Analisa Beban Pendingin Perhitungan Beban Pendingin pada Ruangan Beban

Kondisi pada saat perancangan berdasarkan pengukuran dengan HOBO Micro Station Data Logger dan Agilent Sistem Akuisisi Data. Adapun data-datanya ialah sebagai berikut : a. Kondisi udara luar adalah: temperatur bola kering 36 o C dan bola basah 26 o C dan perbedaan temperatur harian 10 o C. b. Kondisi udara di ruangan yang ingin dicapai adalah T R = 24 o C dan RH 70. c. Penghuni ruangan: 44 orang mahasiswa dan 1 orang dosen. Pengukuran dilakukan mulai jam 9 pagi sd jam 5 sore. d. Total daya lampu 0,96 kW jenis fluorescent beroperasi mulai jam 9 pagi sd jam 5 sore. Konfigurasi lampu adalah type tidak perlu ventilasi. e. Ventilasi pada ruangan beban adalah sebesar 7Lsorang, maka total udara ventilasi adalah 55 x 7 = 385 Ls. f. Infiltrasi: Pada saat dilakukan pengukuran, ruangan ini dipergunakan untuk 3 mata kuliah. Dimana total orang yang berada pada ruangan untuk 3 mata kuliah ini sekitar 165 orang. Oleh karena kemungkinan terjadi infiltrasi pada ruangan ini hanyalah dari pembukaan pintu, dengan mempertimbangkan terjadi pergantian jam kuliah sebanyak 3 kali pada hari pengukuran dan orang keluar masuk dari pintu sebanyak 55 orang selama 3 x 0,15, jam maka diperkirakan jumlah udara infiltrasi adalah 43,128 Ls. g. Termal Respon bangunan dikategorikan medium. h. Lokasi peralatan groundcooling direncanakan di dinding A.

