Sikap attitude TINJAUAN PUSTAKA

2.2.2 Komponen Pokok Sikap Menurut Allport 1954 dalam Sunaryo 2004 sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: a. Komponen kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek b. Komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi individu terhadap suatu objek sikap c. Komponen predisposisi atau kesiapan kecenderungan individu untuk bertindak tend to behave 2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Menurut Bimo Walgito 2001 dalam Sunaryo 2004 : a. Faktor fisiologis Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap individu. Contoh: orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal dibandingkan orang tua yang penuh kehati-hatian dan ibu hamil yang menderita sakit, memiliki sikap yang lebih negatif dibandingkan ibu hamil yang sehat. b. Faktor pengalaman Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut. Contoh: ibu yang pernah melakukan rawat gabung dan merasakan banyak manfaat dari rawat gabung akan bersikap positif terhadap rawat gabung sebaliknya ibu yang pernah melakukan rawat gabung namun tidak mendapatkan manfaat atau bahkan mengalami kerugian dari rawat gabung akan bersikap negatif terhadap rawat gabung. c. Faktor kerangka acuan nilai yang diyakini Apabila nilai yang diyakini tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. Contoh: ibu yang meyakini istirahat setelah melahirkan itu lebih penting dibandingkan merawat bayinya dengan melakukan rawat gabung akan bersikap negatif terhadap rawat gabung. d. Faktor Informasi Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Azwar 2013 juga menyatakan bahwa adanya informasi baru mengenai sesuatu akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. Contoh: ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan tentang manfaat rawat gabung akan bersikap lebih positif terhadap rawat gabung. 2.2.4 Ciri-Ciri Sikap Ciri – ciri sikap menurut Sunaryo 2004 adalah: a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari learnability dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. 2.2.5 Proses Pembentukan Sikap Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Diagram proses pembentukan sikap Stimulus Rangsangan Proses Stimulus Sikap Tertutup Menurut Notoatmodjo 2003 Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu menerima,merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Namun tingkatan sikap pada ibu hamil tentang rawat gabung yang diharapkan ialah menerima dan merespon. a. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap seorang ibu hamil terhadap rawat gabung dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian ibu tersebut untuk menghadiri penyuluhan tentang rawat gabung. b. Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. Contoh: sikap ibu yang merespon tentang rawat gabung perawat: “menurut ibu apakah rawat gabung itu bermanfaat?” ibu: “sangat bermanfaat karena saya dan bayi saya menjadi lebih dekat..” Notoatmodjo, 2003. c. Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang palling tinggi. 2.2.6 Indikator Sikap Kesehatan Indikator sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu a. Sikap terhadap sakit dan penyakit b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Indikator inilah yang digunakan untuk mengukur sikap ibu tentang rawat gabung, misalnya: ibu hamil menilai bahwa rawat gabung ialah perawatan yang baik dan bermanfaat bagi ibu maupun bayi. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan 2.2.7 Pengukuran Sikap Pengukuran Sikap menurut Azwar 2013 dibedakan menjadi dua cara, yaitu: a. Secara langsung Dengan cara ini, subjek langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Jenis-jenis pengukuran sikap secara langsung yaitu: i. Langsung berstruktur Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subyek yang diteliti. Contoh: Pengukuran sikap dengan skala Bogardus, menyusun pernyataan berdasarkan jarak sosial; Pengukuran sikap dengan skala Thurston, mengukur sikap juga menggunakan metode Equal-Appearing Intervals; Pengukuran sikap dengan skala Likert, dikenal dengan teknik Summated Ratings. Responden diberikan pernyataan- pernyataan dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan pada umumnya 1 sampai dengan 5 kategori jawaban.Untuk sikap ibu hamil tentang rawat gabung digunakan pengukuran dengan skala ini skala Likert.Sebagai contoh: seorang ibu sebaiknya tidak dipisahkan dengan bayinya sesaat setelah lahir agar tercipta kedekatan antara ibu dan bayi. Jawabannya sebagai berikut.Sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1. ii. Langsung tak berstruktur Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak diperlukan persiapan yang cukup mendalam, misalnya sikap dengan wawancara bebas atau free interview, pengamatan langsung atau survei. b. Secara tidak langsung Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Umumnya digunakan skala semantik-diferensial yang terstandar. Cara pengukuran sikap yang banyak digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E. Osgood. 2.2.8 Fungsi- Fungsi Sikap Katz 1960 dalam Maramis 2006 mengemukakan empat fungsi dasar sikap, yaitu sebagai berikut. a. Fungsi penyesuaian: Suatu sikap dapat dipertahankan karena mempunyai nilai menolong yang berguna; memungkinkan individu untuk mengurangi hukuman dan menambah ganjaran bila berhadapan dengan orang-orang disekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan teori proses belajar. b. Fungsi pembelaan ego: Fungsi ini berhubungan dengan teori Freud. Di sini sikap itu “membela” individu terhadap informasi yang tidak menyenangkan atau yang menganjam, kalau tidak ia harus menghadapinya. Lain daripada sikap dengan fungsi penyesuaian, sikap dengan fungsi pembelaan ego keluar dari konflik internal individu dan bukan dari pengalaman dengan objek sikap yang sebenarnya. c. Fungsi ekspresi nilai: Beberapa sikap dipegang seseorang karena mewujudkan nilai-nilai pokok dan konsep. Kita semua menganggap diri kita sebagai orang yang seperti ini atau itu apakah sesungguhnya demikian atau tidak adalah soal lain; dengan mempunyai sikap tertentu anggapan itu ditunjang. “Ganjaran” yang diterima dari itu bukan datang dari lingkungan atau respons dari orang-orang lain, tetapi dari dalam diri kita sendiri. d. Fungsi pengetahuan: kita harus dapat memahami dan mengatur dunia sekitar kita. Suatu sikap yang dapat membantu fungsi ini memungkinkan individu untuk mengatur dan membentuk bebrapa aspek pengalamannya.

2.3 Rawat Gabung

2.3.1 Definisi Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Bahkan bila mungkin bayi bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya Kosim,dkk, 2010. Rawat gabung juga merupakan suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya Dewi, 2011. Rawat gabung memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya Rochmah, dkk, 2012 2.3.2 Tujuan Menurut Rochmah, dkk 2012 tujuan dari rawat gabung yaitu: a. Bantuan emosional Rawat gabung memfasilitasi terjalinnya hubungan antara ibu dan bayinya dikarenakan sejak awal bayi akan memperoleh kehangantan tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayang. Ibu pun akan sangat senang dan bahagia jika berada di dekat bayinya meskipun telah melewati proses kehamilan dan persalinan yang lama dan melelahkan. b. Penggunaan ASI Dengan rawat gabung penggunaan ASI akan lebih efektif karena produksi ASI makin cepat dan banyak karena proses menyusui dilakukan segera dan sesering. c. Pencegahan Infeksi Dengan melakukan rawat gabung, infeksi silang dapat dihindari karena kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi dapat segera diberikan kepada bayi. Kolostrum tersebut akan melapisi seluruh permukaan mukosa saluran cerna dan diserap oleh bayi sehingga bayi mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama diare.