PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG

BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010

(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan

Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali)

Skripsi Oleh:

ADRIANTO PUTRO PAMUNGKAS K.5606001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG

BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010

(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan

Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali)

Oleh :

ADRIANTO PUTRO PAMUNGKAS K.5606001

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2010


(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. Hendrig Joko Prasetyo, S.Pd., M.Or. NIP. 130 206 394 NIP. 19800805 200801 1 021


(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 1 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Agus Margono, M. Kes.

Sekretaris : Fadilah Umar, S. Pd, M. Or.

Anggota I : Prof. Dr. H. Sudjarwo, M. Pd.

Anggota II : Hendrig Joko Prasetyo, S. Pd, M. Or.

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001


(5)

commit to user ABSTRAK

Adrianto Putro P. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010. (Studi

Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed

Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed parctice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (2) Perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (3) Ada tidaknya pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 berjumlah 54 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive random sampling. Dari jumlah 54 orang selanjutnya dilakukan tes dan pengukuran panjang tungkai dengan mengukur dari trochanter sampai telapak kaki. Dari hasil tes dan pengukuran panjang tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu: kategori tungkai panjang dan kategori tungkai pendek. Sampel yang digunakan adalah 20 siswa yang memiliki kategori tungkai panjang dan 20 siswa dengan kategori tungkai pendek. Metode latihan yang digunakan adalah metode latihan massed practice dan distributed practice. Teknik pengumpulan data yaitu pengukuran panjang tungkai dari trochanter sampai telapak kaki dan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu: variabel independent (manipulatif/bebas), variabel atributif dan variabel dependent (terikat). Variabel independent terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok metode massed practice dan kelompok distributed practice. Variabel atributif terdiri dari dua kelompok usia yaitu, kelompok tungkai panjang dan kelompok tungkai pendek. Sedangkan variabel dependent yaitu ketepatan tendangan lambung dalam permainan sepakbola.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo


(6)

commit to user

10.83 > Ft 4.11). (2) Ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola yang signifikan antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 5.44 > Ft 4.11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 16.93 > Ft 4.11).

(a) Metode latihan massed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai panjang. (b) Metode latihan distributed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai pendek.


(7)

commit to user MOTTO

ADRIANTO Adrianto Putro P.

Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri Cina dan sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam.

(HR. Ibnu Abdil Barr)

Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang tak tahu arah menjadi terarah.

(Al Imam Al Mawardi)


(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan ibu tercinta Lope Dima tersayang Kedua kakak ku tercinta Teman-teman angkatan 2006 Almamater


(9)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...………

PENGAJUAN ...……….

PERSETUJUAN ...………..

PENGESAHAN ...………

ABSTRAK ...……….

MOTTO ...……….

PERSEMBAHAN ...………..

DAFTAR ISI ...……….

KATA PENGANTAR ...………..

DAFTAR TABEL ...………

DAFTAR GAMBAR ...………..

DAFTAR GRAFIK………

DAFTAR LAMPIRAN ...………

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah ……… B. Perumusan Masalah ...……… C. Tujuan Penelitian ...……… D. Manfaat Penelitian ...………..

BAB II LANDASAN TEORI ………..

A. Tinjauan Pustaka ...……… 1. Permainan Sepakbola……… a. Hal-Hal yang Harus Dikuasai dalam Permainan Sepak

Bola……… b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Sepakbola……… 2. Teknik Dasar Menendang Bola……… a. Tujuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola…. b. Jenis-Jenis Tendangan dalam Permainan Sepakbola……. c. Bagian-Bagian kaki untuk Menendang Bola……….

i ii iii iv v vii viii ix x xiv xv x vix vi 1 1 6 7 7 8 8 8 10 11 12 12 13 ix


(10)

commit to user

d. Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola….. e. Teknik Tendangan Melambung………. 3. Latihan……….

a. Tujuan Latihan……… b. Metode Latihan……….. c. Prinsip-Prinsip Latihan……… d. Komponen-Komponen Latihan……….. 4. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice……… a. Metode Massed Practice……… b. Pelaksanaan Tendangan Melambung dengan Metode

Massed Practice………. c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan

Melambung dengan Metode Massed Practice………….. 5. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice………

a. Metode Distributed Practice………. b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Melambung dengan

Metode Distributed Practice………. c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan

Melambung dengan Metode Distributed Practice……… 6. Panjang Tungkai………..

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai….. b. Peranan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan

Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola….. B. Penelitian yang Relevan………. C. Kerangka Pemikiran ...……… D. Perumusan Hipotesis………..

14 16 18 20 21 22 23 27 30 30 30 33 34 34 35 37 38 40 41 42 43 47 x


(11)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN ...………

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……….. B. Metode dan Rancangan penelitian….………. C. Variabel Penelitian…….………. D. Populasi Dan Sampel Penelitian………. E. Teknik Pengumpulan Data..……… F. Definisi Operasional Variabel………...…… G. Teknik Analisis Data………...

BAB IV HASIL PENELITIAN ...……….

A. Deskripsi Data ...………. B. Mencari Reliabilitas………. C. Pengujian Persyaratan Analisis………

1. Uji Normalitas………. 2. Uji Homogenitas……… D. Pengujian Hipotesis……….. 1. Pengujian Hipotesis Pertama………. 2. Pengujian Hipotesis Kedua……… 3. Pengujian Hipotesis Ketiga……… E. Pembahasan Hasil Penelitian………

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...………. ………

A. Simpulan...……… B. Implikasi ...……… C. Saran ...………..

DAFTAR PUSTAKA ...………

LAMPIRAN...……… 48 48 48 51 52 52 53 54 60 62 63 63 64 64 64 66 66 66 67 71 71 72 73 74 77 xi


(12)

commit to user KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Hendrig Joko Prasetyo, S.Pd., M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Pembina dan Pelatih SSB Pandanaran Boyolali yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SSB yang dipimpinnya.

8. Siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.


(13)

commit to user

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2010

APP


(14)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan Penelitian Anava Dua Jalur dengan Design Rancangan Faktorial 2 X 2……….. Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Jalur……… Tabel 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola Menurut Kelompok Penelitian……….……… Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola……… Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas………. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors……….. Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet……….. Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan………. Tabel 9. Ringkasan Analisis Anava Faktorial 2 X 2………. Tabel 10 Hasil Uji Rentang Newman Keuls setelah Anava………….. Tabel 11 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola……….

52 56

60

63 63 63 64

65 65 65

69


(15)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skematis Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola……. Gambar 2. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola……… Gambar 3. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice……… Gambar 4. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice……… Gambar 5. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai……… Gambar 6. Lapangan Tes Ketepatan Tendangan Lambung……….