4.3.3 Analisa Beban Pendingin

1. Atap � = � � � � ����. ���� Atap yang digunakan adalah mass inside the insulation massa isolasi dalam tanpa asbes dengan R=1,96. Maka dari tabelASHRAE Fundamental Handbook Tabel 31atap yang sesuai adalah atap nomor 4. T R = temperatur ruangan = 24 o C T m = temperatur udara luar rata-rata Universitas Sumatera Utara T p = temperatur perancangan T m = temperatur udara luar maksimum - perbedaan temperatur udara harian2 = 35°C – 10°C2 = 30°C T p =Corr.CLTD = CLTD + 25.5 - T R + T m –29.4 = CLTD + 25.5 - 24 + 30 - 29.4 = CLTD + 2,1 Sehingga beban pendinginan pada atap dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Beban Pendinginan Dari Atap Ruang Beban Pukul CLTD Corr.CLTD Q atap W 9 2,1 143,451 10 4 6,1 416,691 11 9 11,1 758,241 12 16 18,1 1236,411 13 23 25,1 1714,581 14 30 32,1 2192,751 15 36 38,1 2602,611 16 41 43,1 2944,161 17 43 45,1 3080,781 2. Dinding A yang memiliki jendela � = � � � � ����. ���� U = 1,36 Wm 2 K A = Luas dinding – {6 × Luas jendelafixed type 1 + 8 x Luas jendela fixedtype 2 + 8 x luas jendela non fixed = 6,9 m × 3,9 m – {3,96 m 2 + 2,88 m 2 + 2,88 m 2 = 26,91 m 2 – 9,72 m 2 = 17,19 m 2 CLTD diperoleh dari tabel 32 dinding tipe 10 Corr. CLTD = CLTD + 2,1 Universitas Sumatera Utara Sehingga beban pendinginan pada dinding A dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 Beban Pendinginan Dari Dinding A Ruang Beban Pukul CLTD Corr.CLTD Q dinding A W 9 4 6,1 142,60824 10 7 9,1 212,74344 11 9 11,1 259,50024 12 11 13,1 306,25704 13 12 14,1 329,63544 14 13 15,1 353,01384 15 14 16,1 376,39224 16 14 16,1 376,39224 17 15 17,1 399,77064 3. Dinding B U = 1,36 Wm 2 K A = Luas dinding – Luas pintu = 9,9m × 3,9 m – 1,4 m × 2 m = 35,81 m 2 CLTD diperoleh dari tabel 32 untuk dinding 10ASHRAE Fundamental Handbook. Corr. CLTD = CLTD + 2,1 Sehingga beban pendinginan pada dinding B dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Beban Pendinginan Dari Dinding B Ruang Beban Pukul CLTD Corr.CLTD Q dinding B W 9 4 6,1 297,08 10 7 9,1 443,185 11 9 11,1 540,588 12 11 13,1 637,991 13 12 14,1 686,693 14 13 15,1 735,394 15 14 16,1 784,096 16 14 16,1 784,096 17 15 6,1 297,08 Universitas Sumatera Utara 4. Dinding C yang memiliki jendela U =1,36 Wm 2 K A = Luas dinding – {8 x luas jendela fixedtype 2 + 8 x luas jendela non fixed} = 6,9 m 2 x 3,9 m 2 – 2,88 m 2 + 2,88 m 2 = 21,15 m 2 CLTD diperoleh dari tabel 32 untuk dinding 16 Corr. CLTD = CLTD + 2,1 Sehingga beban pendinginan pada dinding C dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Beban Pendinginan Dari Dinding C Ruang Beban Pukul CLTD Corr.CLTD Q dinding C W 9 4 6,1 175,46 10 7 9,1 261,752 11 9 11,1 319,28 12 11 13,1 376,81 13 12 14,1 405,572 14 13 15,1 434,336 15 14 16,1 463,1 16 14 16,1 463,1 17 15 6,1 175,46 5. Dinding D U = 1,36 Wm 2 K A = 9,9 m x 3,9 m = 38,61 m 2 CLTD Diperoleh dari tabel 32 dinding 10 Corr CLTD = CLTD + 2,1 Sehingga beban pendinginan pada dinding D dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Beban Pendinginan Dari Dinding D Ruang Beban Pukul CLTD Corr.CLTD Q dinding D W 9 4 6,1 320,309 10 7 9,1 477,837 11 9 11,1 582,857 12 11 13,1 687,876 13 12 14,1 740,357 14 13 15,1 792,895 15 14 16,1 838,16 16 14 16,1 838,16 17 15 6,1 317,564 6. Jendela a. Jendela Non Fixed operable pada dinding A A = 0,6 m×0,4 m x 8 buah = 1,92 m 2 Pada jendela ini terjadi konveksi dan radiasi karena pada saat pengukuran dilakukan, jendela dalam kedaan terbuka. Beban dapat dihitung dengan persamaan : � = � ����� SC = shading coefficient koefisien teduh = 0.55 SCL = solar cooling load Wm 2 dapat dilihat pada Tabel 36 ASHRAE Fundamental Handbook Sehingga beban pendinginan jendela Non Fixed operabledinding A dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.7 Beban Pendinginan Dari jendela Non Fixed operable dinding A Ruang Beban Pukul SCL Q jendela non fixed dinding A W 9 318 335,808 10 230 242,88 11 183 193,248 12 164 173,184 13 151 159,456 14 142 149,952 15 129 136,224 Universitas Sumatera Utara 16 113 119,328 17 95 100,32 b. Jendela Non Fixedoperable pada dinding C A = 0,6 m x 0,4 m x 8 buah = 1,92 m 2 SC = shading coefficient koefisien teduh = 0.35 SCL = solar cooling load dari Tabel 36 Wm 2 Sehingga beban pendinginan jendela Non Fixed operabledinding C dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.7 Beban Pendinginan Dari Jendela Non Fixed operable dinding C Ruang Beban Pukul SCL Q jendela non fixed dinding C W 9 318 213,696 10 230 154,56 11 183 122,976 12 164 110,208 13 151 101,472 14 142 95,424 15 129 86,688 16 113 75,936 17 95 63,84 c. Jendela Fixed non operabletype 1 pada dinding A U = 4.6 Wm 2 K CLTD diperoleh dari tabel 34 ASHRAE Fundamental Handbook Corr. CLTD = CLTD + 2,1 A= 6 × Luas jendela = 6 0,6 m × 1,1 m = 3,96 m 2 Beban pendinginan akibat konduksi dapat dihitung dengan persamaan : � = � � � � ����. ���� Sehingga beban pendinginan jendela non fixed operable dinding C dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Beban Pendinginan Dari jendela Fixed non operable type 1 pada dinding A d. Jendela Fixed non operable type 2 pada dinding A A = 8 x Luas jendela = 8 0,6 m x 0,6 m = 2,88 m 2 Sehingga beban pendinginan jendela Fixed non operabletype 2 pada dinding A dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Beban Pendinginan Dari jendela Fixed non operable type 2 pada dinding A Pukul CLTD Corr.CLTD Q jendela fixed type 2 dinding A W 9 1 3,1 41,0688 10 2 4,1 54,3168 11 4 6,1 80,8128 12 5 7,1 94,0608 13 7 9,1 120,5568 14 7 9,1 120,5568 15 8 10,1 133,8048 16 8 11,1 147,528 17 7 9,1 120,5568 e. Jendela Fixed non operabletype 2 pada dinding C A = 8 x Luas jendela Pukul CLTD Corr.CLTD Q jendela fixed type 1 dinding C W 9 1 3,1 56,4696 10 2 4,1 74,6856 11 4 6,1 56,4696 12 5 7,1 129,3336 13 7 9,1 165,765 