu kaum dhuafa dan untuk membendung gerakan “misionaris” di sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir.56

Pengurus YKK pertama kali mengambil dan mengasuh 16 anak yatim dan fakir miskin dari warga sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir untuk dididik dan disantuni. Sentral kegiatannya pada waktu itu berada di Masjid Al-A’raaf Bukit Cirendeu. Dalam perkembangannya, YKK sekarang telah mengasuh 430 anak

56


(49)

yatim dan fakir miskin dari berbagai macam daerah di Indonesia. YKK juga telah membina 400 orang jama’ah lansia dan dhu’afa serta 52 orang tuna netra dhuafa.

Di samping itu, Yayasan Khazanah Kebajikan samapai saat ini telah mendirikan 8 cabang. Selama ini biaya operasional yang terdiri dari biaya makan sehari-hari, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan keperluan lainnya, YKK mendapat bantuan dari masyarakat umum yang harus dijemput dan diusahakan, disamping ada sebagian kecil yang menjadi donatur tetap. Untuk menangani masalah kesehatan, pada bulan Juni 2005, YKK telah memiliki Balai Pengobatan Kesehatan (Klinik Khazanah Kebajikan) yang menangani biaya pengobatan secara gratis (tanpa dipungut biaya) bagi anak-anak asuh, jama’ah lansia dan dhuafa, serta masyarakat tak mampu lainnya.

Kini Yayasan Khazanah Kebajikan telah berkembang dan dikenal masyarakat sebagai lembaga sosial keagamaan yang mengasuh anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lanjut usia hingga kaum tuna netra dan lembaga yang aktif dalam pengkajian, penghayatan dan pengamalan al-Qur’an serta lembaga yang yang menyebarluaskan infaq, shadaqah dan cinta kaum dhua’fa.57

B. Visi dan Misi Yayasan Khazanah Kebajikan 1. Visi

Menjadi yayasan penggerak ibadah dan peningkatan ekonomi umat menuju masyarakat Islami yang adil, makmur dan sejahtera.

2. Misi

a. Membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat (Budaya Qur’ani)

b. Membudayakan gemar berderma (ZIS) dan shalat tahajjud

57


(50)

c. Mengangkat harkat derajat kaum lemah

d. Mengembangkan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan dan teknoloi tinggi

e. Meningkatkan peran serta mesyarkat dalam membangun ekonomi ummat58

f. Mengajak ummat Islam agar melaksanan Al-Qur’an sesuai dengan ajaran-Nya dan mengikuti sunnah Rasulullah

g. Melaksanakan kegiatan usaha dalam rangka memakmurkan masjid dan musholla

h. Menyantuni anak yatim piatu, yatim dan fakir miskin i. Mengangkat harkat derajat kaum lemah

j. Berperan aktif membantu Negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

C. Struktur Kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan

Mengenai struktur kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan terdiri dari:

Dewan pendiri : Drs. Marzuki Usman, MA

Hj. Aswani Usman Drs. H. Najmuddin Siddik Ir. H. Iskandar Ismail Drs. H. Ahmad Djunaedi

Penasehat: : Drs. Marzuki Usman. MA

Drs. H. Ahmad Djunaedi Drs. H. Winarto

58


(1)

Jawab: Yang menjadi subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah semua personil baik pengurus/anggota adalah sebagai subjek dakwah dan juga seluruh masyarakat dan amal usaha milik Yayasan Khazanah Kebajikan, yakni seluruh badan yang bergerak diberbagai bidang usaha yang mendatangkan keuntungan material atau aset bagi Yayasan Khazanah Kebajikan seperti pendidikan atau sekolah, klinik, dsb.

b.Bagaimana kriteria subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan?

Jawab: Kriteria orang yang menjadi subjek dakwah (da’i) Yayasan Khazanah Kebajikan secara umum adalah semua orang Islam, sedangkan secara khusus adalah orang yang mempunyai keahlian dan memiliki kemampuan dibidang dakwah, menggunakan Al-Qur’an dan Hadits serta akal/rasio dalam melaksanakan tugas dakwahnya, seorang subjek dakwah juga dituntut untuk menjadi suri tauladan atau contoh yang baik bagi masyarakat, mentargetkan pendidikan yang tinggi dan meningkatkan perekonomian. Contohnya adalah keahlian dibidang kedokteran atau arsitek dan sebagainya maka berdakwah melalui keahlian sebagai dokter atau arsitek itu.

c. Bagaimana figur ideal menurut Yayasan Khazanah Kebajikan?

Jawab: Sedangkan figur orang yang menjadi objek dakwah (da’i) yang ideal menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah orang yang memahami agama Islam secara luas dan mendalam, tidak terjebak pada pandangan yang sempit serta menajdi tuntunan bagi kehidupan di sekitarnya. Namun demikian kriteria yang harus dimiliki oleh orang yang menjadi figur ideal seorang da’i menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah: Orang yang bertauhid dengan benar dan bersih dari syirik, takhayul bid’ah dan khurafat, Berangkat dari motifasi iman sebagaimana hadis nabi sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dalam hal ibadah harus menjadi contoh/suritauladan bagi masyarakat sebagaimana ibadah yang disunnahkah oleh Rasulullah SAW, berakhlakul karimah, mencontoh akhlak Rasul sebagai tauladan yang jauh dari akhal madzmumah.

