Hubungan penggunaan metode dakwah ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE DAKWAH

USTADZ ANDREW IRFAN TANUDJAJA DENGAN MUTU JAMAAH PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

SUCI ANNISAA ISTARI 108051000164

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H


(2)

HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE DAKWAH

USTADZ ANDREW IRFAN TANUDJAJA DENGAN MUTU JAMAAH PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial islam (S.Sos.I)

Oleh:

Suci Annisaa Istari

NIM: 108051000164

Pembimbing

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H


(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 6 Juni 2011


(5)

ABSTRAK

SUCI ANNISAA ISTARI

Hubungan Penggunaan Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja Dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta

Skripsi ini dibuat dengan mengambil judul Hubungan Penggunaan Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja Dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Meskipun masalah metode dakwah merupakan hal yang klasik tetapi ini merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah yang pembahasannya harus dikaji serta diteliti secara mendalam.

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan format deskripsi analisis. Adapun data-data penelitian diperoleh dengan cara observasi, penyebaran angket dan wawancara.

Berdasarkan hasil analisis data yang menunjukkan nilai 0,8131. Maka telah terjadi hubungan positif penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Dengan demikian hipotesis a (Ha) diterima.

Kemudian untuk menginterpretasikan besarnya hubungan penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta dapat diketahui dari besarnya nilai yang berarti “Antara variable X dan variable Y terdapat korelasi kuat atau tinggi.”


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil „alamin, hanyalah ucapan syukur yang mampu terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya, begitu pun dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kemudahan dan pertolongan Allah senantiasa penulis rasakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Penggunaan

Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta”.

Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiayatullah Jakarta. Shalawat serta salamsemoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, tabi‟in-tabi‟in yang selalu mengikuti ajarannya.

Perasaan bahagia, haru dan sedih berbaur menjadi satu atas terselesaikannya skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa atas bimbingan, bantuan, dan dorongan dari semua pihaklah, penulisan skripsi ini mudah terselesaikan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materiil, terutama kepada yang terhormat orang tua tercinta Mama Devi, Mama Lita, Ayah Iis dan Papa Benny yang selalu mencurahkan kasih sayang, pendidikan, dan motivasi keada penulis. Kesabaran,


(7)

rasa cinta dan segala jasa Mama, Ayah serta Papa tiada mungkin dapat terbalas, hanya ucapan terimakasih dan bakti yang dapat penulis lakukan. Semoga Mama, Ayah dan Papa senantiasa sehat, panjang umur dan dilindungi Allah SWT. Amin.

Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

2. Drs. Jumroni, M.Si dan Ibu Hj. Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Drs. Anzwar Chatib, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh Dosen dan civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan kontribusi ilmu dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada peneliti.

6. Kepada Ketua PITI Jakarta Bpk Syarif Tanudjaja, SH beserta jamaah, dan Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja yang telah membantu penulis dan meluangkan waktunya untuk wawancara dan melengkapi data-data.

7. Abang tercinta Rendy Eko, dan adik-adikku tersayang Siti Maria al-Qiftya dan Fajri Ilham yang menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

8. Teman-Teman KPI angkatan 2007, terutama KPI B yang telah bersama-sama berjuang dalam menimba ilmu dengan berbagai suka dan duka.

9. Sahabat terbaik, Risda Sefrianita, Rojatil Ula‟, Bombom, Ucup, Rifat. Terimakasih atas persahabatannya selama ini.

10.Teman-teman KKN DAUN 2010 yang selalu bersama dalam suka dan duka di Bojong Sawah.

11.Special buat Aras yang selalu menjadi semangat dan motivasi untuk penulis. Terimakasih waktunya dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

12.Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoa‟kan penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih.

Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi dan bukan jalan yang Engkau murkai. Amin yaa Robbal‟alamin.

Tangerang, 6 Juni 2011


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………...i

DAFTAR ISI……….iv DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR LAMPIRAN………...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…..6

D. Tinjauan Pustaka……….7

E. Kerangka Konsep………...10

F. Metodologi Penelitian.………...………12 1. Metode Penelitian………..12

2. Waktu dan Lokasi Penelitian……….15

3. Populasi dan Sampel……….16

4. Sumber Data……….17

5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data……….18

G. Sistematika Penulisan………...22

BAB II TINJAUAN TEORITIS A.Metode Dakwah 1. Pengertian Metode………..25


(10)

3. Metode Dalam Dakwah………..29 B.Mutu Jamaah

1. Pengertian

Mutu………..38

2. Pengertian Jamaah………..40

3. Mutu Jamaah………...42

C. Hipotesis……….43

BAB III PROFIL PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) DPW DKI JAKARTA DAN PROFIL H. ANDREW IRFAN TANUADJAJA A. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) 1. Sejarah Perkembangan PITI………...45

2. Visi dan Misi PITI………...48 B. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Dewan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta 1. Legalitas PITI Jakarta…………...……….49 2. Program Kerja dan Kegiatan PITI Jakarta a) Program Kerja………..……50

b) Kegiatan PITI………...…54

c) Tujuan dan Sasaran PITI ……….………58

d) Sarana dan Prasarana………...59

3. Struktur Organisasi……….60


(11)

C. Profil H. Andrew Irfan Tanuadjaja

1. Riwayat Hidup………...66

2. Latar Belakang Keluarga………....68

3. Latar Belakang Pendidikan………69

4. Aktifitas dan Kiprah Dakwah………70

BAB IV TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Responden……….74

B. Hubungan Penggunaan Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja Dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PIITI) Jakarta………..77

C. Interpretasi Hasil Analisis………..79

BAB V KESIMPULAN………..………..98

DAFTAR PUSTAKA……….100


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Variabel dan Indikator Penggunaan Metode Dakwah Dalam

Meingkatkan Mutu Jamaah………..14

2. Tabel 1.2 Interpretasi Besarnya Product Moment………...21

3. Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...74

4. Tabel 4.4 Responden BerdasarkanUsia………....75

5. Tabel 4.5 Responden BerdasarkanPekerjaan………...76

6. Tabel 4.6 Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir……….….77


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I Surat Bimbingan Skripsi

2. Lampiran II Surat Keterangan Penelitian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakart 3. Lampiran III Angket Penelitian Skripsi

4. Lampiran IV Penggunaan Metode Dakwah Unstadz Andrew Irfan Tanudjaja (variable x) 5. Lampiran V Mutu Jamaah PITI Jakarta (variable y)

6. Lampiran VI Hasil Penggunaan Metode Dakwah dan Mutu Jamaah 7. Lampiran VII Struktur Organisasi PITI Jakarta

8. Lampiran VIII Metode Konseling 9. Lampiran IX Metode Sajak 10. Lampiran X Metode Syair

11. Lampiran XI Wawancara dengan H.M Syarif Tanudjaja, SH 12. Lampiran XII Wawancara dengan Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja 13. Lampiran XIII Website PITI Jakarta

14. LAmpiran XIV Website Mustika

15. LAmpiran XV Website Chinese Lampion Nasyid 16. Lampiran XVI Alfiananda‟s Blog


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap muslim wajib mengimani Islam. Artinya adalah setiap muslim wajib meyakini kesempurnaan dan kemutlakan kebenaran Islam. Kemudian mereka istiqomah dalam keimanannya dan senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan mutu keimanannya itu.

Upaya peningkatan mutu manusia dan lingkungan hidup inilah yang selalu menjadi masalah sentral dan menjadi pusat perhatian para nabi/rasul, para ulama / ilmuwan / cendekiawan dan para penyelenggara negara / pemerintahan (pemegang kekuasaan). Para nabi / rosul diutus Allah untuk memperbaiki kerusakan ummat dan meningkatkan kualitas kehidupan dengan memberikan tuntunan/pedoman hidup dan kehidupan. Sebagaimana

disebutkan dalam QS. Al Anbiya‟ ayat 107

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi


(15)

Oleh yang demikian dakwah sangatlah diperlukan dan amar makruf nahi munkarlah yang menjadi asas dakwah dalam Islam.

Dakwah islamiyah yang dilakukan Rasulullah SAW telah berhasil membentuk masyarakat islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah menuju sebuah masyarakat yang ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta memberikan kerangka dinamika dan perubahan system dalam proses perwujudan masyarakat adil dan makmur.

Dapat diketahui bahwa salah satu unsur yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah adalah bagaimana cara atau metode

yang digunakan oleh seorang da‟i sehingga dakwah itu dapat diterima dengan

mudah. Oleh karena itu, seorang da‟i harus memiliki metode tertentu dalam

menyampaikan dakwahnya. Dengan menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan dakwah diharapkan para jamaah dapat langsung merasakan

manfaat dari apa yang disampaikan oleh da‟i.

Dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 dijelaskan tentang beberapa metode dakwah:


(16)

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk menyeru (berdakwah) kepada jalan yang diridhoi-Nya dengan cara bi al-Hikmah, al-mau‟idzah, al-hasanah, maupun wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan.

Dengan metode dakwah yang baik seharusnya para jamaah dapat

mengerti apa yang disampaikan oleh da‟i sehingga dapat menambah

pengetahuan bahkan merubah sikap seseorang dari yang buruk menjadi lebih

baik. Tetapi pada kenyataan tidak semua mad‟u mengerti apa yang disampaikan oleh da‟i. Oleh karena itu, persoalan metode dakwah perlu

mendapat perhatian, dikaji, dan diteliti karena metode dakwah merupakan salah satu unsur yang penting agar tercapainya keberhasilan dakwah, khususnya dalam pengajian yang diadakan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta yang mayoritas keturunan Tioghoa.

Sebagai agama, Islam masuk dan berkembang di negeri Cina, melalui jalur perdagangan. Begitu pula Islam masuk ke Nusantara. Kedatangan etnis Tionghoa dan Muslim Tionghoa dari negeri Cina ke Nusantara, tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi mereka, bukan tujuan menyampaikan Islam atau berdakwah. Meski kedatangan etnis Tionghoa


(17)

Muslim tidak untuk berdakwah, namun keberadaan mereka punya dampak dalam perkembangan dakwah.1

Pada dasarnya etnis Tionghoa Indonesia bukan saja beragama Konghucu, Kristen ataupun Budha. Akan tetapi di Indonesia banyak sekali warga Tionghoa yang memeluk agama Islam dan mendirikan komunitas-komunitas Muslim Tionghoa. Ini berawal pada tahun 1407 dimana awal ekspansi Cina ke Indonesia, dan pertama kali dibentuk komunitas Cina Musli Hanafi pertama di Indonesia.2

Komunitas muslim Tionghoa ini mempunyai peran yang sangat besar dalam berdakwah baik kepada etnis Tionghoa sendiri maupun kepada muslim pribumi. Lembaga-lembaga dakwah Islam dikalangan masyarakat Cina pun sudah banyak yang berdiri saat ini, diantaranya adalah PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) suatu ormas gerakan dakwah Islam satu-satunya yang tertua dan tersebar di Indonesia.3

Bagi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta nama besar Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja tidaklah asing lagi. Dakwahnya telah dikenal oleh kaum etnis Tionghoa yang menjadi mualaf khususnya. Beliau pun banyak diundang diberbagai acara dan tempat untuk menyampaikan dakwahnya, baik pada hari-hari besar Islam maupun pada majelis-majelis

1Alfiananda‟s Blog, diakses pada 8 November 2010.

http://alfiananda.wordpress.com/2010/07/14/sejarah-dan-perkembangan-muslim-tionghoa-indonesia/

2

H.J.de Graaf dkk, Citra Muslim di Jawa Abad XV dan XVI Antara Historitas dan

Mitos,(Jogjakarta: Tiara Wacana, 1997), h.2.

3


(18)

ta‟lim sebagai pengajar. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta adalah salah satu lembaga yang diasuh oleh beliau.

Pengajian rutin Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta diadakan di Komplek Ruko Duta Merlin dan di kediaman Ustadz Andrew

Irfan Tanudjaja di Jl. Tegalan III. Jama‟ah dari pengajian ini diantaranya dalah para mualaf-mualaf etnis Tionghoa dari berbagai macam latar belakang. Perkembangan ini menunjukkan kemajuan dalam berdakwah. Namun, keberhasilan dakwah ini tentunya tidak dapat terlepas dari usaha para da‟i.

Salah satu yang menarik dari Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja adalah

metode dakwah yang digunakan. Tidak seperti da‟i biasanya Ustadz Andrew

Irfan Tanudjaja memberikan ceramahnya melalui dua bahasa yaitu

Mandarin-Indonesia, dikarenakan notabennya para mad‟unya yang bernaung di

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta adalah para mualaf etnis Tionghoa. Selain itu dalam penyampaian dakwahnya Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja juga menggunakan musik, yaitu melalui grup nasyid yang dimilikinya, dimana anggotanya berasal dari kaum Tionghoa dan ada beberapa metode dakwah lainnya yang digunakan oleh Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja untuk mempermudah dakwahnya.

Atas dasar hal itu pula penulis merasa tergugah untuk mengadakan penelitian terhadap metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja. Sehingga penulis mengambil judul Hubungan Penggunaan Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.


(19)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari penjelasan yang tertulis pada latar belakang, nampak bahwa keberhasilan untuk meningkatkan mutu jamaah dapat dipengaruhi dari berbagai aspek, diantaranya kultur, lingkungan majelis taklim, materi dakwah, dan lain sebagainya.

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan hanya penulis batasi pada seputar penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dalam pengajian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Dengan melihat tingkat pemahaman (kognitif), penilaian (afektif), dan perubahan perilaku (psikomotorik) jama‟ah terhadap dakwah yang disampaikan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah penelitian, yaitu; Bagaimana hubungan penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta, dilihat dari tingkat pemahaman (kognitif), penilaian (afektif), dan perubahan perilaku (psikomotorik) jamaah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan rumusan di atas, maka yang menjadi tujuan skripsi ini adalah untuk mengkaji hubungan penggunaan metode


(20)

dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

a. Akademis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan kita semua tentang metode dakwah yang baik. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, umumnya bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan khususnya bagi mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) yang tertarik untuk mempelajari metode dakwah.

b. Praktis

Dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman para praktisi dakwah untuk diaplikasikan dalam mengembangkan pelaksanaan dakwah melalui berbagai bidang kehidupan.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka, diantaranya:

1. Hubungan Aspek Psikoterapi Islam Dalam Tahfidz Al-Qur‟an Dengan Tingkat ketenangan Pikiran Santri di Pondok Pesantren Ummul Quran Pondok Cabe Tangerang yang diteliti oleh Samsuludin dengan NIM: 10405200994, mahasiswa S1 Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008. Pada skripsi ini membahas mengenai seberapa besar hubungan aspek psikoterapi dalam


(21)

tahfidz al-Qur‟an dengan tingkat ketenangan para santri dan menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara aspek psikologi Islam dalam tahfidz Al-Qur‟an dengan tingkat ketenangan pikiran. Persamaan pada skripsi ini sama-sama mencari korelasi antar dua variabel. Sedangkan perbedaannya terletak pada efeknya dimana pada penelitian yang saya bahas mencari mutu jamaah dilihat dari aspek pemahaman (kognitif), penilaian (afektif), dan perubahan perilaku (psikomotorik).4

2. Respon Jamaah Majelis Ta‟lim At-Tarbiah Terhadap Metode Dakwah K.H Edi Junaedi Nawawi yang dibuat oleh Siti Buraedah mahasiswi S1 Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan NIM 105051001874 pada tahun 2009. Skripsi ini menemukan bahwa metode dakwah bi al hikmah yang digunakan K.H Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan retorika yang baik, komunikatif, cukup humoris, dilengkapi dengan contoh nyata, menggunakan bahasa yang lembut dan santun, tanpa paksaan, memberikan kesempatan bertanya pada jamaah dan memberikan keteladaan. Perbedaannya terletak pada analisis data dimana penelitian ini mencari respon dari metode dakwah. Persamaan skripsi ini ditemukan hubungan positif antara metode dakwah K.H Edi Junaiedi Nawawi dengan respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif pada jamaah majelis taklim At-Tarbiah.5

4

Samsuludin, Hubungan Aspek Psikoterapi Islam Dalam Tahfidz Al-Qur‟an Dengan

Tingkat ketenangan Pikiran Santri di Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe Tangerang (Jakarta: UIN Jakarta, 2008) h. 15

5

Siti Buraedah, Respon Jamaah Majelis Ta‟lim At-Tarbiah Terhadap Metode Dakwah


(22)

3. Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah K.H M. Syafi‟I Hadzami di

Majelis Ta‟lim Ni‟matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan yang dibuat oleh Syafe‟I Hadzami S1 Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan NIM 1020051025481 pada tahun 2006. Skripsi ini membahas tententang respon jamaah terhadap

metode dakwah tradisional yang dilakaukan oleh K.H. M. Syafi‟I Hadzami

dimana metode yang digunakan adalah metode tradisional, diantarannya adalah sorongan, bandongan dan mudzakaroh serta menemukan bahwa

respon jamaah Majelis Ta‟lim Ni‟matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta

Selatan sangat baik.6 Persamaan pada skripsi ini adalah pembahasan mengenai metode dalam berdakwah. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode dakwahnya yang menggunakan metode tradisional.