14 7 9,1 165,765 15 8 10,1 183,9816 16 8 11,1 202,1976 17 7 9,1 165,765 Universitas Sumatera Utara = 8 0,6 m x 0,6 m = 2,88 m 2 Sehingga beban pendinginan jendela Fixed non operabletype 2 pada dinding C dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Beban Pendinginan Dari jendela Fixed non operable type 2 pada dinding A Pukul CLTD Corr.CLTD Q jendela fixed type 2 dinding C W 9 1 3,1 41,0688 10 2 4,1 54,3168 11 4 6,1 80,8128 12 5 7,1 94,0608 13 7 9,1 120,5568 14 7 9,1 120,5568 15 8 10,1 133,8048 16 8 11,1 147,528 17 7 9,1 120,5568 7. Pintu pada dinding B U = 1,08 Wm 2 K A = 1,4 m × 2 m = 2,8 m 2 CLTD diperoleh dari tabel 32ASHRAE Fundamental Handbook. Corr. CLTD = CLTD + 2,1 Sehingga beban pendinginan Pintu pada dinding B dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.10 Beban Pendinginan Dari Pintu pada dinding B Pukul CLTD Corr.CLTD Q pintu dinding B W 9 1 3,1 9,38 10 3 5,1 15,42 11 5 7,1 21,47 12 7 9,1 27,52 Universitas Sumatera Utara 13 11 13,1 39,61 14 17 19,1 57,76 15 23 25,1 75,91 16 29 31,1 94,05 17 34 36,1 109,17 Untuk mendapatkan total beban pendinginan dari komponen-komponen ruangan, kita harus menjumlahkan total beban pendinginan yang dialami ruangan pada tiap bagian ruangan untuk tiap jamnya. Total beban maksimum yang dicapai akan dijadikan sebagai beban pendinginnya. Total beban maksimum itu nantinya akan dijumlahkan dengan beban pendinginan akibat sumber panas dari dalam ruangan beban, sehingga didapat harga beban pendingin total. Untuk menentukan total beban maksimum dari ruangan, kita dapat melihat tabel 4.11 berikut ini : dari tabel kita diperoleh bahwa beban pendinginan maksimum terjadi pada pukul 16:00. Maka, beban pendinginan maksimum yang digunakan ialah beban pada pukul 16:00 sebesar 6192,489 W Universitas Sumatera Utara 8. Beban Pendinginan Akibat Sumber Panas Dari Dalam Ruangan Beban a. Beban Pendinginan Akibat Lampu Lampu pada ruangan beban adalah lampu jenis tungsten berjumlah 24 buah, dengan daya = 40 W. Pada saat pengukuran temperatur ruangan, lampu sengaja dioperasikan selama 8 jam. Beban pada lampu dapat dihitung dengan persamaan : � = � � � �� � � �� Dimana : Q = Beban pendingin W = Daya lampu W F ul = Faktor guna penerangan F sa = Faktor ijin khusus Untuk lampu fluorescent, nilai F ul = 1,0 dan F sa = 1,2 Sehingga, beban dari lampu fluorescent : Q = 960 w x 1,0 x 1,2 Q = 1152 W Karena lampu beroperasi selama 8 jam, maka nilaibeban tersebut harus dikalikan dengan CLF. Dan nilai CLF untuk lampu yang beroperasi selama 8 jam = 0,86. Maka, beban pendinginan dari 24 lampu fluorescent yang beroperasi selama 8 jam : Q fluorescent = 1152 x 0,86 = 990,72 W b. Beban Pendinginan Akibat Manusia Beban pendinginan dari tubuh manusia terdiri dari beban sensibel dan beban laten. Untuk menghitung beban tersebut, dapat digunakan persamaan : � �������� = � � �������� ���� ���� � ��� � ����� = � � ����� ���� ���� Dimana : Q sensibel = Panas sensibel yang dikeluarkan manusia berdasarkan aktifitasnya Universitas Sumatera Utara Q laten = Panas laten yang dikeluarkan manusia berdasarkan aktifitasnya CLF = Cooling Load Factor Dari tabel 37 ASHRAE Fundamental Handbook , diperoleh : Q sensibe = 75 , untuk manusia yang melakukan aktifitas perkantoran Q laten = 55, untuk manusia yang melakukan aktifitas perkantoran Dari tabel 3 ASHRAE Fundamental Handbook , diperoleh nilai CLF untuk manusia yang melakukan kegiatan perkantoran = 0,92. Harga ini diambil karena pada saat melakukan pengukuran temperatur ruangan, aktifitas yang terjadi di dalam ruangan adalah kegiatn perkuliahan. Kegiatan ini diasumsikan sama dengan kegiatan perkantoran. Sehingga, Q sensibel = 55 x 75 W x 0,92 = 3795 W Q laten = 55 x 55 W = 3025 W c. Beban Pendinginan Akibat VentilasiPeranginan dan InfiltrasiPerembesan Ventilasi untuk bangunan ini ditetapkan 7 Ls untuk tiap orang. Dengan jumlah manusia = 55 orang, maka ventilasi pada ruangan ini = 7 Ls x 55 orang = 385 Ls. Sedangkan infiltrasi melaui pintu = 43,128 Ls Beban pendinginan untuk ventilasi dan infiltrasi terdiri dari beban sensibel dan beban laten. Dapat dihitung dengan persamaan : � �������� = 1,23 � � � � − � � � ����� = 3010 � � � � � − � � Dimana t = 30,079 C temperatur maksimum yang terjadi pada saat pengukuran temperatur ruangan tanggal 22 September 2011 t i = 24 C temperatur ruangan yang didinginkan Universitas Sumatera Utara W o = 0.0159 W i = 0.0140 Maka, beban pendinginan untuk ventilasi dan infiltrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.12 Beban Pendinginan Akibat Ventilasi Ls Factor to - ti Wo - Wi Q Watt 385 1.23 6,079 2878,71 Sensible 385 3010 0.0055 6373,675 Latent Tabel 4.13 Beban Pendinginan Akibat Infiltrasi Qs Factor to - ti Wo - Wi Q Watt 43,128 1,23 6,079 100,64Sensi ble 43,128 3010 0,0055 713,984 Latent 9. Total Beban Pendingin Total beban pendingin merupakan penjumlahan dari beban sensibel dan beban laten yang dialami oleh ruangan. Rekapitulasi beban pendingin sensibel dan beban pendingin laten dapat kita lihat pada tabel 4.14 dan tabel 4.15 berikut ini : Tabel 4.14 Total Beban Pendingin Sensibel Daerah Beban Pendingin Sensibel Pada Pukul 16:00 Q W Atap 2944,161 Dinding A 376,392 Dinding B 784,096 Dinding C 463,1 Dinding D 838,16 Pintu 94,05 Universitas Sumatera Utara Jendela Fixed 497,26 Jendela Non Fixed 195,27 Manusia 3795 Lampu 1152 Infiltrasi 100,64 Ventilasi 2878,71 TOTAL BEBAN SENSIBEL 14118,839 Tabel 4.15 Total Beban Pendingin Laten Maka, total beban pendingin pada ruangan J17.402 yang pada penelitian ini digunakan sebagai ruangan beban adalah : Total beban sensibel + Total beban laten = 24231,498 W = 24,24 kW. Daerah Beban Pendingin Laten Pada Pukul 16:00 Q W Manusia 3025 Ventilasi 6373,675 Infiltrasi 713,984 TOTAL BEBAN LATEN 10112,659 Universitas Sumatera Utara