15 16

32

36 101 103


(16)

commit to user DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Rata-Rata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai………. Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola antara Kelompok Perlakuan….. Grafik 3. Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai………

61

62 69


(17)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Tes Pengukuran Panjang Tungkai……… Lampiran 2. Data Tes Awal Ketepatan Tendangan Lambung dalam Permainan Sepakbola Berdasarkan Kelompok Sampel Penelitian……… Lampiran 3. Data Tes Awal Ketepatan Tendangan Lambung dalam Permainan Sepakbola Berdasarkan Kelompok Sampel Penelitian dengan Penilaian Belah Ganjil dan Genap…… Lampiran 4.Uji Reliabilitas Data Tes Awal………. Lampiran 5.Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1 (A1B1) dan Kelompok 2 (A1B2)……….. Lampiran 6.Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 2 (A2B1) dan Kelompok 2 (A2B2)……….. Lampiran 7. Uji Homogenitas Data Tes Awal……… Lampiran 8. Data Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung dalam Permainan Sepakbola……… Lampiran 9. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Ketepatan Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola………. Lampiran 10.Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung Sepakbola Kelompok 1 dan Kelompok 2………. Lampiran 11.Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung Sepakbola Kelompok 3 dan Kelompok 4………. Lampiran 12.Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata - Rata antar Kelompok Sampel sebagai Persiapan Analisis Anava Faktorial 2 X 2………. Lampiran 13 Hasil Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls………

78

80

81 82

84 85 86

87

88

90

91

92 94


(18)

commit to user

Lampiran 14. Program Latihan Tendangan Lambung dengan Metode Massed Practice dan Distributed Practice……….. Lampiran 15. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai………. Lampiran 16. Petunjuk Pelaksanaan Tes Ketepatan Tendangan Lambung……… Lampiran 17. Program Latihan Siswa SSB Pandanaran Boyolali

Menurut Prinsip Individual………. Lampiran 18. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……… Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta……… Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari SSB Pandanaran Boyolali………

97

101

102

104 107

110

111


(19)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sepakbola merupakan olahraga yang cukup memasyarakat dan digemari seluruh lapisan dunia. Banyak kejuaraan yang telah diselenggarakan diberbagai event dunia seperti Piala Champion, Piala Dunia, Piala Eropa dan lain sebagainya. Dari event-event sepakbola tersebut mampu menghipnotis semua masyarakat di dunia untuk menyaksikan pertandingan sepakbola. Banyak negara-negara Eropa permainan sepakbola dijadikan olahraga Nasional. Seperti dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 1) bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu yang paling populer di dunia dan bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap negara di Eropa, Amerika Selatan, Asia, Afrika dan bahkan pada saat ini permainan itu digemari di Amerika Serikat”.

Di Indonesia permainan sepakbola mengalami perkembangan yang cukup pesat. Munculnya klub-klub sepakbola, Lembaga Pendidikan Sepakbola, Sekolah sepakbola di berbagai daerah menunjukkan perkembangan sepakbola di Indonesia yang cukup baik. Diadakannya pertandingan resmi yang diselenggarakan PSSI yaitu Liga Sepakbola Indonesia merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap sepakbola Indonesia.

Maraknya Sekolah Sepakbola di berbagai daerah merupakan wahana untuk membina dan melatih anak-anak pemula yang memiliki bakat bermain sepakbola. Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan sejak usia dini merupakan suatu usaha untuk mencetak pemain-pemain sepakbola yang terampil dan diharapkan ke depannya menjadi pemain sepakbola yang berprestasi. Hal ini seperti dikemukakan M. Furqon H. (2003: 3) bahwa, “Bila dikaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, pemassalan sangat baik jika dimulai sejak masa kanak-kanak, terutama pada masa akhir kanak-kanak (6-12 tahun). Pada masa ini merupakan tahap perkembangan keterampilan gerak dasar”. Sedangkan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 37) berpendapat, “Pelaksanaan


(20)

commit to user

dalam pemassalan olahraga yang ditujukan kepada para pelajar merupakan langkah awal dalam usaha untuk menemukan bibit-bibit atlet atau olahragawan yang berbakat sehat fisik dan mental, bentuk tubuh yang predominan terhadap cabang olahraga dan intelegensi”.

Upaya meningkatkan keterampilan bermain sepakbola harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola. Kemampuan seorang pemain sepakbola menguasai teknik dasar bermain sepakbola dapat mendukung penampilannya dalam bermain sepakbola baik secara individu maupun secara kolektif. Pentingnya peranan penguasaan teknik dasar bermain sepakbola, maka bagi para pemain pemula harus dilatih secara baik dan benar.

Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Hampir seluruh permainan sepakbola dilakukan dengan menendang bola. Besarnya kontribusi menendang bola terhadap permainan sepakbola secara kolektif, maka perlu dilatihkan kepada siswa pemula. Wahjoedi (1999: 120) menyatakan, “Menendang bola merupakan keterampilan paling penting dan mendasar yang harus dikuasai dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu yang pertama kali harus dikuasai oleh setiap pemain adalah teknik dasar menendang bola”.

Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang paling sering dan banyak dilakukan dalam permainan sepakbola. Hampir seluruh permainan sepakbola dilakukan dengan menendang bola. Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Teknik dasar menendang bola memiliki beberapa fungsi di antaranya: untuk memberikan operan (passing), menembak (shooting) bola ke

gawang, membersihkan (clearing) dan tendangan-tendangan khusus. Dari fungsi

menendang bola tersebut, tentunya setiap tendangan yang dilakukan seorang pemain sepakbola memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda menurut kebutuhannya. Sebagai contoh menendang bola di daerah pertahanan biasanya sebagai umpan atau membersihkan (menyelamatkan gawang) dari lawan,


(21)

commit to user

menendang bola di daerah pertahanan lawan sebagai umpan atau melakukan

shooting ke gawang lawan.

Melakukan tendangan atau operan jarak jauh yang tepat pada sasaran yang diinginkan tidaklah mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya misalnya

akurasi (ketepatan), lawan yang selalu menghalang-halangi, konsentrasi, feeling

dan lain sebagainya. Ditinjau dari fungsinya, tendangan jarak jauh (melambung) memiliki kontribusi besar yaitu, untuk memberikan umpan-umpan jarak jauh atau umpan ke daerah gawang lawan. Umpan-umpan yang tepat dan akurat akan memudahkan teman seregunya untuk menerimanya atau menyelesaikannya mencetak gol ke gawang lawan. Selain itu, tendangan melambung memiliki efektivitas yang cukup baik, karena bola di atas sangat kecil kemungkinan untuk digagalkan oleh lawan. Pentingnya peranan menendang bola melambung, maka harus dilatih dan dikembangkan secara sistematis dan kontinyu.

Latihan secara sistematis dan kontinyu merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan tendangan melambung bagi pemain sepakbola pemula. Dalam pelaksanaan latihan tendangan melambung bagi siswa pemula dibutuhkan metode latihan yang tepat. Banyaknya macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan menuntut seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam menerapkan metode latihan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.56) bahwa, “Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan teknik di antaranya dengan massed practice dan distributed practice”.

Metode latihan massed practice dan distributed practice merupkan metode

latihan yang menekankan pada pengulangan giliran praktik. Dari kedua metode latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektivitasnya terhadap

peningkatan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Disisi

lain, keterampilan tendangan melambung seorang pemain sepakbola tidak hanya dipengaruhi oleh metode latihan yang diterapkan seorang pelatih. Faktor individu (pemain/siswa) sangat menentukan terhadap penguasaan keterampilan yang dipelajari. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 70) berpendapat, “… untuk tercapainya suatu puncak prestasi dalam bidang olahraga, sumbangan yang


(22)

commit to user

terbesar bersumber dari atlet, meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung mempunyai peran yang penting juga. Diperkirakan sumbangan yang bersumber dari atlet adalah 60-70% dan faktor penunjang lainnya 30-40%”.

Faktor yang terdapat pada individu atau siswa ini sangat kompleks, seperti kemampuan fisik, mental, semangat latihan, postur tubuh dan lain sebagainya. Postur tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga, termasuk ketepatan tendangan lambung dalam permainan sepakbola. M. Sajoto (1995: 11) menyatakan, “Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan

berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”.

Setiap cabang olahraga pada umumnya menuntut postur tubuh yang ideal sesuai tuntutan dari cabang olahraga yang dipelajari agar mampu meraih prestasi yang tinggi. Demikian halnya dalam permainan sepakbola, pemain sepakbola yang ideal harus memiliki postur tubuh yang tinggi, atletis disertai otot-otot yang kuat. Postur tubuh yang tinggi sudah barang tentu disertai segmen-segmen tubuh yang panjang seperti tungkai dan lengannya. Segmen-segmen tubuh yang panjang seperti tungkai dan lengan dapat mendukung penampilan seorang atlet yang membutuhkan segmen-segmen tersebut seperti, melompat, meloncat, menendang, memukul, menolak, melempar dan lain-lain.

Ditinjau dari analisa tendangan melambung sepakbola, proporsi tungkai yang dimiliki seorang pemain sepakbola harus dimanfaatkan seoptimal mungkin pada teknik yang benar agar tendangan yang dilakukan sesuai yang diharapkan. Apakah benar tungkai yang panjang memiliki pengaruh terhadap ketepatan tendangan melambung dalam sepakbola yang lebih baik, jika dibandingkan dengan pemain yang tungkainya panjang. Untuk mengetahui hal ini, maka perlu dibuktikan kebenarannya, karena ketepatan tendangan melambung sepakbola tidak hanya dipengaruhi proporsi tungkai, namun masih ada faktor lainnya seperti

penguasaan teknik menendang yang benar, mental, feeling, kemampuan fisik dan


(23)

commit to user

Untuk mengetahui metode latihan mana yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan massed practice dan metode latihan distributed practice, serta pengaruh panjang tungkai terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen.

Siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 adalah sampel yang digunakan dalam penelitian. Salah satu sisi menarik untuk mengambil sampel penelitian pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yaitu, Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tersebut cukup eksis dan latihan dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan kenyataannya, siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali

tahun 2010 beberapa kali mengikuti tournament atau pertandingan antara Sekolah

Sepakbola berdasarkan kelompok umur di berbagai daerah. Dari pertandingan yang telah diikuti prestasi yang dicapai belum maksimal. Kondisi yang demikian perlu ditelusuri faktor penyebabnya dari semua aspek baik, pelatih, atlet, metode latihan dan lain sebagainya.

Prestasi yang belum maksimal dari siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 tersebut merupakan masalah yang harus dipecahkan dan perlu latihan yang lebih intensif. Pelatihan fisik, teknik, taktik dan mental harus ditingkatkan. Melatih macam-macam teknik dasar bermain sepakbola merupakan faktor yang mendasar dan harus dikuasai oleh setiap siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Salah satu latihan yang terus ditingkatkan pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yaitu, kemampuan tendangan melambung. Disisi lain dalam memilih atau siswa yang masuk pada Sekolah Sepakbola Padanaran Boyolali hendaknya memiliki postur tubuh yang ideal (tinggi, atletis). Selama ini belum pernah dilakukan seleksi siswa yang masuk atau ikut latihan pada Sekolah Sepakbola Padanaran Boyolali, sehingga proporsi tubuhnya termasuk panjang tungkainya belum diketahui.

Memberikan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola sangat penting untuk


(24)

commit to user

mendukung kerjasama tim yang kompak. Selain metode latihan yang tepat, memanfaatkan segmen tubuh (panjang tungkai) dalam melakukan tendangan melambung juga sangat penting. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode latihan massed practice dan distributed practice serta pengaruh panjang tungkai terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola, perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan

Panjang Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam

Permainan Sepakbola pada Siswa Usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola

Pandanaran Boyolali Tahun 2010 (Studi Ekperimen tentang Perbedaan Pengaruh

Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola

Pandanaran Boyolali Tahun 2010)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan menggunakan massed

practice dan distributed parctice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010?

2. Adakah perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa

yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010?

3. Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap

ketepatan menendang bola siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010?


(25)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed parctice

terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.

2. Perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang

memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.

3. Ada tidaknya pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai

terhadap ketepatan tendangan melambung pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat

memberi manfaat antara lain:

1. Dapat membantu siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran

Boyolali untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam

permainan sepakbola menjadi lebih baik.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi pembina dan pelatih

Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali pentingnya metode latihan yang baik dan tepat untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola.

3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih metode latihan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola untuk siswanya.


(26)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Sepakbola

Sepakbola berkembang pesat di tengah masyarakat karena olahraga ini cukup fleksible, artinya sepakbola dapat diterima oleh masyarakat karena bisa dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Oleh karena itu permainan sepakbola menjadi olahraga yang sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat. Perkembangan sepakbola diharapkan dapat ikut meningkatkan minat masyarakat terhadap olahraga.

Secara sederhana sepakbola merupakan olahraga yang hampir keseluruhan permainannya menggunakan tungkai. Sekilas penyajian permainan itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan yang kompleks. Karena untuk dapat melakukan setiap gerakan dengan benar dibutuhkan koordinasi antara organ-organ tubuh. Soekatamsi (1988: 11) menyatakan bahwa, “Pandai bermain sepakbola adalah memahami, memiliki pengetahuan, dan terampil melaksanakan dasar-dasar untuk pembinaan dan bermain sepak bola untuk meningkatkan dan mencapai prestasi maksimum”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dapat bermain sepakbola saja belum tentu pandai bermain sepakbola.

Berdasarkan gambaran mengenai sepakbola di atas, beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian serpakbola secara umum. Menurut Sucipto, Sutiyono. Bambang, Thohir. Indra M, dan Nurhadi (2000: 7) mengatakan bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Sedangkan Soekatamsi, (1988: 11-12) mengemukakan bahwa :

“Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau

permainan team, maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah

kesebelasan yang terdiri atas pemain-pemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai


(27)

commit to user

kerjasama team yang baik. Untuk mencapai kerjasama team yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua bagian-bagian dan macam-macam teknik dasar dan keterampilan sepakbola, sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan permainan beregu yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Oleh karena itu kekompakan dan kerjasama tim yang baik di antara para pemain sangat dibutuhkan. Karena dimainkan di atas lapangan yang luas, maka seorang pemain harus memiliki keterampilan mengolah bola dan juga kondisi kesegaran tubuh yang baik. Oleh karena itu, untuk dapat bermain sepakbola dengan baik dibutuhkan latihan sesuai dengan prosedur yang telah ada.

Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga yang cukup populer dan memasyarakat di seluruh dunia. Hampir setiap orang di seluruh dunia mengenal dan menggemari permainan sepakbola. Jika dibandingkan dengan olahraga permainan lain, permainan sepakbola lebih populer. Timo Scheunemann (2005: 15) bahwa, “Sepakbola pada saat ini adalah olahraga yang paling populer di dunia, jauh lebih populer dibandingkan olahraga populer lainnya seperti basket,

volleyball, atau pun tenis”.

Kepopuleran permainan sepakbola karena memiliki daya tarik yang berbeda dengan olahraga permainan lainnya. Beltasar Tarigan (2001:2) menyatakan, “Daya tarik permainan sepak bola adalah keterampilan memperagakan kemampuan dalam mengolah bola, penampilan usaha yang sungguh-sungguh penuh perjuangan, gerakan yang dinamis, disertai dengan

kejutan-kejutan taktik, yang membuat penonton kagum melihatnya”. Pendapat

lain dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 1) bahwa,

Alasan dari daya tarik sepakbola terletak pada kealamian permainan tersebut. Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Anda harus melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan. Anda harus mampu berlari beberapa mil dalam satu pertandingan, hampir menyamai kecepatan sprinter dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat dan harus memahami taktik permainan individu, kelompok dan beregu. Kemampuan untuk memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan anda di lapangan.


(28)

commit to user

Pendapat tersebut menunjukkan, sepakbola merupakan olahraga permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya memiliki karakteristik tersendiri. Penampilan seorang pemain sangat bergantung pada kemampuannya memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan yaitu, bagaimana memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan, kemampuan fisik dan mental yang baik, kemampuan memperagakan taktik dan strategi permainan baik individu, kelompok maupun tim, usaha yang sungguh-sungguh dan kerjasama yang kompak untuk memenangkan pertandingan.

a. Hal Mendasar yang Harus Dikuasai dalam Permainan Sepakbola

Sepakbola merupakan olahraga permainan yang memiliki gerakan yang

cukup kompleks, sehingga setiap pemain harus memiliki skill yang baik untuk

memenangkan suatu pertandingan. Kemenangan suatu tim tercipta melalui kerjasama yang kompak dalam satu tim. Beltasar Tarigan (2001: 3) menyatakan, “Dalam permainan sepakbola, keterampilan-keterampilan yang dimiliki pemain tidak biasa dipisahkan dari satu kesatuan tim dan tidak pernah ia akan menggunakannya sendiri. Artinya, keterampilan-keterampilan yang dimiliki seorang pemain, tidak pernah merupakan tujuan tersendiri”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kualitas individu atau tim suatu kesebelasan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknik dasar sepakbola oleh para pemainnya. Ini artinya, faktor yang mendasar dan harus dikuasai seorang pemain sepakbola adalah menguasai teknik dasar bermain sepakbola. A. Sarumpaet dkk., (1992: 47) menyatakan, “Dalam usaha meningkatkan mutu permainan ke arah prestasi, maka masalah teknik merupakan salah satu persyaratan yang menentukan”. Menurut Soekatamsi (1995: 20) bahwa, “Pemain pertama-tama (permulaan) harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang tidak menguasai keterampilan teknik dasar bermain sepakbola tidaklah mungkin akan menjadi pemain yang baik”. Hal senada dikemukakan Remmy Muchtar (1992: 27) bahwa:

Untuk dapat bermain sepakbola dengan baik perlu menguasai teknik dengan baik pula. Tanpa penguasaan teknik yang baik tidak mungkin dapat menguasai atau mengontrol bola dengan baik. Dan tanpa


(29)

commit to user

kemampuan menguasai bola dengan baik, tidak mungkin dapat menciptakan kerjasama dengan pemain lain. Sedangkan kerjasama adalah inti dari permainan sepakbola.

Menguasai teknik dasar bermain sepakbola merupakan faktor yang mendasar dan harus dilatihkan sejak awal berlatih sepakbola. Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola dengan baik, maka memberi peluang yang besar untuk memenangkan pertandingan dan meraih prestasi yang optimal. Strategi atau taktik permainan sebaik apapun, jika pemainnya tidak menguasai teknik dasar sepakbola dengan baik, taktik atau strategi tersebut tidak ada manfaatnya. Seperti dikemukakan Josef Sneyers (1990: 24) bahwa, “Dilihat dari segi taktis, mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar. Semakin terampil seorang pemain dengan bola, dan semakin mudah ia dapat (tanpa kehilangan bola) meloloskan diri dari suatu situasi, semakin baik jalannya pertandingan bagi kesebelasannya”.

Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola akan dapat mendukung penampilannya baik secara individu maupun tim. Semakin baik seorang pemain menguasai teknik dasar bermain sepakbola, maka ia akan memiliki keterampilan teknik bermain sepakbola yang baik.

b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Sepakbola

Ditinjau dari pelaksanaan permainan sepakbola bahwa, gerakan-gerakan yang terjadi dalam permainan adalah gerakan-gerakan dari badan dan macam-macam cara memainkan bola. Gerakan badan dan cara memainkan bola adalah dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan permainan sepakbola. Remmy Muchtar (1992: 27) menyatakan, “Berdasarkan gerakan-gerakan yang terjadi dalam permainan sepakbola, teknik sepakbola dibagi atas teknik badan dan teknik bola.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bermain sepakbola dikelompokkan menjadi dua macam yaitu teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik badan atau teknik tanpa bola pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani


(30)

commit to user

(physical fitness) agar dapat bermain sepakbola dengan baik. Unsur-unsur teknik tanpa bola menurut Remmy Muchtar (1992: 28) terdiri atas “(1) cara berlari, (2) cara melompat, (3) gerak tipu badan”.

Teknik dengan bola merupakan cara-cara memainkan bola, untuk mendukung keterampilan bermain sepakbola. Kemampuan seorang pemain dalam memainkan bola akan membantu penampilannya baik secara individu maupun kolektif, sehingga memberi peluang untuk memenangkan pertandingan. Lebih lanjut Remmy Muchtar (1992: 29) menyatakan bahwa unsur-unsur teknik dengan bola meliputi :

1) Teknik menendang bola.

2) Teknik menahan bola (trapping).

3) Teknik menggiring bola (dribble).

4) Gerak tipu.

5) Teknik menyundul bola (heading).

6) Teknik merebut bola (tackling).

7) Teknik lemparan ke dalam (throw-in).

8) Teknik penjaga gawang.

Pada prinsipnya unsur teknik tanpa bola dan unsur teknik dengan bola memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan bermain sepakbola. Kedua teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan di dalam situasi permainan menurut kebutuhannya dan situasi yang dihadapi dalam permainan. Kualitas dan kemampuan teknik yang baik akan mendukung penampilan seorang pemain. Semakin baik penguasaan teknik yang dimiliki, semakin efektif dan efisien dalam memperagakan teknik-teknik sepakbola dengan baik dan terampil.

2. Teknik Dasar Menendang Bola

a. Tujuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola

Menendang bola pada prinsipnya bertujuan memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain sebagai umpan atau mencatak gol ke gawang lawan. Berkaitan dengan menendang bola A. Sarumpaet dkk. (1992: 20) menyatakan, “Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari sutau


(31)

commit to user

tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki. Menendang bola dapat dilakukan dalam keadaan bola diam, menggelinding maupun melayang di udara”. Joseph A. Luxbacher (1997: 12) menyatakan, “Keterampilan untuk mengoper dan menerima bola membentuk jalan vital yang menghubungkan kesebelasan pemain ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagian-bagiannya”. Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 37) berpendapat, “Sepakbola merupakan permainan tim. Oleh karena itu, operan bola merupakan alat penghubung antara pemain yang satu dengan lainnya”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang paling sering dilakukan dalam permainan sepakbola. Melalui tendangan yang cermat dan akurat, maka akan terjalin kerjasama yang kompak dalam satu tim. A. Sarumpaet dkk., (1992: 20) menyatakan tujuan menendang bola yaitu:

1) Untuk memberikan bola kepada teman atau mengoper bola.

2) Dalam usaha memasukkan bola ke gawang lawan.

3) Untuk menghidupkan bola kembali setelah terjadi suatu pelanggaran

seperti tendangan bebas, tendangan penjuru, tendangan hukuman, tendangan gawang dan sebagainya.

4) Usaha melakukan clearing atau pembersihan dengan jalan menyapu

bola yang berbahaya di daerah sendiri atau dalam usaha membendung serangan lawan pada daerah pertahanan sendiri.

Menendang bola mempunyai peran penting dalam permainan sepakbola, baik sebagai umpan, mencetak gol ke gawang lawan, menghidupkan kembali

permainan dan untuk clearing atau menyapu bola dari daerah pertahanan. Untuk

mencapai kualitas tim yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus menguasai teknik menendang bola yang baik dan benar.

b. Jenis-Jenis Tendangan dalam Permainan Sepakbola

Menendang bola merupakan ciri khas yang dominan dalam permainan sepakbola. Agar menjadi pemain sepakbola yang berkualitas, seorang pemain perlu mengembangkan kemahirannya dalam menendang bola. Menendang bola pada dasanya mempunyai tujuan yang berbeda-beda menurut situasi yang dihadapi dalam permainan. Menurut Agus Mukholid (2004: 24) tujuan menendang bola adalah, “Untuk mengumpan, menembak ke gawang agar terjadi


(32)

commit to user

gol, dan untuk menghalau atau menyapu dalam rangka menggagalkan serangan atau permainan lawan”.

Menendang bola dengan cermat dan akurat adalah salah satu sisi menarik dari permainan sepakbola. Melalui tendangan yang cermat dan akurat akan terjalin kerjasama yang baik, bahkan melalui tendangan dapat tercipta gol yang indah dan spetakuler. Tendangan dalam permainan sepakbola dapat bermacam-macam bentuknya. Adakalanya tendangan bola keras menyusur tanah, tendangan lurus (setengah melambung) dan keras, tendangan melambung tinggi dan melengkung. Soekatamsi (1988: 48-49) membedakan jenis tendangan sebagai berikut:

1) Berdasarkan atas tinggi rendahnya lambungan bola, tendangan dibedakan menjadi tiga yaitu:

(1) Tendangan bola rendah, bola menggulir datar di atas tanah sampai setinggi lutut.

(2) Tendangan bola melambung lurus atau melambung sedang, bola melambung paling rendah setinggi lutut dan paling tinggi setinggi kepala.

(3) Tendangan bola melambung tinggi, bola melambung paling rendah setinggi kepala.

2) Berdasarkan atas putaran dan jalannya bola yaitu:

(1) Tendangan lurus (langsung), bola setelah ditendang tidak berputar sehingga bola melambung lurus dan jalannya kencang. Tenaga tendangan melalui titik pusat bola.

(2) Tendangan melengkung, bola setelah ditendang berputar ke arah yang berlawanan dengan tendangan dan arah bola.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, jenis tendangan dalam sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu, berdasarkan tinggi rendahnya lambungan bola dan berdasarkan putaran jalannya bola. Kemampuan seorang pemain melakukan jenis-jenis tendangan tersebut didasarkan pada kebutuhan dalam permainan. Untuk menjadi pemain yang baik, maka jenis-jenis tendangan tersebut harus dikuasai melalu latihan yang sistematis dan kontinyu.

c. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola

Menendang bola merupakan teknik sepakbola yang memiliki konstribusi


(33)

commit to user

menendang bola dengan baik dan benar. Untuk memperoleh kemampuan menendang bola yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus mampu menggunakan bagian-bagian kaki untuk menendang bola dengan efektif. Menurut Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian kaki yang dapat digunakan untuk

menendang bola yaitu “(1) Kaki bagian dalam (inside-foot), (2) Punggung kaki

(instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam (inside-instep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep)”. Menurut hasil penelitian Wahjoedi (1999: 120) bahwa, “Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki”. Menurut Bisanz (1982) yang dikutip A. Sarumpaet dkk., (1992: 20) menggambarkan skematis cara menendang bola sebagai berikut:

Gambar 1. Skematis Bagian-Bagian kaki untuk Menendang Bola (A. Sarumpaet dkk., 1992: 20)

Menendang bola pada dasarnya dapat dilakukan dengan empat bagian kaki

yaitu kaki bagian dalam (inside-foot), punggung kaki (instep-foot), punggung kaki

bagian dalam (inside-instep) dan punggung kaki bagian luar (outside-instep). Bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola harus mampu dimanfaatkan secara optimal menurut kebutuhannya. Hal ini karena, setiap bagian kaki memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan tendangan sepakbola. Oleh karena itu, dalam melakukan tendangan harus diperhitungkan

Dengan kaki bagian dalam

Kura-kura kaki bagian dalam

Kura-kura kaki bagian luar

Kura-kura kaki bagian atas

Dengan kepala Memberikan bola

Menendang bola Membuang bola

Tendangan salto Tendangan berputar Dropkick Tendangan efek


(34)

commit to user

dengan cermat bagian kaki mana yang harus digunakan untuk menendang bola agar menghasilkan tendangan yang benar dan tepat pada sasaran yang diinginkan. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola sebagai berikut:

Gambar 2. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola (Soekatamsi, 1988:47)

d. Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola

Tendangan melambung pada prinsipnya bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya. Tendangan melambung ini sebagai operan, karena jarak penendang dan penerima cukup jauh. Melalui tendangan melambung tinggi akan lebih efektif sebagai operan, sehingga akan lebih cepat menghubungkan pemain satu dengan lainnya. Selain itu, tendangan melambung tinggi akan sulit digagalkan lawan. Sebagai contoh bila seorang pemain akan memberikan umpan kepada teman seregunya dan di depannya banyak lawan, maka alternatif untuk memberikan umpan yaitu, dengan umpan melambung tinggi. Seperti dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 21) bahwa, “Walaupun dalam hampir semua situasi permainan, anda harus mengoperkan bola di atas permukaan lapangan, terkadang ada saatnya tertentu dimana operan tinggi menjadi pilihan terbaik”.

Pendapat tersebut menunjukkan, tendangan melambung tinggi merupakan alternatif pilihan yang tepat untuk memberi umpan kepada teman seregunya, jika


(35)

commit to user

di depannya banyak pemain lawan. Ditinjau fungsi dan manfaatnya, tendangan melambung tinggi mempunyai konstribusi besar mendukung serangan untuk mencetak gol ke gawang lawan melalui umpan-umpan bola crossing. Tidak menutup kemungkinan gol tercipta melalui tendangan penjuru yang melambung tinggi yang diarahkan pada daerah gawang lawan sebagai umpan untuk diselesaikan teman seregunya agar tercipta gol ke gawang lawan. Richard Widdows & Paul Buckle (1981: 30) menyatakan bahwa, “Dalam pertandingan masa-masa ini, tendangan-tedangan silang yang mengasilkan hampir separoh dari

gol yang dicetak diperoleh dari pemain-pemain tengah (midfiled players),

back-back yang maju dan para penyerang yang lari melebar yang semuanya memberi

dukungan”. Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 116) menyatakan, “Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam tendangan penjuru, usahakan agar bola yang diumpan ke tengah lapangan masuk daerah bahaya”.

Salah satu upaya untuk membantu penyerangan dapat dilakukan dengan umpan-umpan bola melambung tinggi yang dilakukan pemain-pemain tengah atau

pemain belakang (back) yang berusaha mendukung penyerangan melalui

tendangan melambung tinggi. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam melakukan tendangan melambung adalah ketepatan tendangan, sehingga mudah diselesaikan oleh pemain penyerang untuk menciptakan gol ke gawan lawan. Selain itu, tidak menutup kemungkinkan tendangan bola melambung tinggi dapat mengelabuhi penjaga gawang dan sulit untuk ditangkap kiper. Seperti dikemukakan Richard Widdows & Paul Buckle (1981: 33) bahwa, “Tendangan tinggi itu cara efektif untuk menendang bola melewati kiper yang maju mendekat”. Sedangkan Soedjono (1985: 64) menyatakan, “Tembakan yang diarahkan jauh dari jangkauan penjaga gawang, misalnya tembakan ke arah tiang jauh, biasanya lebih sulit untuk diselamatkan daripada tembakan yang diarahkan ke tiang dekat”.

Tendangan melambung tinggi mempunyai peran penting dalam permainan sepakbola. Tendangan melambung tinggi dapat dijadikan sebagai umpan atau mencetak gol ke gawang lawan. Hal ini sering dijumpai dalam permainan, sering kali tendangan bola-bola mati dekat dengan daerah gawang dilakukan melambung


(36)

commit to user

tinggi untuk melewati tembok pagar hidup agar masuk ke dalam gawang. Beltasar Tarigan (2001: 123) berpendapat, “Tembakan langsung ke gawang seyogyanya tinggi agar dapat melewati tembok yang kokoh dari pihak pemain bertahan, arah bola cukup rendah untuk menerobos daerah di bawah mistar gawang, dan penjaga gawang”.

Sangat besar peranan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Sebaik apapun pertahanan suatu tim seringkali masih bisa diciptakan gol melalui tendangan melambung dari jarak jauh. Seperti dikemukakan Eric C. Batty (2003: 1) bahwa, “Pertahanan yang bagaimanapun ketatnya masih bisa ditembus oleh tendangan-tendangan dari luar daerah pinalti…”. Upaya meningkatkan ketepatan tendangan jarak jauh seorang pemain sepakbola harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu.

e. Teknik Tendangan Melambung

Menendang bola dengan baik dan tepat pada sasaran adalah bagian penting dalam permainan sepakbola. Agar seorang pemain sepakbola mampu melakukan tendangan dengan baik dan tepat pada sasaran yang diinginkan harus menguasai teknik menendang bola. Untuk mendapatkan ketepatan tendangan yang baik, maka harus mampu memanfaatkan bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola. Namun pada dasarnya semua bagian kaki dapat digunakan untuk menendang bola. Menurut Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian kaki yang

dapat digunakan untuk menendang bola yaitu: “(1) Kaki bagian dalam (

inside-foot), (2) Punggung kaki (instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam (

inside-instep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep)”. Menurut hasil penelitian Wahjoedi (1999: 120) bahwa, “Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, menendang bola pada dasarnya dapat dilakukan dengan empat bagian kaki. Tetapi untuk tendangan jarak jauh atau tendangan melambung tinggi biasanya menggunakan kura-kura kaki bagian dalam. Menurut Soekatamsi (1988: 123-124) tendangan dengan


(37)

kura-commit to user

kura kaki bagian dalam memiliki fungsi antara lain: “(1) untuk operan jarak jauh, (2) untuk operan melambung ke atas, (3) memasukkan bola tepat ke mulut gawang, (4) tendangan bola melengkung”. Beltasar Tarigan (2001: 50) bahwa, “Umpan jauh atau panjang menggunakan sisi atas kaki bagian dalam”. Sedangkan Clive Gifford (2007: 16) menyatakan, “Mengumpan dengan kura-kura kaki adalah umpan paling umum untuk menendang bola pada jarak yang lebih jauh”.

Teknik pelaksanaan menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam menurut Soekatamsi (1988: 117-119) sebagai berikut:

1) Letak kaki tumpu:

a) Kaki tumpu diletakkan di belakang samping bola, ± 25 - 30 cm.

b) Arah kaki tumpu membuat sudut ± 400 dengan garis lurus arah bola

(garis di belakang bola). 2) Kaki yang menendang:

a) Kaki yang menendang bola diangkat ke belakang, kemudian diayunkan ke depan ke arah sasaran.

b) Hingga kura-kura kaki bagian dalam tepat mengenai tengah-tengah di bawah bola.

c) Gerakan kaki yang menendang dilanjutkan ke depan (gerak lanjut ke depan).

3) Sikap badan

a) Pada waktu kaki menendang bola diayunkan ke belakang, badan condong ke depan.

b) Pada waktu menendang bola karena posisi kaki tumpu berada di samping belakang bola, sikap badan condong ke belakang.

c) Kedua lengan terbuka ke samping badan untuk menjaga keseimbangan.

4) Pandangan mata

Pada waktu menendang bola, mata melihat pada bola dan ke arah sasaran.

5) Bagian bola yang ditendang

a) Bola ditendang tepat ditengah-tengah bawah bola, akan melambung tinggi.

b) Dilakukan dengan ancang-ancang, bola dalam keadaan berhenti, pemain berdiri 3 - 5 langkah di belakang samping bola, sehingga

letak pemain membuat sudut kurang lebih 400 dengan garis lurus


(38)

commit to user

Berikut ini disajikan ilustrasi teknik pelaksanaan menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam sebagai berikut:

Gambar 3. Teknik Menendang Bola dengan Kura-Kura Kaki Bagian Dalam (Soeketamsi, 1988: 117)

3. Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan latihan Suharno HP. (1993: 1) dalam seri bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan, “Berlatih atau latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulang-ulang waktunya”. Menurut Sudjarwo (1993: 14) bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 3.4) berpendapat, “Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat”.

Hakikat latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan


(39)

commit to user

kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat.

Latihan yang sistematis adalah program latihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks.

Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.

Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan pada setiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan.

a. Tujuan Latihan

Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317) tujuan akhir latihan yaitu, “Untuk meningkatkan penampilan olahraga”. Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa, “Tujuan utama latihan adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan tujuan umum latihan yaitu:

1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral.

2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.

3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya.


(40)

commit to user

4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan.

5) Untuk mengelola kualitas kemauan.

6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal.

7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet. 8) Untuk pencegahan cidera.

9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.

Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlet yang berlatih.Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1) Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental (Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin, 1996: 12-127). Dari keempat aspek tersebut saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya.Untuk mencapai tujuan latihan, maka perlu diterapkan metode latihan yang tepat.

b. Metode Latihan

Tujuan utama dari olahraga prestasi adalah pencapaian prestasi setinggi mungkin. Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi pencapaian prestasi dalam olahraga adalah penerapan metode latihan yang ilmiah.

Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan metode latihan, Noseck (1982: 15) menyatakan, “Metode latihan merupakan prosedur dan cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban”. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) “metode mengajar atau melatih adalah suatu cara tertentu, sistem kerja seorang pelatih, atau olahragawan, sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuannya yang cukup”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 3.53) bahwa, “Meode latihan adalah suatu cara sistematis dan terencana, yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan fungsi fisiologis,


(41)

commit to user

psikologis dan keterampilan gerak, agar memiliki keterampilan yang lebih baik pada suatu penampilan khusus”.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bagi atlet yang dilatih. Seorang pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang efektif. Hal ini karena, keberhasilan dari suatu latihan dapat dipengaruhi oleh metode latihan yang diterapkan oleh pelatih.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993: 21) bahwa, “Pinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Dalam pemberian beban latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan. Menurut Sudjarwo (1993: 21-23) prinsip-prinsip latihan di antaranya: “(1) Prinsip individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”.

Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan diuraikan sebagai berikut:

1) Prinsip Individu

Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara


(42)

commit to user

atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai”.

Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet. Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”.

2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle)

Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat:

Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.


(43)

commit to user

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh. Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet menjadi sakit.

3) Prinsip Interval

Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan.”

Istirahat atau interval merupakan factor yang harus diperhatikan dalam latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya kondisinya akan lebih baik.

4) Prinsip Penekanan Beban (Stress)

Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atlet stress. Penekanan beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu


(44)

commit to user

tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total disebabkan adanya beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress) diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.

5) Prinsip Makanan Baik

Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan. Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.

6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun

Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan prinsip interval”.

Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periode-periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.


(45)

commit to user d. Komponen-Komponen Latihan

Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas).

Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3)

density atau kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan”.

Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Volume Latihan

Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106) menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak


(46)

commit to user

tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan. Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume latihan dan prestasi.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.

3) Densitas Latihan

Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dalam melakukan serangkaian stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.


(47)

commit to user

Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.

Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu istirahat atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antara lain: intensitas latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang ditingkatkan.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Hal ini sesuai penapat Depdiknas (2000: 108) bahwa, “Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1983: 28) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.


(48)

commit to user

4. Latihan Tendangan Melambungdengan Metode Massed Practice

a. Metode Massed Practice

Keterampilan suatu cabang olahraga dapat dicapai dengan baik, maka dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan pengulangan gerakan

dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan

pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat. Berkaitan dengan metode massed practice Rusli Lutan (1988: 113)

menyatakan, “Massed practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu

rangkaian dengan selang waktu istirahat yang amat kecil diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto (1996: 62) bahwa, “Massed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari secara terus menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu istirahatnya”. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.58) “Massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet melakukan gerakan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat”. Hal senada dikemukakan Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 165) bahwa, “Metode

massed practice atau latihan padat yaitu, latihan suatu keterampilan olahraga dari waktu yang tersedia dimanfaatkan secara keseluruhan tanpa istirahat”.

Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan

keempat ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus tanpa istirahat. Keterampilan yang dipelajari dilatih atau dilaksanakan secara berulang-ulang sampai batas waktu atau program yang dijadwalkan selesai tanpa diselingi istirahat.

b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Parctice

Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu, melakukan latihan atau pengulangan gerakan secara terus menerus tanpa istirahat. Bertolak dari


(1)

commit to user

otomatis dan reflektif. Sedangkan metode latihan distributed practice latihan dilakukan secara berselang seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Hal ini akan berdampak menurunnya keterampilan yang telah dikuasai pada saat istirahat.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo sebesar 10.83 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 1.70 Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.

2. Perbedaan Ketepatan Menendang Bola antara Siswa yang Memiliki Tungkai Panjang dan Siswa yang Memiliki Tungkai Pendek

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan pengaruh signifikan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Siswa yang memiliki tungkai panjang memiliki ketepatan menendang bola yang lebih baik daripada siswa yang memiliki tungkai pendek. Karena tungkai yang panjang memiliki jangkauan atau ayunan yang panjang. Secara biomekanika, ayunan kaki yang panjang akan membantu gerakan tendangan lebih maksimal. Sedangkan tungkai pendek jangkauan atau ayunan kakinya tidak jauh/panjang, sehingga pada saat menendang bola ayunan kakinya kurang maksimal.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo 5.44 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 2.40. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.


(2)

3. Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan Menendang Bola

Dari tabel 10 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut:

Tabel 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola

A1 A2 Rerata A1 - A2

B1 8.50 3.80 6.15 4.70

B2 3.10 4.40 3.75 -1.30

Rerata 5.80 4.10 4.95 1.70

B1 - B2 5.40 -0.60 2.40

8.5

3.8 3.1

4.4

0 2 4 6 8 10

A1 A2

B1 B2

Grafik 3. Interaksi Metode Latihan dan Panjang Tungkai

Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, bentuk garis perubahan besarnya nilai peningkatan ketepatan menendang bola yaitu berpotongan, sehingga ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai. Dengan demikian dalam menerapkan metode latihan ketepatan menendang bola perlu


(3)

commit to user

dengan hasil 3.80. Sedangkan siswa yang memiliki tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan distributed practice, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola yang menunjukkan bahwa A2B2 dengan hasil 4.40 lebih baik hasilnya daripada A1B2 dengan hasil 3.10. Karena siswa yang memiliki tungkai panjang memiliki peningkatan ketepatan menendang bola yang lebih besar lebih besar daripada siswa yang memiliki tungkai pendek sebesar 2.40. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.


(4)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 10.83 > Ft 4.11).

2. Ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola yang signifikan antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 5.44 > Ft 4.11)

3. Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 16.93 > Ft 4.11).

a. Metode latihan massed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai panjang.

b. Metode latihan distributed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai pendek.


(5)

commit to user

B. Implikasi

Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Peningkatan ketepatan menendang bola dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya metode latihan. Metode latihan massed practice dan distributed practice merupakan metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Selain itu, perlu juga memperhatikan proporsi tungkai yang dimiliki siswa.

2. Metode latihan massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan ketepatan menendang bola bagi siswa yang memiliki tungkai panjang. Oleh karenanya, siswa yang memiliki tungkai panjang sebaiknya diberikan metode latihan massed practice. Untuk siswa yang memiliki tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan distributed practice.

3. Perbedaan proporsi tungkai merupakan variabel yang mempengaruhi peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Dalam melatih ketepatan menendang bola kepada siswa yang memiliki tungkai panjang, hendaknya menggunakan metode massed practice. Bagi siswa yang memiliki tungkai pendek hendaknya menggunakan metode latihan distributed practice.

4. Metode latihan massed practice akan lebih sering digunakan pada siswa SSB Pandanaran boyolali dikarenakan hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa metode latihan massed practice lebih baik daripada metode latihan distributed practice.


(6)

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan kepada guru pembina dan pelatih Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali sebagai berikut:

1. Kepada para pelatih Sekolah Sepakbola sebaiknya pada saat melatih lebih sering menggunakan metode latihan massed practice dalam upaya meningkatkan ketepatan menendang bola, karena metode latihan massed practice menuntut pengulangan gerakan secara terus menerus, sehingga gerakan keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara otomatis dan reflektif serta dapat meningkatkan feeling siswa dalam mengarahkan bola pada sasaran.

2. Kepada para pelatih dalam memilih metode latihan yang akan digunakan sebaiknya memperhatikan perbedaan proporsi tubuh para siswanya, agar penggunaan metode latihan agar sesuai dengan kondisi siswa.

3. Diharapkan para pelatih sepakbola senantiasa menambah pengetahuannya dengan membaca buku-buku dan artikel-artikel mengenati metode-metode latihan.

4. Kepada para pelatih sepakbola diharapkan dapat mempelajari, memahami dan menerapkan metode latihan lainnya, tidak hanya monoton menggunakan satu metode latihan saja dengan harapan dapat diperoleh hasil latihan yang maksimal.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN LATIHAN TENDANGAN LAMBUNG ANTARA SASARAN URUT DAN VARIASI (KOMANDO) TERHADAP KETEPATAN MENENDANG LAMBUNG DALAM SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) CAMAR MAS JAYA TAHUN 2013

0 13 104

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN JUGGLING MENGGUNAKAN BOLA PLASTIK DAN BOLA LUNAK TERHADAP KEMAMPUAN JUGGLING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA USIA 13 15 TAHUN SEKOLAH SEPAKBOLA PUTRA BENGAWAN

10 166 73

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRIC DENGAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA SMA N 2 SUBANG DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA.

1 3 3

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INDIVIDU DAN BERPASANGAN TERHADAP KEMAMPUAN PASSING BOLA BAWAH SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PUTRA JAMBANGAN SRAGEN USIA 12-14 TAHUN.

0 0 16

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN PASING LAMBUNG SEPAKBOLA PADA SISWA SSB NEW ANDANG TARUNA SRAGEN TAHUN 2012.

0 0 15

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Squat Jump Dan Knee Tuck Jump Terhadap Ketepatan Long Pass Sepakbola Ditinjau Dari Panjang Tungkai jurnal

0 0 14

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP KETEPATAN LONG PASS SEPAKBOLA DITINJAU DARI PANJANG TUNGKAI (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita

0 0 30

PERBEDAAN MENENDANG BOLA KE SASARAN PADA PERMAINAN SEPAKBOLA DENGAN MENGGUNAKAN LATIHAN IMAJERI DAN LATIHAN TANPA IMAJERI

0 2 43

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP KETEPATAN LONG PASS SEPAKBOLA DITINJAU DARI PANJANG TUNGKAI (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola Fa

0 0 8

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP KETEPATAN LONG PASS SEPAKBOLA DITINJAU DARI PANJANG TUNGKAI (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita

0 2 22