4. Objek Dakwah

a. Siapa yang menjadi objek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan?

Jawab: Objek dakwah/mad’u menurut Yayasan Khazanah Kebajikan terbagi menjadi dua kelompok yaitu: a). Kelompok yang belum beragama Islam, berdakwah terhadap mereka adalah dengan mengajak secara persuasif guna menerima Islam sebagai agamanya, b). Kelompok yang sudah beragama Islam, berdakwah terhadap kelompok ini yang ditekankan adalah penghayatan dan pendalaman serta mengimplementasikan ketaatan terhadap ke-Islaman, c). Kelompok dhu’afa atau kaum lemah seperti anak-anak yatim, fakir miskin, manula, penyandang cacat dan lai-lain.

b.Objek dakwah yang bagaimana yang hendak diciptakan Yayasan Khazanah Kebajikan?


(2)

Jawab: Manusia yang mengetahui dan memahami ajaran agama Islam – ini ditujukan kepada masyarakat yang belum beragama Islam, Manusia yang mengamalkan syariat Islam sesuai dengan paham ke Islaman yang dianut Yayasan Khazanah Kebajikan – target ini ditujukan kepada masyarakat yang sudah beragama Islam. Seluruh bidang amal usaha milik Yayasan Khazanah Kebajikan dapat berperan secara maksimal dalam melaksanakan peran dakwah termasuk klinik, sekolah-sekolah, lembaga ekonomi, dan lembaga-lembaga amal usaha lainnya. Secara umum objek dakwah yang hendak diciptakan oleh dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah untuk memperbaiki kehidupan beragama, sebagai tuntunan dan tatanan kehidupan Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits, dengan nilai-ilai Islam dan bentuk hukum Islam (syariat) yang merupakan tahapan dari rekonstruksi Islam, pengenalan – pemahaman – pengamalan atau dengan bahasa yang lain dari tatanan idealita menuju tatanan realita.

c. Objek yang sukar dan mudah untuk dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?

Jawab: Yang dirasakan sukar dihadapi dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah bila menghadapi objek dakwah khusus, yaitu: a). Menghadapi objek dakwah yang bukan beragama Islam, karena berbenturan dengan aturan negara tentang larangan penyebaran agama terhadap orang yang sudah beragama. b). Dakwah terhadap kepercayaan primitif (belum menganut satu agama resmi) karena sudah sangat kental dan rekat dengan adat budaya seperti di pedalaman jawa, dll. Juga misal terhadap orang-orang nara pidana yang berada di lembaga pemasyarakatan (LP), dll. Kesulitan ini dirasakan karena tingkat penyebarannya yang belum meluas, disebabkan kurangnya dana yang dimiliki Yayasan Khazanah Kebajikan, tenaga da’i yang memadai, dan kemampuan da’i dalam menguasai bahasa objek dakwah (mad’u), dan juga menghadapi misionaris kristiani. Untuk berdakwah terhadap kalangan yang dirasa sulit dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan diadakannya program tersendiri yakni dinamakan dengan dakwah khusus atau dakwah terhadap masyarakat terasing/termarginalkan.

Adapun objek dakwah (mad’u) yang dirasakan mudah untuk dihadapi dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah kategori dakwah konvensional yakni dakwah yang sudah berjalan secara rutin seperti dakwah bil-lisan yang sering dilakukan melalui media mimbar, juga dakwah dengan tulisan (bil-kitabah). Dan relatif objek dakwahnya adalah masyarakat kalangan menengah atau perkotaan. Namun demikian, perlu dilakukan evaluasi guna perbaikan-perbaikan dimasa mendatang dan juga pelatihan-pelatihan guna mematangkan kreadibilitas dari seorang da’i.

5. Materi Dakwah

a. Apa materei dakwah yang diberikan Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Materi dakwah atau pesan dakwah yang disampaikan oleh Yayasan

Khazanah Kebajikan adalah syariat agama Islam yang dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak, serta mu’amalah. Kategori mu’amalah disini dijabarkan ke dalam materi-materi kemajuan


(3)

dibidang sosial, dan ekonomi melalui berbagai usaha yang terorganisir untuk kemajuan hidup umat dan bangsa di seluruh tanah air juga kemajuan kemanusiaan di muka bumi pada umumnya.

b. Apa sumber materi yang menjadi rujukan Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Yang menjadi rujukan dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan

adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagai sumber utama dan juga hasil ijtihad para ulama yang merupakan hasil dari interpretasi tidak terikat pada satu mazhab.

c.Materi apa yang paling penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan yang harus dimiliki oleh umat?