BAB V PROSES DAN ANALISA SIMULASI

5.1 Pendahuluan

Proses simulasi yang dilakukan dan dibahas pada bab ini terdiri dari 3 bagian simulasi, yaitu : 1. Simulasi aliran udara yang dialirkan melalui kontainer. 2. Simulasi ruangan beban sebelum menggunakan groundcooling. 3. Simulasi ruangan beban sesudah menggunakan groundcooling. Simulasi dimulai dengan langkah-langkah umum untuk 3 jenis bagian yang akan dilakukan. Dimulai dengan pemodelan meshing yang akan digunakan sebagai domain komputasi, diskritisasi, penetapan kondisi batas, penetapan kondisi operasi, dan proses iterasi. Data-data yang digunakan pada proses simulasi ialah data-data hasil analisa pada bab IV. Khusus untuk desain dan dimensi kontainer yang digunakan, tidak terdapat parameter yang mutlak dalam penentuannya. Perencanaan desain dan dimensi kontainer lebih terujuk kepada bagaimana model kontainer yang memungkinkan efek groundcooling bisa dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu, perangkat lunak yang digunakan tidak akan dibahas secara mendetail. Hanya terbatas pada langkah-langkah utama proses simulasi yang dilakukan.

5.2 Simulasi Aliran Udara yang Dialirkan Melalui Kontainer

Proses simulasi ini dilakukan untuk mengetahui performansi kontainer yang merupakan komponen pendingin tunggal dalam siklus groundcooling. Dengan melakukan simulasi ini, kita akan mengetahui temperatur udara keluaran yang dapat didinginkan oleh siklus groundcooling. Proses simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara