Penelitian Terdahulu Analisis Pengaruh Pajak Ekspor terhadap Kinerja Industri Kelapa Sawit di Sumatera Utara

Penurunan jumlah perdagangan total merupakan alasan yang selalu digunakan para ekonom untuk menentang kebijakan proteksionis. Perdagangan internasional menguntungkan semua negara dengan memberikan kebebasan pada setiap negara untuk melakukan spesialisasi dan memberikan setiap negara variasi barang dan jasa yang lebih beragam. Kebijakan proteksionis mengurangi manfaat perdagangan internasioal. Meskipun kebijakan ini menguntungkan kelompok- kelompok tertentu dalam masyarakat. Kebijakan menaikkan PE untuk mendorong pertumbuhan industri hilir dilandasai pemikiran bahwa kenaikan PE akan lebih menjamin ketersediaan bahan baku dengan harga yang lebih rendah. Kenaikan PE akan menghambat ekspor sehingga ketersediaan bahan baku di dalam negeri akan meningkat dengan harga yang lebih murah.

2.14 Penelitian Terdahulu

Menurut Prahastuti 2000, dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan minyak sawit CPO; serta keterkaitan pasar CPO dan minyak goreng sawit di Indonesia, telah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan luas areal kelapa sawit, produksi CPO, ekspor CPO, produksi minyak goreng sawit, konsumsi CPO oleh industri minyak goreng sawit, harga CPO domestik, harga ekspor CPO dan harga minyak goreng sawit. Selain itu, penelitiannya juga bertujuan untuk mengetahui tingkat ketekaitan antara pasar CPO dan minyak goreng sawit di Indonesia. Penelitian ini membuktikan bahwa luas areal kelapa sawit di Indonesia dipengaruhi oleh harga CPO domestik, harga pupuk, harga ekspor CPO, dan Universitas Sumatera Utara tingkat suku bunga. Produksi CPO di Indonesia dipengaruhi harga CPO domestik dan luas areal perkebunan kelapa sawit. Sedangkan ekspor CPO dipengaruhi oleh harga CPO domestik, produksi CPO, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Konsumsi CPO oleh industri minyak goreng sawit dipengaruhi oleh ekspor CPO, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga CPO domestik dan penewaran CPO domestik. Produksi minyak goreng sawit di Indonesia dipengaruhi penawaran CPO domestik. Pembentukan harga CPO domestik dipengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Harga ekspor CPO dipengaruhi oleh fluktuasi harga dunia CPO dan produksi CPO Indonesia. Harga minyak goreng sawit dipengaruhi fluktuasi harga CPO domestik. Menurut Maria Irene Hutabarat 2008, dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis Pengaruh Pajak Ekspor Terhadap Kinerja Industri Kelapa Sawit, telah meneliti tentang permasalahan yang ada pada aspek produksi dan ekspor CPO Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal, produktivitas, ekspor CPO dan harga CPO domestik serta mengevaluasi pengaruh pajak ekspor terhadap kinerja industri kelapa sawit. Pengolahan data dilakukan melalui metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan luas areal kelapa sawit, produksi CPO, produktivitas CPO, pajak ekspor CPO dan harga CPO domestik. Model kuantitatif menggunakan model ekonometrika dengan metode Two Stages Least Square 2SLS untuk menganalisis pengaruh pajak ekspor terhadap kinerja industri kelapa sawit. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan secara bertahap dimulai dengan pengelompokan data dan perhitungan model analisa dengan bantuan komputer. Universitas Sumatera Utara Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program E-views 4.1 dan Microsoft Excel 2003. Penelitian ini membuktikan bahwa Luas areal kelapa sawit Indonesia secara signifikan dipengaruhi oleh harga CPO HCPO pada tingkat kepercayaan 80 persen. Harga CPO berpengaruh nyata terhadap luas areal kelapa sawit, menunjukkan bahwa harga CPO mempengaruhi pertumbuhan luas areal kelapa sawit. Dimana, harga CPO domestik lebih baik dibandingkan dengan harga ekspor CPO yang secara langsung dapat menarik minat para pengusaha kelapa sawit untuk memperluas areal perkebunannya. Dan untuk Produktivitas CPO berhubungan positif dengan harga pupuk dan produktivitas tahun sebelumnya. Ini membuktikan bahwa pengusaha perkebunan kelapa sawit akan tetap meningkatkan produktivitas CPO walaupun harga pupuk yang digunakan cenderung mengalami peningkatan. Sebaliknya harga ekspor CPO, dan harga CPO domestik, berhubungan negatif dengan produktivitas CPO. Sementara Pajak ekspor dan harga CPO tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga CPO domestik pada tingkat kepercayaan 