4. Efektifitas Traning ESQ Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Anggota Fosma 165 Jakarta Barat yang dibuat oleh Yosep Saepulloh mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Dakwah (MD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan NIM 104053002037 pada tahun 2008. Skripsi ini menemukan bahwa setelah para anggota Fosma 165 Jakarta Barat mengikuti traning ESQ ada perubahan pengamalan yaitu dengan meningkatnya pengamalan ibadah anggota. Training ESQ yang diikuti oleh anggota Fosma 165 Jakarta Barat bisa efektif karena ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu kebiasaan mereka setelah training yang selalu mengkaji, memahami, dan banyak bertanya masalah ibadah sehari-hari kepada ustad, sehingga pengetahuan dan pengalaman mereka bertambah

6Syafe‟I Hadzami, Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah K.H M. Syafi‟I Hadzami


(23)

tentang ibadah, dengan begitu ibadah mereka menjadi meningkat.7 Persamaan pada skripsi ini terletak pada pembahasan mengenai efek. Sedangkan perbedaannya terletak pada metodologi penelitiannya.

5. Efektifitas Konseling Agama Terhadap Jamaah di Majelis Rasulullah Masjid al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan yang dibuat oleh Maryanah mahasiswi S1 Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan NIM 105052001757 pada tahun 2009. Skripsi ini menemukan bahwa konseling yang dilakukan di majelis Rasulullah sangat direspon oleh banyak jamaah karena selain mendapatkan ilmu pengetahuan, bimbingan agama dan nasehat-nasehat yang disampaikan oleh Habbib Munzir Al-Musawa jamaah juga dapat mengeluarkan permasalahannya baik pribadi maupun umum.8 Persamaan yang terdapat dalam skripsi ini adalah mengenai efek yang ditimbulkan karena konseling agama. Sedangkan perbedaannya terletak pada metodologi serta teknik analisis data, dimana pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Dengan demikian maka skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.

E. Kerangka Konsep

Dalam penjelasan diatas disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

metode dakwah adalah cara seorang da‟i menyampaikan dakwah atau pesan

7

Yosep Saepulloh, Efektifitas Traning ESQ Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah

Anggota Fosma 165 Jakarta Barat (Jakarta: UIN 2008) h. 14

8

Maryanah, Efektifitas Konseling Agama Terhadap Jamaah di Majelis Rasulullah Masjid al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan (Jakarta: UIN 2009) h. 13


(24)

kepada mad‟u nya, sehingga mad‟u dapat menerima pesan dakwah dengan

baik dan dapat mengaplikasikaknnya di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan mutu jamaah adalah kondisi dinamis dimana seorang muslim memenuhi penilaian tertentu dan dapat dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pembentukan sikap), dan psikomotorik (tindakan nyata).

Berikut telah dijabarkan hubungan penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta dalam diagram.

Hubungan Penggunaan Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta

Analisis Hubungan

METODE DAKWAH MUTU JAMAAH

M

ETO

D

E D

IS K U S I M ETO D

E K

O N S ELI N G M ETO D

E S

Y A IR M ETO D

E S

A JA K M ETO D E K O N S ELI N G M ETO D

E C

ER A M A H K O G N ITI F P S IK O M O TO R IK A F EK TI F

Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta


(25)

Dalam berdakwah ada beberapa metode yang dapat digunakan

oleh seorang da‟i. Metode dakwah yang paling popular adalah metode dakwah yang diterangkan dalam surat an-Nahl ayat 125, yaitu metode dakwah bi al hikmah, mau‟idzoh hasanah dan mujadalah.

Sedangkan respon akan terjadi karena beberapa hal. Terjadinya efek akan sangat tergantung dengan penyebab yang menimbulkannya. Efek dibagi menjadi tiga:

1. Kognitif, yaitu efek yang timbul setelah adanya pemahaman terhadap sesuatu terkait dengan informasi atau pengetahuan. 2. Afektif, yaitu efek yang timbul karena adanya perubahan perasaan

terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. 3. Psikomotorik, yaitu berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang

terkait dengan perilaku nyata.

Dari penjelasan di atas, efek memiliki berbagai bentuk. Efek akan menghasilkan perubahan pemahaman (kognitif), perubahan perasaan (afektif), dan juga perubahan tindakan (psikomotorik). Inilah yang akan kita bahas dalam penelitian ini bagaimana hubungan penggunaan metode dakwah ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode


(26)

kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.

Metode penelitian menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat

langkah (apa yang harus dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan

logis).” Sedangkan metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu memahami objek.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya dan berusaha mengurangi pengaruh terhadap objek penelitian sehingga data yang diperoleh dapat diolah secara memadai.

Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research). Dimana peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga memilih format deskriptif dalam penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.9 Dan untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga menggunakan metode survey. Metode survey adalah metode (penelitian) yang menggunakan kuesioner sebagai instrument utama untuk mengumpulkan data.10

9

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana: 2008), Edisi Pertama, cet Ke. 3, h.36.

10

Prasetya Irawan, Logika dan prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan

Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), cet. Ke-1, h.68.


(27)

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian skripsi ini menggunakan metode deskripsi analisis dalam bentuk korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variable bebas (independent variable) yaitu penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dan variable terikat (dependent variable) yaitu mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

Tabel 1.1

Variabel dan Indikator Penggunaan Metode Dakwah Dalam Meningkatkan Mutu Jamaah

NO VARIABEL SUB VARIABEL SUB-SUB VARIABEL

1 Penggunaan metode dakwah

(Variabel X)

1. Metode Ceramah 2. Metode Diskusi 3. Metode Konseling 4. Metode Syair 5. Metode Sajak 6. Metode Referensi

1. Da‟i memberikan materi ceramah kepada jamaah. 2. Da‟i memberikan kesem

patan tanya jawab kepada jamaah.

3. Da‟i menjadi psikolog untuk jamaah.

4. Da‟i menyampaikan dakwah nya dengan syair/lagu-lagu bernuansa islami.

5. Da‟i menyampaikan dakwah nya dengan sajak-sajak bernuansa islami.


(28)

kepada jamaah sebagai bahan bacaan.

2 Mutu Jamaah (Variabel Y)

1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Psikomotorik

1. Jamaah semakin bertambah pengetahuannya tentang agama.

2. Jamaah semakin merubah sikap kearah yang lebih baik 3. Jamaah dapat mengaplikasi

kan kebaikan dalam

kehidupan sehari-hari dalam tindakan nyata.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kantor sekretariat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta yang berlokasi di Gedung Plaza Nagari Pakubuwono lt.1 Blok B No 22, Jakarta Selatan. Serta di Komplek Ruko Duta Merlin Blok B No. 31-32 d/a IKA Group, Lt. 4, Jalan Gajah Mada Raya, Jakarta Pusat yang merupakan tempat pengajian rutin jamaah Persatuan Islam tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta dan di kediaman Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja di Jalan Tegalan III No, 15A, Matraman, Jakarta Timur.

Peneliti memilih lokasi tersebut karena ditempat tersebut peneliti dapat memperoleh data, dan peneliti akan mewawancarai pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.


(29)

3. Populasi dan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, dalam penelitian ini populasi berjumlah kira-kira 300 orang. Adapun rumus yang peneliti gunakan untuk menetapkan sampel adalah:11

n = N 1 + Ne²

n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah Populasi

e = Nilai presisi/kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel). Dalam hal ini standar batas kritis 5%.

n = N 1 + Ne² = 300

1 + 300 x ( ) ² = 300

1 + 300 x (0,05) ² = 300

1 + 300 x 0,0025 = 300

1 + 0,75 = 300

11

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005) 137-138.


(30)

1,75 = 171 sampel

Dari jumlah sampel diatas sebesar 171 orang yang di ambil menjadi responden adalah yang memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Umur responden tidak lebih dari 60 tahun.

2. Responden telah mengikuti pengajian oleh Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja secara rutin selama enam bulan.

Berdasarkan persyaratan diatas maka sampel yang diambil sebanyak 30 orang jamaah.

