BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopik pada keluarga atau penderita DA, rinitis alergika dan atau asma bronkial Leung dkk., 2012. Kata
“atopik” pertama kali diperkenalkan oleh Coca 1923 yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya DA, rinitis alergika, dan konjungtivitis alergika. Dermatitis atopik dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan gambaran laboratoris
dan penyakit terkait, yaitu dermatitis atopik tipe intrinsik dan ekstrinsik. Dermatitis atopik tipe ekstrinsik memerlukan sensitisasi yang diperantarai oleh IgE, seringkali
terkait dengan asma bronkial atau rinokonjungtivitis alergika dan merespon positif terhadap pemberian alergen makanan maupun lingkungan. Sedangkan, dermatitis
atopik tipe intrinsik DA non alergika, DA non atopik, eksim non atopik memiliki kadar IgE serum normal. Penderita ini memberi hasil negatif pada percobaan in vitro
dengan alergen makanan maupun lingkungan dan tidak terkait dengan penyakit atopik lainnya seperti asma atau rinokonjungtivitis alergi. Penderita DA intrinsik
cenderung memiliki onset penyakit yang lebih lambat Choi dkk., 2003; Leung dkk., 2004.
2.2 Epidemiologi
Prevelensi DA meningkat dua hingga tiga kali lipat selama tiga dekade terakhir di negara maju sehingga menjadi masalah kesehatan yang cukup serius Leung dkk.,
2012. Di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, dan negara industri lain prevalensi DA pada anak mencapai 10 sampai 20, sedangkan pada dewasa kira-
kira 1 sampai 3. Di negara agraris misalnya Cina, Eropa Timur, Asia Tengah prevalensi DA jauh lebih rendah Leung dkk., 2012. Prevalensi DA secara umum
mencapai 10-20 pada anak dan 1-3 pada dewasa Leung dkk., 2004. Dermatitis atopik biasanya muncul pada bayi dan anak-anak, namun bisa menetap
ataupun dimulai pada saat dewasa Leung dkk., 2004; Bieber 2008. Empat puluh lima persen kasus DA dimulai pada enam bulan pertama kehidupan, 60 dimulai
pada tahun pertama dan 85 dimulai sebelum usia lima tahun. Lebih dari 70 penderita mengalami remisi spontan sebelum remaja Bieber, 2008. Wanita lebih
banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3 : 1 Leung dkk., 2012. Berbagai faktor lingkungan berpengaruh terhadap prevalensi DA, misalnya
jumlah keluarga kecil, taraf pendidikan dan penghasilan. Migrasi dari desa ke kota dan meningkatnya penggunaan antibiotik, juga berpotensi meningkatkan jumlah
penderita DA Leung dkk., 2012. “Hygiene hypotesis” telah diajukan untuk menjelaskan peningkatan prevalensi DA. Hipotesis ini menyatakan tidak adanya
infeksi di awal kehidupan pada populasi yang telah disebutkan di atas membuat individu lebih rentan untuk mengalami DA Bieber, 2008; Leung dkk., 2012,
sedangkan jumlah rumah yang berpenghuni banyak, meningkatnya jumlah keluarga,
urutan lahir makin belakang, sering mengalami infeksi sewaktu kecil akan melindungi timbulnya DA pada kemudian hari.
Dermatitis atopik cenderung diturunkan. Lebih dari seperempat anak dari seorang ibu yang menderita atopik akan mengalami DA pada masa kehidupan tiga
bulan pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopik, lebih separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia dua tahun dan meningkat sampai 79 bila
kedua orang tua menderita atopik. Risiko mewarisi DA lebih tinggi pada ibu yang menderita DA dibandingkan dengan ayah. Tetapi bila DA yang dialami berlanjut
hingga masa dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya sama saja yaitu kira-kira 50 Leung dkk., 2012
2.3 Etiologi dan Patogenesis