Jawab: Materi dakwah yang paling penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah masalah aqidah, yakni memurnikan aqidah yang jauh dari takhayul bid’ah dan khurafat atau yang sering dikenal dengan sebutan “TBC”. Namun demikian materi materi lain yang dianggap penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan juga adalah masalah ekonomi, karena masyarakat akan berdaya manakala ekonomi mereka (masyarakat) kuat, untuk itu maka pesan dakwah yang diprioritaskan dan dilancarkan secara gencar dalam misi dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah berorientasi pada perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

6. Metode Dakwah

a. Apa metode dakwah yang dimiliki oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Metode dakwah yang dilakukan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah

sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.

Metode dakwah dengan hikmah adalah dengan mempergunakan strategi yang tepat seperti menggunakan media penerbitan dsb, metode dakwah dengan mau’idzotil hasanah (perkataan yang baik) adalah diperuntukan pada objek dakwah konvensional yakni orang-orang yang membutuhkan tentang ajaran Islam, sedangkan mujadalah ahsan adalah dengan bentuk semacam diskusi, seminar, dsb, hal ini dipergunakan bagi kalangan masyarakat intelektual yang sekiranya pemikran-pemikirannya perlu dibenahi.

b. Metode dakwah bagaimana yang sulit dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?

Jawab: Yang dirasa sulit untuk diterapkan dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah metode mujadalah, karena memerlukan parsitipatif dari mad’u dan diperlukan kesamaan program, kesejahteraan hidup, juga memerlukan kesabaran dalam berdialog, tidak lekas emosional sehingga mad’u dapat menerima pesan dakwah dengan lapang dada dan kesadaran yang penuh dalam memahami ajaran Islam.

c. Metode dakwah apa yang paling sering dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?


(4)

Jawab: Metode dakwah yang sering digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah metode mauidzah, yakni dengan ceramah.

7. Media Dakwah

a. Apa media dakwah yang dimiliki oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Media dakwah yang dipergunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan

secara umum adalah dengan menggunakan lembaga Yayasan Khazanah Kebajikan sebagai wadah atau organisasi.

b. Media dakwah bagaiamana yang sulit diterapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?

Jawab: Media dakwah yang dirasa sulit digunakan dan dirasa belum berhasil dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan memiliki media elektronik sebagai media dakwah milik pribadi Yayasan Khazanah Kebajikan juga penerbitan buku belum juga maksimal, karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga membutuhkan ahli dibidangnya. Hal ini belum terlaksana dimungkinkan karena fokus dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan lebih banyak pada masalah pendidikan.

c. Media dakwah yang sering dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Media dakwah yang sering digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan

adalah dengan menggunakan masjid-masjid, sekolah-sekolah karena fasilitasnya sudah ada dan tidak repot mempersiapkan karena memang sudah tinggal memanfaatkan saja.


(5)

I. Petunjuk Pengisian

1. Jawaban cukup dengan menyebutkan isi jawabannya

2. Kerahasiaan isi angket ini terjamin dan hanya akan dipergunakan bagi kepentingan ilmiah.

3. Terima kasih banyak atas segala partisipasi yang diberikan

II. Identitas Responden

1. Jenis Kelamin : ………...

2. Usia : ………...

3. Pendidikan : ………...

4. Pekerjaan : ………...

III. Petanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda tentang aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan?

a. Sangat baik b. Baik c. Tidak Baik d. Tidak Tahu

2. Bagaimana perasaan anda sebelum mengikuti aktivitas di Yayasan Khazanah Kebajikan?

a. Rendah diri b. Frustasi c. Bimbang d. Tidak tahu

3. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti aktivitas di YKK ?

a. Tenang dan damai b. Cemas c. Gelisah d. Biasa saja

4. Bagaimana tanggapan anda tentang sikap pembimbing di YKK ? a. Sangat baik b. Sombong c. Membosankan d. Biasa saja

5. Bagaimana tanggapan anda tentang pengaruh dakwah YKK dalam meningkatkan pengamalan ajaran agama?

a. Berpengaruh b. Tidak Berpengaruh c. Biasa saja d. Tidak tahu

6. Bagaimana tanggapan anda tentang peran dakwah YKK dalam membentuk kepribadian yang baik?


(6)

7. Bagaimana kesadaran anda dalam menjalankan ibadah? a. Rajin c. Biasa saja

b. Malas d. Tidak tahu

8. Bagaimana sikap anda dalam menjalankan shalat berjamaah setelah mengikuti aktivitas di YKK?

a. Rajin c. Biasa saja b. Malas d. Tidak tahu

9. Bagaimana menurut anda tentang dampak shalat tahajuud dalam meningkatkan peningkatan ibadah?

a. Sangat berdampak c. Biasa saja b. Tidak berdampak d. Tidak tahu

10.Bagaimana sikap anda ketika menerima sumbangan atau santunan? a. Senang c. Biasa saja

b. Tidak senang d. Tidak tahu

11.Bagaimana menurut anda tentang kajian khusus Islam dalam meningkatkan pengertian dan penghayatan ajaran Islam?

a. Baik c. Biasa saja b. Tidak baik d. Tidak tahu

12.Bagaimana menurut anda tentang peran YKK dalam memecahkan masalah anda?