4. Sumber Data

Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari responden yang bersangkutan. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari subjek penelitian.12

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer, yaitu menyebarkan angket pada responden yang dituju yaitu jamaah Persatuan Islam tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Sumber data lainnya dalam penelitian ini didapat dari ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta, Ustadz Andrew Irfan Tanuadjaja selaku nara sumber, buku-buku, internet, catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

12

Nana Danapriyatna dan roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet. Ke-1, h.8.


(31)

5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer, yaitu menyebarkan angket kepada responden. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah:

1) Observasi

Observasi dalam arti luas pengamatan dan pencatatan yang tidak hanya terbatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung, termaksud dalam pengamatan tidak langsung adalah questionnaire dan test.13 Peneliti mengobservasi dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja secara langsung di dalam pengajian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Dalam observasi peneliti juga mewawancarai nara sumber yang terdiri dari ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta, Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dan salah satu jamaah untuk memperoleh data.

2) Angket atau Quesioner

Angket atau questioner adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket bisa berbentuk tertutup (berstruktur) dan bisa juga berbentuk terbuka (tidak berstruktur). Dalam Penelitian ini digunakan angket terbuka (tidak berstruktur), sehingga responden dapat memilih jawaban yang dikendaki. Melalui angket inilah dapat diberikan beberapa

13


(32)

pertanyaan mengenai hubungan penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah pengajian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

3) Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan penjawab (responden) dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Peneliti melakukan wawancara terhadap Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dan staff Humas Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

4) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku, internet, dan lain sebagainya.

b. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh peneliti. Di dalam buku lain sering disebut pengolahan data ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis (analisis data). Dalam menganalisis data, peneliti menggnakan skala likert. Adapun nilai positif diberikan skor sebagaimana berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5 b. Setuju (S) diberi skor 4


(33)

c. Kurang Setuju (KS) diberi skor 3 d. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Untuk menghubungkan antara dua variable (hubungan penggunaan metode dakwah dengan mutu jamaah) peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

N∑XY –(∑X )( ∑Y ) r =

√[ N∑X2 - (∑X )2 ] [ N∑Y2 - (∑X )2]

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment

N : Number of cases

∑x : Jumlah skor X

∑y : Jumlah skor Y

∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

c. Interpretasi Hasil Analisis Data

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap besar kecilnya nilai “r” hubungan antara variable x dan variable y digunakan interpretasi secara sederhana atau kasar dengan acuan table dibawah ini:


(34)

Tabel 1.2

Interpretasi Besarnya Product Moment

Besarnya “r” Product Moment

INTERPRETASI

0,00 – 0,20 Antara variable X dan variable Y memang terdapat korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak ada korelasi.

> 0,20 – 0,40 Antara variable X dan variable Y terdapat korelasi lemah atau rendah.

> 0,40 – 0,70 Antara variable X dan variable Y terdapat korelasi sedang.

> 0,70 – 0,90 Antara variable X dan variable Y terdapat korelasi kuat atau tinggi.

> 0,90 – 1,00 Antara variable X dan variable Y terdapat korelasi sangat kuat atau sangat tinggi.

Dari berbagai data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang disertai dengan analisis penulis. Dalam hal ini, analisa dilakukan melalui elaborasi data untuk menunjukkan keadaan dan gambaran sebenarnya. Data yang diperoleh melalui angket kemudian diolah melalui tahapan yaitu:

a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokkannya untuk memperoleh data yang benar-benar sempurna.


(35)

b. Tabulating, yaitu mentabulasi atau memindahkan jawaban-jawaban responden dalam table kemudian dicari prosentasi untuk dianalisis.

c. Analisis dan interpretasi, yaitu menjelaskan data kuantitatif dalam bentuk verbal (kata-kata), sehingga prosentase menjadi bermakna.

d. Kesimpulan, yaitu penulis memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan interpretasi data.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah memahami pembahasan pada penelitian skripsi ini, maka klasifikasi permasalahan dibagi kedalam lima bab, yang sistematika penulisannya sesuai Ceqda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana pada masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Mengabstraksi keseluruhan bahasan. Bab ini memuat: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.


(36)

BAB II : KAJIAN TEORI

Tinjauan teori yang memaparkan pengertian metode, pengertian dakwah, metode dalam dakwah, pengertian mutu, pengertian jamaah, mutu jamaah dan kerangka berfikir.

BAB III : PROFIL PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) DEWAN PIMPINAN PUSAT DKI JAKARTA DAN PROFIL USTADZ ANDREW IRFAN TANUADJAJA

Memuat tentang sejarah perkembangan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), visi, misi, serta tujuan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan program kegiatan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Selain itu memuat tentang riwayat hidup Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja, latar belakang pendidikannya, latar belakang keluarganya dan aktifitas dakwahnya melalui Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

BAB IV : TEMUAN DAN HASIL ANALISIS

Bab keempat ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan, yang terdiri dari deskriptif responden, penyajian temuan data-data, analisis metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanuadjaja kepada jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta yang dijabarkan dalam analisis serta hubungan


(37)

metode dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanuadjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

BAB V : PENUTUP

Bagian yang berusaha menarik kesimpulan dari seluruh masalah yang telah dibahas pada penulisan skripsi ini, selain itu juga disampaikan saran-saran yang diperlukan.


(38)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Metode Dakwah

1. Pengertian Metode

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hudos” (jalan cara).14 Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica yang berarti ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos yang berarti jalan dan dalam bahasa Arab disebut thariq.15

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian “Suatu cara yang bias ditempuh atau cara yang ditentukan

secara jelas untuk mencapai dan menjelaskan suatu tujuan, rencana

system, tat piker manusia.” Dalam menyampaikan suatu pesan, metode

sangat penting perannya, suatu pesan walaupun baik, namun disampaikan dengan metode yang tidak benar, pesan itu bias saja ditolak oleh si penerima pesan.16

Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk menyampaikan sesuatu.17 Sedangkan dalam metodelogi pengajaran Islam disebut bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum

14

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) h.99.

15

Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.

16

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), cet 1, h. 52.

17

Abdul Kadir Mansyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas 1981) h,


(39)

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.18 Dalam kaitannya dalam pengajaran Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat

penyampaian materi kepada mad‟u agar dapat diterima dan dicerna dengan

baik.

Dengan demikian metode adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan sehingga tujuan tersebut dapat diperoleh dengan semaksimal mungkin.

2. Pengertian Dakwah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.19

Ada tiga kata yang digunakan al-Qur‟an mengandung arti dakwah, yaitu da‟wah, tabligh, dan nida‟: kata da‟wah ditemukan dalam al-Qur‟an dalam al-Qr‟an dalam berbagai bentuknya sebanyak 203 kali. Sementara itu, kata tabligh hanya 64 kali dan nida‟ sebanyak 46 kali.20

18

Soelaiman Yusuf, Slamet Soesanto, Pengantar Pendidikan Sosial (Surabaya: Usaha

Nasional, 1981), h. 38

19

http://id.wikipedia.org, diakses pada 30 Mei 2011

20

Suriani, Manajemen Dakwah dalam kehidupan Pluralis: Upaya Membumikan

Nilai-Nilai Kisah Nabi Hud a.s dalam al-Qur‟an (Jakarta: The Media of Social Cultural Communication, 2005) h. 18


(40)

Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari fi‟il madhi: ( ) yang berarti ajakan, panggilan, seruan, menjamu.21

Adapun pengertian dakwah menurut terminology, dapat dilihat dalam beberapa pendapat berikut ini:

a. Prof. H.M. Toha Yahya Omar

Dakwah berasal dari bahasa Arab yang artinya ajakan, seruan, panggilan, undangan. Adapun dakwah di dalam Islam dimaksudkan adalah mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.22

b. Letjend. H. Soedirman, dalam bukunya Problematika Dakwah Islam di Indonesia

Dakwah adalah usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dala kenyataan hidup sehari-hari baik kehidupan seseorang, maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat, untuk memperoleh keridhoan Allahh SWT.23

21

Mahmud Yunusamus, Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah

/Penafsiran al-Qur‟an, 1973) h. 127.

22

Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h.40.

23

Amrullah Ahmad, dkk, Kurikulum Nasional Fakultas Dakwah IAIN (Jkarta: IAIN


(41)

c. Amien Rais

Dakwah adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami.24

d. H.M.S Nasarudin Latief

Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari‟ah serta akhlak islamyah.25

e. Bakhial Khauli

Dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.26

f. Mohammad Natsir

Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat, konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar

ma‟ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang

24

Amien Rais, Cakrawala Islam (Bandung: Mizan, 1996) h.25-26.

25 Rafi‟udin dan Maman Abdul Djaliel,

Prinsip dan Stratei Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001) h. 24.

26

Ghazali Darusasalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah (Malaysia: Nur Niaga SDN,


(42)

diperbolehkan akhlak dan bimbingan pengamalannya dalam peri kehidupan bermasyarakat dan peri kehidupan bernegara.27

Dari beberapa pendapat tentang pengertian dakwah yang telah dipaparkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dakwah adalah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology pendapat-pendapat pekerjaan yang tertentu untuk mengajak manusia kepada ajaran Allah SWT menuju kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

3. Metode Dalam Dakwah

Dalam berdakwah ada beberapa metode yang dapat digunakan

oleh seorang da‟i. Metode dakwah yang paling popular adalah metode

dakwah yang diterangkan dalam surat an-Nahl ayat 125, yaitu metode dakwah bi al hikmah, mau‟idzoh hasanah dan mujadalah.

1. Bi al-Hikmah

Kata al-Hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian yang dikemukaka para ahli bahasa maupun pakar al-Qur‟an tidak hana menyangkut pemaknaan mashadaq (eksistensi)-nya, tetapi juga pemaknaan dalam mafhum (konsep)-nya sehingga pemaknaannya menjadi lebih luas dan bervariasi. Dalam kamus dan beberapa kitab tafsir, kata al-hikmah diartikan; ad‟adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), an-nubuwwah (kenabian), al-„ilm (ilmu pengetahuan), al-Qur‟an falsafah, kebijakan, pemikiran atau pendapat yang baik, al-haq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya, kebenaran

27 Mohammad Natsir, Fungsi Da‟wah Islam Dalam Rangka Perjuangan, (Jakarta: Media


(43)

sesuatu, dan mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.28

Penjabaran diatas, sesuai dengan pengertian hikmah yang diuraikan oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani dalam kitab

al-Hikmah wafi al Dakwah Ilallah Ta‟ala, sebagai berikut:29 a. Menurut Bahasa

1) Adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur‟an dan Injil.

2) Memperbaiki (membuat menjadi baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan.

3) Ungkapan untuk mengetahui yang utama dengan ilmu yang utama.

4) Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal.

5) Pengetahuan atau ma‟rifat, dan seterusnya. b. Menurut Istilah (syar‟i)

1) Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan.

2) Mengetahui yang benar dan mengamalkannya (ilmu dan pengalaman)

3) Wara‟ dalam Din Allah

4) Meletakkan sesuatu pada temppatnya

5) Menjawab dengan tegas dan tepat, dan seterusnya.

Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut frame of reference, field of reference dan field of experience,

28 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur‟an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan

Wawasan (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 163.

29

Said bin Ali bin Wahif al-Qathani, al-Hikmah wafi al Dakwah Ilallah Ta‟ala,


(44)

yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (obyek dakwah).30

Selain itu beberapa ilmuan Islam juga memberi makna bi al-hikmah, sebagai berikut:

1) Syekh Muhammad Al-Jawi memberi makna bi al-hikmah dengan hujjah (argumentasi).31

2) Wahbah Al-Juhali memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang elas dengan dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap keraguan.32

3) Al-Zamakhsyari membeeri makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang pasti benar, yakni dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keeraguan datau kesamaran. Kemudian ia juga mengartikan dengan al-Qur‟an, yakni

“serulah mereka mengikuti kitab yang memuat al- hikmah.33 Dari pemaknaan al-hikmah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dakwah bi al-hikmah dakwah yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, kesabaran, keadilan, ketabahan, argumentative, dan filosofis, yang sesuai dengan risalah kenabian (an-nuubuwwah) dan ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur‟an (wahyu Allah), dalam rangka mengungkapkan al-haq (kebenaran, menghilangkan keraguan, dan

30

Toto Tasmono, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987), hal. 37.

31

Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsir Al-Munir, h.469.

32

Wahbab Al-Juhali, At-Tafsir Al Munir, Juz. 13-14, h. 267.

33 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur‟an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan


(45)

memposisikan sesuatu pada tempatnya secara proposional berdasarkan ilmu yang paling utama dan ma‟rifat.

Dakwah bi al-hikmah yang berarti dakwah bijak, mempunyai

makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad‟u. hal

ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realitas sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperlihatkan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan situasi social

kultural mad‟u.34

Dengan demikian dakwah bi al-hikmah yang merupakan metode dakwah bijak, akan selalu memperhatikan kondisi mad‟u dalam hal:

a. Kadar pemikiran, tingkat pendidikan, dan intelektualitas mad‟u.

b. Keadaan psikologis mad‟u yang menjadi objek dakwah, dan

c. Suasana serta situasi social kultural mad‟u.

Hal ini sejalan dengan penyataan Sayyid Quthub, ia menyatakan bahwa untuk mewujudkan metode dakwah bi al-hikmah harus memperhatian tiga faktor, yaitu:

34


(46)

a. Keadaan dan situasi orang yang didakwahi.

b. Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasakan keberatan dengan beban materi tersebut.

c. Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. 35

Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan terhadap mad‟u yang kapasitasnya intelektual pemikirannya terkategorikan khawas, cendikiawan, atau ilmuan. 36

Mohammad Natsir dalam bukunya yang berjudul Fiqhud

Da‟wah, membagi kata hikmah dalam beberapa segmen berikut ini: 37 a. Mengenal golongan.

b. Kemampuan memilih saat, bila harus bicara, bila harus diam. c. Mengadakan kontak pemikiran dan mecari titik pertemuan,

sebagai tempat bertolak, untuk maju secara sistematis.

d. Tidak melepaskan shibghah (corak kepribadian) dari ajaran yang dibawakan.

e. Memilih dan menyusun kata yang tepat. f. Hikmah dalam cara perpisahan.

g. Uswah hasanah dan lisanul hal. h. Khulasah.

35 Sayyid Quthub, fi dzilal qal-qur‟an jilid VII, Bairut, Ihya‟ At-turas Al-Arabi, t.t,

36 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur‟an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan

Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), H. 164.


(47)

Dengan demikian, maka seorang da‟i yang menggunakan

metode dakwah bi al-hikmah dalam menyampaikan dakwahnya akan melakukan dan melaksanakan hal-hal yang tersebut diatas.

2. Mau‟idzoh Hasanah

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mau‟idzoh Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak audiwnce dapat membenarkan apa yang isampaikan oleh subyek dakwah. 38

Dakwah dengan metode ini ditujukan pada manusia jeni kedua, yaitu keumuman manusia. Manusia yang memiliki kemampuan di bawah manusia jenis pertama. Mereka memiliki fitrah terhadap kebenaran, tetapi ragu untuk memilih mengikuti kebenaran yang disampaikan kepada mereka atau justru mengikuti kebatilan yang tumbuh disekelilingnya Muhammad Husai Yusuf mengatakan:

“Mereka membutuhkan pelajaran yang baik (al-maw‟idzah al -hasanah), ucapan yang mengena (qaul baligh), serta penjelasan yang berguna, berupa sugesti (targhib) untuk kebenaran, penjelasan tetang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman (tarhib) mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan nista yang terdapat dalam kebatilan. Begitu pula seterusnya sampai benar-benar jelas kepada mereka jalan yang lurus dan cahaya yang terang, serta dapat mengihilangkan keraguan mereka untuk masuk ke dalam barisan orang-orang mukmin di bawah panji Nabi dan Rasul yang paling

mulia.”39

38

Ali Mustafa Yakub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1997) h. 121.

39 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur‟an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan


(48)

Dengan demikian menurut Asep Muhiddin, dakwah dengan pendekatan mau‟idzah hasanah ini, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:40

a. Tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan hati. b. Menghndari sikap sinis dan kasar.

c. Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau sikap menghakimi orang yang diajak bicara (mukhathab).

Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat al-Qur‟an surat Al-Imran ayat 159:

Maka disebabkan rahmat dari Allah, kamu berlaku lmah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

(bersikap) kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”

40


(49)

3. Mujadalah

Mujadalah disebut juga sebagai metode tanya-jawab atau juga metode dialog. Metode dakwah yang ketiga ini disebutkan dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125, yakni wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan. Metode ini merupakan upaya dakwah melalui jalan bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang terbaik, sopan santun, saling menghargai, dan tidak arogan.41

Dalam hal ini, Syekh Yusuf al-Qardhawi menuturkan bahwa dalam diskusi ada dua metode, yaitu metode yang baik (hasan) dan metode yang lebih baik (ahsan). Al-Qur‟an menggariskan bahwa salah satu pendekatan dakwah adalah dengan menggunakan metode diskusi yang lebih baik. Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan dari kedua belah pihak, sehingga diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula.42

Lazimnya lazimnya cara ini digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahl al kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Karena itu al-Qur‟an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahl al Kitab yaitu melarang berdebat (bermujadalah) dengan mereka

41

Ibid, hal 128

42

Syekh Yusuf al-Qardhawi, Ial Shahwah al Islamiya baina al-Juud wa al-Tatarruf


(50)

kecuali dengan cara terbaik.43 Sebagaimana tertuang dalam

al-Qur‟an surat al-Ankabut ayat 46:

D a n j a n

ganlah kamu sekalian berdebat dengan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali dengan orang-orang dzalim dari mereka.”

Ayat tersebut menerangkan cara melakukan perdebatan kepada ahli kitab, yakni harus dilakukan dengan cara yang sebaik mungkin, sopan santtun, dan lemah lembut, kecuali jika mereka telah memperlihatkan keangkuhaan dan kezaliman yang keluar dari batas-batas kewajaran.

Maka penulis menyimpulkan bahwa metode dakwah mujadalah ini hanya perlu digunakan pada orang-orang tertentu seperti ahli kitab dan orang-orang kafir yang sombong. Namun, ketika seorang da‟I menggunakan metode ini, ia harus tetap mampu menjaga sikap dan kata-katanya dengan penuh kelemah lembutan dan sopan santun sehingga mereka mampu menerima kebenaran yang disampaikan dengan kesadarannya sendiri tanpa merasa paksaan

43

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000) cet. Ke. 1. H.49.


(51)

apalagi permusuhan. Namun, bagi orang-orang yang benar-benar dzalim metode ini tidak perlu digunakan.

B. Mutu Jamaah 1. Pengertian Mutu

Mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.44 Mutu suatu produk jasa menurut American Society for Quality Control adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten.45

Para ahli ekonomi dalam mendefinisikan mutu berbeda-beda cara mengutarakannya, tetapi maksud dan intinya adalah sama, seperti beberapa pendapat berikut ini.

Menurut Goetsh dan Davis, mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.46

Menurut perbendaharaan istilah ISO 8402 dan standar nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991), bahwa mutu adalah memuaskan ciri, karakeristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar.47

44

Drs Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika, 1997) h.372.

45

Rambat Lupioadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek (Jakarta: Salemba

Empat: 2001), h. 144.

46

Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi 2000) h. 51.

47


(52)

Dalam kamus menejemen, mutu atau kualitas hanya dapat dirumuskan menurut sifat-sifat dari barang atau jasa yang diinginkan. Dari sudut pandang ini mutu adalah jumlah dari sejumlah sifat-sifat yang berhubungan dan diinginkan, seperti bentuk dimensi, komposisi, kekuatan, kepandaian, membuat sesuatu, penyesuaian, kesempurnaan, warna, dan seterusnya. Unsur yang terpenting dalam mutu adalah bukan biaya, tetapi kesamaan (persamaan) dengan standar yang telah ditetapkan.48

Kata mutu atau kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategic. Definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance), keandalan (realibility), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetic), dan sebagainya.49

Menurut Crosby yang dikutip oleh M.N. Nasution, “kualitas atau

mutu adalah conformance to requirement yaitu sesuai dengan yang

disyaratkan atau di standarkan.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa satu produk memiliki kualitas atau mutu apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.

Menurut Feigenbaum yang juga dikutip oleh M.N. Nasution, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction). Suatu produk dikatakan bermutu apabila dapat memberikan kepuasan

48

Moekijat, Kamus Menejemen (Bandung: Mandar Maju, 2000) Cet Ke V, h. 455.

49

Vincent Gaspersz, D.Sc., CFPIM, CIQA, Total Quality Management (Jakarta: PT


(53)

sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas produk.50

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulakan bahwa mutu adalah terpenuhinya harapan pelanggan ketika pelanggan tersebut membutuhkan suatu produk atau layanan (jasa). Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu atau berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada pelanggan. Juga dapat dikatakan bahwa produk atau jasa bermutu tinggi apaila tidak terdapat kelemahan atau tidak ada cacat sedikitpun baik mutu melalui produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana mutu adalah suatu kondisi yang bersifat dinamis.

2. Pengertian Jamaah

Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jamaa‟ artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima‟ (perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan kata dari furqah (perpecahan).51

Pengertian jamaah secara istilah (terminologi), yaitu kelompok kaum muslimin, dan mereka adalah pendahulu ummat dari kalangan para

sahabat, tabi‟in dan orang-orang yang mengikuti jejak kabaikan mereka sampai hari kiamat, dimana mereka berkumpul berdasarkan al-Qur‟an dan

50

Nasution, Menejemen Mutu Terpadu (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h.2-3.

51

Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari, “Pengertian Jamaah”, diakses pada 18 Maret


(54)

As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin. 52

Istilah jamaah mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan

konteks kalimat dan kaitannya. Pertama, dikatakan dengan kata “ahlu sunah” sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti sunah dan tradisi Nabi Muhammad SAW serta berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah jamaah dikaitkan dengan

ijma‟ sebagai sumber hukum. Ijma merupakan hasil kesepakatan jamaah dalam suatu masalah yang di dalamnya terjadi silang pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.

Istilah jamaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama dalam pelaksanaan shalat jum‟at harus mencukupi jumlah 40 orang, sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mahab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi – ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam –maka sholat jum‟at sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak, atau legih dari tiga orang.53

Namun yang dimaksud jamaah disini yaitu suatu kumpulan atau sekelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan atau mendengarkan tausiah tentang ilmu-ilmu agama yang diberikan oleh seorang ustadz.

52

Al-Atsari, “Pengertian Jamaah”.

53

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jemaah (Jakarta: Ichtiar Baru:


(55)

3. Mutu Jamaah

Manusia adalah makhluk yang mempunyai dua dimensi; lahir dan batin, fisik dan psikis, jasmani dan rohani. Maka mutu atau kualitas manusia juga diukur dari dua dimensi, kualitas fisik seperti: cantik, tampan, kuat atau lemah, dan kualitas rohani manusia, seperti: lembut, kasar, baik, jahat, dan sebagainya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mutu atau kualitas diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, berkualitas, mempunyai kualitas, bermutu (baik).54

Istilah kualitas berasal dari bahasa ingris (quality) dan sepadan

dengan kata “mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang

sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan itu, Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat diartikan sebagai kualitas, suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik-buruknya yang dicapai sesuatu atu seseorang dalam melakukan suatu proses.55

Proses yang dilalui manusia untuk mencapai mutu atau kualitas yang baik dimata Allah SWT tentunya harus dengan keyakinan yang besar. Dengan demikian berarti bahwa kebutuhan manusia akan agama jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan yang lainnya seperti pangan.

54

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. 19, h.532.

55

Nurhasan, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT Slindo,1994), Cet. 3, h.5.


(56)

Dalam Islam, latihan rohani yang diperlukan manusia, diberikan dalam bentuk ibadah. Semua dalam Islam, baik shalat, puasa, zakat maupun haji, bertujuan untuk membuat rohani manusia agar tetap ingat dan bahkan merasa senantiasa dekat dengan-Nya serta sebagai cara untuk meningkatkan kualitas atau mutu kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Oleh karena itu, mutu seorang muslim dapat dinilai dari akhlaknya, akhlak yang baik adalah titik tengan antara sesuatu yang berlebihan (radikal kanan) dan sesuatu yang terlalu kurag (radikal kiri). Dan akhlak yang baik disebabkan oleh kekuatan akal, kesempurnaan hikmah, kekuatan emosi, dan syahwat yang normal, dan ketaatan terhadap akal dan syariat.

D. Hipotesis

Untuk menentukan kesimpulan dari angka indeks korelasi “r”, dilakukan interpretasi sederhana, jika nilai “r” lebih dari -1 maka dinyatakan

telah terjad hubungan dan apabila nilai “r” kurang dari -1 maka dinyatakan tidak ada hubungan. Dengan demikian dirumuskan dalam hipotesa sebagai berikut:

Ha : terdapat hubungan antara pengguaan metode dakwah ustad Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta. Ho : tidak terdapat hubungan antara pengguaan metode dakwah

ustad Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.


