Teori Tempat Pemusatan Tinjauan Teori Lokasi

xxxvi Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya Tarigan, 2006. Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

2.6.1 Teori Tempat Pemusatan

Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon segi enam. Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah yang mempunyai ciri ciri wilayahnya adalah suatu dataran tanpa roman, semua adalah datar dan sama, gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah isotropic surface, penduduk mempunyai daya beli sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah, konsumen bertindak secara rasional sesuai dengan prinsip minimasi biaya Tarigan, 2006. Dalam asumsi yang sama dengan Christaller, Lloyd melihat bahwa jangkauanluas pelayanan dari setiap komoditas itu ada batasnya yang dinamakan range dan ada batas minimal dari luas pelayanannya dinamakan threshold. Tarigan, 2006 Ambang penduduk threshold population adalah jumlah penduduk minimum untuk dapat mendukung penawaran akan suatu jasa Djoyodipuro, xxxvii 1992. Ambang batas penduduk ini dikenal dengan threshold yaitu luas pasar minimal Tarigan, 2006. Jangkauan pasar suatu aktivitas jasa adalah jarak yang seseorang masih bersedia menempuhnya untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan, lebih jauh dari jarak itu maka orang tersebut akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk mencari kebutuhan jasa yang sama Djoyodipuro, 1992. Jangkauan ini juga dinamakan range yaitu batas luas pasar setiap komoditas Tarigan, 2006. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dijelaskan model Christaller tentang terjadinya model area pelayanan heksagonal sebagai berikut: Tarigan, 2006. Sumber : Tarigan, 2006 . GAMBAR 2.4 MODEL TERJADINYA AREA PELAYANAN HEKSAGONAL CHRISTALLER a. Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memilik pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran- lingkaran ini tidak tumpang tindih seperti pada bagian A dari Gambar II.4. xxxviii b. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih seperti terlihat pada bagian B. c. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih, seperti terlihat pada bagian C.

d. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-