Kebijakan Pemerintah Dari Sisi Pembangunan Industri Kelapa Sawit

atau Indonesian Eximbank adalah institusi yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 untuk mendorong peningkatan ekspor dari aspek pembiayaan, penjaminan, dan asuransi ekspor. Penugasan umum yang diamanatkan pemerintah dalam LPEI adalah fungsi fiskal. Perbankan, lembaga keuangan bukan bank, dan asuransi tidak dapat menjalankan fungsi ini karena pertimbangan komersial. Pembiayaan perdagangan berupa pembiayaan, penjaminan, dan asuransi ekspor adalah aspek dalam perdagangan internasional yang perlu mendapatkan perhatian. LPEI ingin aktif dalam pembiayaan atau pemberian kredit ekspor dan menjamin eksportir dari risiko politik di luar negeri. Pemerintah akan menampung harapan para eksportir terhadap perubahan atau dukungan regulasi dari pemerintah. Setidaknya dalam jangka dekat sebelum dapat mengatasi turbulensi dan masalah ekonomi secara global. Indonesia sebagai salah satu yang terkena imbasnya harus segera mengatasi. Melalui interaksi itu para pengusaha dapat mengajukan usulan yang positif dan konstruktif. Pemerintah berkepentingan agar dalam dua tiga bulan Indonesia dapat mengatasi kemelut imbas ekonomi global ini.

2.7 Kebijakan Pemerintah Dari Sisi Pembangunan Industri Kelapa Sawit

di Indonesia dan Sumatera Utara Industri kelapa sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan kesempatan kerja, serta mendukung pembangunan derah dan pengentasan kemiskinan, terutama di daerah pedesaan luar jawa. Selain itu, mayoritas perkebunan kelapa sawit ditanam di hutan , serta nilai ekspor CPO dan produk CPO berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan ekspor, yaitu sekitas Universitas Sumatera Utara USD 20 milliar sekitar 10 dari pendapatan ekspor total, terbesar kedua setelah minyak dan gas Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2014. Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya saing sebagai incustri minyak nabati. Sawit adalah salah satu sumber yang paling kompetitif di dunia untuk biofuels , dan aplikasi teknis dan yang paling penting adalah sebagai sumber makanan. Kebijakan utama pemerintah Indonesia dalam mengmbangkan kelapa sawit adalah mengembangkan industry hilir. Kebijakan ini dilakukan dengan mengembangkan cluster industry di Zona Ekonomi Khusus ZEK yang diatur dengan UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus KEK yang saat ini di fokuskan di KEK Sei Mangkei untuk Sumatera Utara, Maloy Untuk Kalimantan Timur, dan Dumai untuk Riau. Kebijakan tersebut mengatur pengenaan tariff yang lebih rendah pada produk hasil olahan dari kelapa sawit, CPO dan turunannya. Hal itu bbertujuan untuk meningkatkan nilai tambah serta daya saing industry sawit di dalam negri. Berdasarkan hal tersebut, penerimaan bea keluar atas CPO diperkirakan akan mengalami penurunan. Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah integrasi vertical dan horizontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka peningkatan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan kelapa sawit di pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka pemanfaatan sumber daya perkebunan, dan pengembangan pasar. Dalam implementasinya, pengembangan agribisnis kelapa sawit baik melalui perluasan maupun peremajaan menerapkan pola pengembangan inti-plasma dengan Universitas Sumatera Utara penguatan kelembagaan dengan melalui pemberian kesempatan kepada petani plasma sebagai pemilik saham perusahaan. Pemilikan saham ini dilakukan dengan pembelian saham dari hasil potongan penjualan hasil atau dari hasil outsourching dana oleh organisasi petani. Untuk menunjang pertumbuhan industri kelapa sawit pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan antara lain menghapus pengenaan PPN 10 dalam pengelolahan CPO dan masuk dalam industri yang mendapat fasilitas insetif PPh berdasarkan revisi Perarutan Pemerintah No. 148. Kebijakan tersebut diharapkan akan dapat lebih memacu pertumbuhan sektor ini sehingga peran dan kontribusinya dalam perekonomian nasional terus meningkat.

2.8 Teori Produksi