(57)

BAB III

PROFIL PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) JAKARTA DAN PROFIL H. ANDREW IRFAN TANUADJAJA

A. Profil Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

1. Sejarah PITI

Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan di Jakarta pada 14 April 1961, oleh mendiang H. Abdul Karim (Oei Tjeng Hien), mendiang H. Abdusomad (Yap A Siong) dan mendiang Kho Goan Tjin, bertujuan untuk mempersatukan muslim-muslim Tionghoa di Indonesia dalam satu wadah yang dapat lebih berperan dalam proses persatuan bangsa Indonesia.56

PITI adalah gabungan dari Persatuan Islam Tionghoa (PITI) pimpinan mendiang H. Abdusomad (Yap A Siong) dan Persatuan Tionghoa Muslim (PTM) pimpinan mendiang Kho Goan Tjin. PITI dan PTM mula-mula didirikan di Medan dan Bengkulu sebelum kemerdekaan Indonesia, masing-masing bersifat lokal, sehingga pada saat itu keberadaan keduanya belum banyak dirasakan oleh masyarakat luas. Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwwah Islamiyyah di kalangan muslim

56

Wawancara Pribadi oleh Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta, pada tanggal 2 April 2011.


(58)

Tionghoa, maka PITI dan PTM merelakan diri pindah ke Jakarta dan bergabung dalam satu wadah, yakni PITI. 57

Berdirinya PITI saat itu merupakan tanggapan realistis saran dari Ketua PP Muhammadiyyah – mendiang KH. Ibrahim – kepada mendiang H. Abdul Karim Oei agar muslim Tionghoa menyampaikan syiar agama Islam kepada etnis Tionghoa di kalangan mereka. Kemudian pada 15 Agustus 2005, H. Abdul Karim Oei karena jasa-jasanya kepada nusa dan bangsa dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Republik Indonesia – Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. 58

Program kerja PITI secara umum adalah menyampaikan dakwah islamiyyah khususnya kepada masyarakat etnis Tionghoa dengan

pembinaan dalam bentuk bimbingan menjalankan syari‟at Islam baik di

lingkungan keluarganya yang masih non-muslim dan persiapan berbaur dengan umat Islam di lingkungan tempat tinggal dan pekerjaannya serta pembelaan/perlindungan bagi mereka yang karena masuk agama Islam, untuk sementara bermasalah dengan keluarga dan lingkungannya.

PITI merupakan organisasi da‟wah sosial keagamaan yang berskala nasional, berfungsi sebagai tempat singgah dan silaturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah serta berbagi pengalaman bagi etnis Tionghoa baik yang baru tertarik dan ingin memeluk Islam maupun yang sudah memeluk Islam.

57

http://pitijakarta.org/, diakses pada tanggal 10 April 2011

58


(59)

Dalam perjalanan sejarah keorganisasiannya, ketika di era tahun 1960-1970an, setelah meletusnya pemberontakan Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI), di mana pada saat itu pemerintah sedang menggalakkan gerakan pembinaan persatuan dan kesatuan Bangsa (nation and character building), maka simbol-simbol / identitas / ciri yang dianggap bersifat dissosiatif (menghambat pembauran), seperti istilah, bahasa, dan budaya asing khususnya Tionghoa dilarang dan dibatasi. Dan PITI pun merasakan dampaknya, yakni nama Tionghoa pada kepanjangan PITI dilarang. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan bahwa dakwah kepada masyarakat Tionghoa tidak boleh berhenti, maka pada 15 Desember 1972, pengurus PITI mengubah kepanjangan PITI menjadi Pembina Iman Tauhid Islam.59

Singkatan PITI tetap dilestarikan karena sudah tersosialisasi di kalangan umat Islam Indonesia. Sudah menjadi kelaziman di masyarakat bahwa PITI adalah muslim Tionghoa dan muslim Tionghoa adalah PITI. Konsekuensinya, umat Islam menghendaki “motor-motor penggerak” PITI adalah mereka yang berasal dari etnis Tionghoa.

Jika pada suatu saat, atas dasar kesepakatan anggota yang menghendaki agar kepanjangan PITI kembali menyandang / mempergunakan nama Tionghoa pada nama organisasi ini, maka demikian itu semata-mata hanya sebagai strategi dakwah dan kecirian organisasi ini bahwa prioritas sasaran dakwahnya tertuju kepada etnis Tionghoa.

59


(60)

Sebagai organisasi dakwah yang telah lama berdiri, PITI pun mengalami pasang surut dalam menjalankan fungsinya. Namun secercah harapan muncul di awal tahun 2000-an dengan dibangunnya beberapa tempat syiar Islam bernuansa etnis seperti Masjid Cheng Ho – Surabaya,

Masjid Jami‟ An-Naba‟ KH Tan Shin Bin – Purbalingga, Masjid Cheng Ho Sriwijaya – Palembang, Masjid Cheng Ho Pandaan – Pasuruan, dan Islamic Center – Kudus.60

Apapun dan bagaimanapun kondisi organisasinya, PITI sangat diperlukan oleh etnis Tionghoa baik yang muslim maupun non-muslim. Bagi muslim Tionghoa, PITI sebagai wadah silaturahmi, untuk saling memperkuat semangat dalam menjalankan agama Islam di lingkungan keluarga yang masih non-muslim. Bagi etnis Tionghoa non-muslim, PITI menjadi jembatan antara mereka dengan umat Islam di Indonesia. Bagi Pemerintah, PITI sebagai komponen bangsa yang dapat berperan strategis sebagai penghubung antara suku dan etnis, perekat untuk mempererat dan sebagai perajut Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Visi dan Misi PITI

Visi PITI sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar tahun

2005, yakni mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil „aalamiin dalam rangka melaksanakan ajaran Islam secara keseluruhan.

60


(61)

Adapun Misi yang diemban, yakni:61

a. Melaksanakan dakwah islamiyyah (amar ma‟ruf nahi munkar), untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, guna membina manusia muslim yang taqwa, berbudi luhur, terampil, dan berpengetahuan luas.

c. Menjalin kerjasama dengan ormas lain guna meningkatkan kesejahteraan sosial dalam rangka mewujudkan ukhuwwah islamiyyah.62

PITI berasaskan Islam dan berdasarkan Pancasila serta bersifat terbuka, demokratis, mandiri, bebas/tidak terikat dengan organisasi sosial politik manapun.

B. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Dewan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta

1. Legalitas PITI Jakarta

Kepengurusan DPW PITI DKI JAKARTA saat ini ditetapkan berdasarkan SK DPP PITI No. 003/SK/DPP-PITI/VIII/2008 tanggal 11 Agustus 2008 di Jakarta.63

Kepengurusan mendapat wewenang penuh untuk menjalankan fungsi organisasi sesuai dengan aturan dan mekanisme organisasi yang

61

Buku Muktamar Nasional 3 PITI, h. 14

63


(62)

berlaku sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) PITI.

2. Program Kerja dan Kegiatan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta

a. Program Kerja

Sebagai sebuah organisasi dakwah, PITI Jakarta merumuskan beberapa kegiatan di dalam menjalankan fungsinya yang diharapkan nantinya bisa menyentuh dan bermanfaat khususnya bagi para mualaf dalam rangka membekali diri mereka dengan ilmu, pemahaman, keyakinan, dan amal-amal soleh agar secara bertahap kualitas, keislaman dan keimanan mereka menjadi baik dan hati mereka menjadi kuat memegang teguh Islam.

Program kerja PITI Jakarta dilakukan oleh pengurus pusat yang bersifat makro dan strategis, koordinator wilayah yang bersifat koordinasi dan membina pelaksana program, dilakukan pula oleh pengurus daerah dan pengurus cabang sebagai pelaksana program.

Pengurus pusat mempunyai program kerja yang bersifat makro dan strategis, yaitu: 64

1) Membangun image (citra) eksistensi PITI di mata organisasi nasional dan internasional.

64


(63)

2) Panduan dan tuntunan berorganisasi ke struktur organisasi yang lebih bawah tentang administrasi kesekretariatan dan pembbagian tugas (job description).

3) Membuka, membina dan menjalin serta meningkatkan hubungan sillahturahmi ataupun kerjasama dengan organisasi dakwah baik nasional dan internasional terutama dengan perkumpulan muslim se Asia Tenggara, RRT dan Taiwan.

4) Penyusunan materi strategi dakwah, dakwah dan pembinaan anggota.

5) Penyusunan materi kaderisasi.

6) Penyusunan aturan-aturan tentang tata cara pemakaman.

7) Penertbitan buku-buku suku tentang ajaran Islam dan tata cara sholat.

8) Penetapan hymne PITI, usulan Pengurus Daerah Palembang sebagai hymne PITI setelah dilakukan penyempurnaan lirik PITI terakhir yakni kata-kata Pembina Iman Tauhid menjadi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.

Program kerja yang dilakukan oleh koordinator wilayah yang bersifat koordinasi pelaksanaan program adalah:

1) Mengkoordinasi program kerja dengan dan diantara struktur organisasi yang lebih bawah.


(1)

WAWANCARA BERSAMA USTADZ ANDREW IRFAN TANUDJAJA

Senin, 14 Maret 2011

---

1. (T) : Siapa nama panjang ustadz? (J) : Andrew Irfan Tanudjaja

2. (T) : Siapa yang memberikan nama tersebut? Mengapa?

(J) : Orang Tua. Karena waktu saya lahir ibu masih beragama Kristen dan ayah sudah menjadi muslim. Makanya nama Andrew itu dari ibu yang artinya kesatria. Dan Irfan nama pemberian ayah yang artinya bijaksana. Klo Tanudjaja itu nama belakangnya ayah.

3. (T) : Ada nama panggilan / kesayangan pada waktu kecil? (J) : Andrew

4. (T) : Ustadz Andrew berapa bersaudara?

(J) : Saya tiga bersaudara. Yang pertama Adrian Agata Tanudjaja, yang kedua Kelvin Ikhwan Tanudjaja. Tetapi kak Adrian sudah meninggal dunia karena sakit.

5. (T) : Sejak kecil apa sebenarnya cita-cita Ustadz?

(J) : Sebenarnya saya ingin menjadi insinyur. Ya tapi takdir berkata lain. Sebagai seorang muslim saya merasa wajib memberikan kontribusi saya di bidang dakwah. Demi kemaslahatan umat muslim.


(2)

(J) : Hobi saya menggambar dan membaca. Makanya saya membuat sanggar menggambar buat anak-anak yang punya hobi menggambar seperti saya. 7. (T) : Siapa nama orang tua ustadz?

(J) : Nama Ayah : H. Syarif Siangan Tanudjaja, SH Nama Ibu : Hj. Vera Pangka

8. (T) : Apa pekerjaan orang tua ustadz, apakah ada diantara orang tua ustadz yang menjadi pemuka agama?

(J) : Pekerjaan Ayah sebagai pengacara dan notaris. Ibu sebagai karyawan swasta merangkap ibu rumah tangga. Yang menjadi pemuka agama ayah. Ayah sering berceramah di baanyak tempat. Makanya saya juga belajar banyak tentang berdakwah dari ayah.

9. (T) : Dimanakah tempat tinggal dan daerah asal orang tua bpk?

(J) : Klo ayah sama ibu asli keturunan Tionghoa. Tinggal memang dari dulu di sini. Di Tegalan

10.(T) : Siapakah nama istri ustadz?

(J) : Wah, saya belum menikah tuh. Masih single.

11.(T) : Apakah ada diantara mereka yang bekerja di bidang keagamaan?

(J) : Klo ayah sekarang sebagai ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan sebagai Pembina di Muslim Tionghoa dan Keluarga (MUSTIKA) serta sebagai anggota pemuka agama seluruh Indonesia


(3)

(J) : Saya suka menggambar. Makanya saya membuka kursus menggambar bagi anak-anak. Nanti dananya untuk operasional kelompok nasyid yang saya miliki. Namanya Chinese Moeslim Lampion. Karena kelompok nasyid saya tidak ada tarif manggungnya. Jadi untuk operasional kita harus pintar dalam mencari peluang usaha. Nah, karena saya bisa menggambar, kenapa tidak saya salurkan saja hobi saya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

13.(T) : Bagaimana sejarahnya ustadz masuk Islam?

(J) : Saya masuk Islam sejak kecil. Tetapi saat saya masih kecil ibu dan ayah berbeda keyakinan. Ayah adalah seorang muslim sedangkan ibu seorang kristiani. Akhirnya setelah 10 tahun pernikahannya, ibu memutuskan untuk masuk Islam mengikuti jejak ayah.

14.(T) : Bagaimana pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua ustadz? (J) : Ayah sebenarnya tidak pernah memaksakan kehendaknya dalam

mendidik anak-anaknya. Jadi terserah kitanya dalam menentukan pilihan. 15.(T) : Apakah orang tua ustadz memiliki andil yang besar terhadap pendidikan

agama yang dimiliki ustadz?

(J) : Sangat besar. Ayah terutama telah mengjarkan banyak pelajaran kepada saya. Bagaimana dulu dia berjuang untuk masuk Islam dan menemukan arti kehidupan. Saya banyak belajar dari beliau.


(4)

(J) : Ya ini berjalan dengan sendirinya. Tidak dipaksakan juga oleh orang tua. Karena sebelumnya kakak saya juga sering memberikan motivasi-motivasi, jadi sampai sekarang saya jadi ikut seperti almarhum.

17.(T) : Bagaimana pandangan orangtua melihat keadaan ustadz sekarang?

(J) : Alhamdullilah bangga. Mereka senang melihat saya sekarang aktif memberikan motivasi-motivasi kepada etnis Tionghoa yang saat masuk Islam itu biasanya banyak masalah. Karena ayah juga sudah menginjak usia yang renta. Maka beliau menginginkan adanya regenerisasi. Makanya sekarang saya dan kak Kelvin mengikuti jalur keagamaan seperti ayah

18.(T) : Apa nasihat kedua org tua ustadz yang masih ingat sampai saat ini? (J) : Ayah bilang klo berdakwah itu penuh perjuangan. Makanya itulah yang

selalu saya ingat. Bahwa untuk mengajak semua umat dalam kebaikan itu tidaklah mudah. Harus berjuang.

19.(T) : Mohon diceritakan tentang riwayat pendidikan yang pernah dijalani oleh ustadz? (baik formal atau non formal)

(J) : Saya dulu SD dan SMP masuk di sekolah Kristen BPK Penabur. Itu pilihan Ibu. Karena Ibu bilang sekolah Islam itu dulu tidak ada yang bagus. Tetapi pada siang harinya saya belajar ke madrasah (TPA) dekat rumah. itu juga yang mencarikan adalah ibu. Jadi ibu sama ayah adil. Nah saat masuk SMA saya dipindahkan oleh ayah ke SMAN 68 Jakarta. Karena ayah bilang klo saya tetap berada di sekolah yang notabennya banyak orang-orang Kristen akan tidak baik untuk pergaulan. Karena


(5)

pada masa-masa SMA orang-orang kristiani sudah mulai menunjukkan sifat-sifat misionarisnya.

20.(T) : Organisasi apa yang pernah diikuti oleh ustadz?

(J) : Saya dulu pernah ikut Palang Merah Indonesia, Rohani Islam (ROHIS), Himpunan remaja Karien Oie, anggota Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

21.(T) : Apakah menjadi pemuka agama adalah cita-cita ustadz?

(J) : Sebenarnya tidak. Tetapi karena berdakwah itu adalah kewajiban bagi seorang muslim jadi saya harus menyampaikannya walaupun hanya satu ayat. Kan begitu dalam hadistnya.

22.(T) : Mohon diceritakan bagaimana akhirnya ustadz menjadi seperti ini? (J) : Ya awalnya saya selalu ikut ayah dan kakak. Eh lama-lama saya jadi

berkecimpung juga di dunia dakwah. 23.(T) : Apa saja kegiatan dakwah ustadz saat ini?

(J) : Saat ini saya aktif memberikan ceramah motivasi dan pengkajian di PITI dan MUSTIKA serta berdakwah melalui nasyid di berbagai acara. 24.(T) : Dalam menyampaikan dakwah ustadz menggunakan metode apa?

(J) : Sebenarnya tidak ada metode khusus. Ya apa yang saya tahu saya sampaikan saja. Dan saya selalu memberikan kesimpulan dengan menggunakan sajak-sajak seperti yang di tuliskan oleh Abuya Ashari Muhammad Atamimi.

25.(T) : Jamaah ustadz biasanya dari kalangan mana?

(J) : Tidak hanya dari etnis Tionghoa saja. Tetapi para mualaf dari berbagai macam golongan juga biasanya konsultasi ke saya. Tetapi ya lebih


(6)

banyak etnis Tionghoa memang. Karena kan PITI sendiri wadah orang-orang Tionghoa yang beragama Islam.

26.(T) : Apa arti dakwah menurut bpk?

(J) : Dakwah menurut saya adalah perjuangan. 27.(T) : Apa visi / misi bpk dalam berdakwah?

(J) : Saya harap melalui MUSTIKA dan PITI bisa memberi manfaat kepada orang lain.

TTD