90 persen pajak ekspor dan 95 persen harga CPO tahun sebelumnya. Pajak ekspor yang meningkat akan diikuti dengan meningkatnya harga CPO domestik. Sedangkan ekspor CPO tidak berpengaruh nyata baik pada tingkat kepercayaan 90 persen maupun 95 persen. Jika ekspor CPO menurun, maka harga CPO domestik akan meningkat. Ini menggambarkan bahwa harga CPO di pasar internasional tidak lebih baik dibandingkan dengan harga di pasar domestik. Produksi CPO berpengaruh nyata terhadap ekspor CPO pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya produksi CPO maka akan meningkatkan volume CPO yang akan Universitas Sumatera Utara diekspor. Ekspor CPO tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap ekspor CPO pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan harga ekspor CPO, nilai tukar, pajak ekspor, dan harga BBM dunia tidak berpengaruh nyata. Dan kebijakan pajak ekspor CPO diharapkan mampu memposisikan urutan prioritas secara tepat untuk mencari solusi terhadap masalah ekonomi yang mendesak. Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif PE hanya akan menambah mata rantai pungutan disamping biaya yang tak terduga dan yang selama ini telah meningkatkan ongkos produksi dan menghambat pertumbuhan sektor industri, khususnya dalam industri CPO. Menurut Joseph Obado, Yusman Syaukat, dan Hermanto Siregar 2009, dalam penelitiannya yang berjudul The Impacts Of Export Tax Policy On The Indonesian Crude Oil Palm Industry, telah meneliti tentang dampak kebijakan pajak ekspor terhadap industri CPO Indonesia dengan menggunakan model ekonometrik dengan metode 2SLS. Penelitian ini membuktikan bahwa pajak ekspor berhubungan negatif dengan luas area perkebunan kelapa sawit , produksi , ekspor CPO , dan harga domestik CPO. Sementara pada konsumsi CPO domestik dan tingkat persediaan, pajak ekpsor mempunyai hubungan yang positif. Dalam penelitian ini, para peneliti menganggap bahwa kebijakan pajak ekspor yang diterapka pemerintah hanya akan menguntungkan para konsumen CPO domestik. Menurut para peneliti kebijakan pajak ekspor hanya akan mengurangi daya saing Industri kelapa sawit Indonesia karena memberatkan produsen CPO dalam negeri. Menurut Amzul Rifin 2010, dalam penelitiannya yang mengambil judul The Effect of Export Tax O n Indonesia’s Crude Oil Palm CPO Export Competitiveness, telah meneliti tentang daya saing ekspor CPO Indonesia Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan Malaysia yang merupakan pesaing utama Indonesia akibat adanya kebijakan pungutan ekspor yang diberlakukan pemerintah Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kebijakan pajak ekspor yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia dan untuk menganalisis pengaruh dari pajak ekspor terhadap daya saing ekspor CPO Indonesia dibandingkan dengan Malaysia. Sebuah persamaan rasio ekspor antara Indonesia dan Malaysia dibangun menggunakan data bulanan. Variabel dependen adalah ekspor CPO dari kedua negara, sedangkan variabel independen yaitu rasio harga, perbedaan pajak ekspor, rasio ekspor minyak sawit, dan rasio nilai tukar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pajak ekspor Indonesia akan menyebabkan berkurangnya daya saing ekspor CPO Indonesia. Menurut Peersis, Syafrial, dan Nuhfil 2013, dalam penelitiannya yang mengambil judul Dampak kebijakan pajak ekspor terhadap kinerja ekspor CPO Crude Oil Palm , Produksi, dan Konsumsi minyak goreng di pasar domestik, telah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekpor CPO Indonesia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi minyak goreng Indonesia, serta telah meneliti tentang dampak kebijakan pajak ekspor terhadap perilaku ekspor komoditi CPO, produksi, serta konsumsi minyak goreng Indonesia. Seluruh persamaan menunjukan hasil yang semuanya adalah overidentified . Maka dari itu analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika dengan sistem persamaan simultan 2SLS yang meliputi analisis perilaku penawaran dan permintaan dan validasi model. Hasil analisis menunjukan bahwa ekspor CPO Indonesia dipengaruhi secara nyata Universitas Sumatera Utara oleh harga dunia CPO, kebijakan pajak ekspor CPO, dan ekspor CPO Indonesia pada tahun sebelumnya. Sedangkan, ekspor CPO Malaysia dan nilai tukar tidak berpengaruh secara nyata terhadap ekspor CPO Indonesia. Produksi domestik minyak goreng dipengaruhi secara nyata oleh ekspor CPO Indonesia, lahan perkebunan kelapa sawit, dan produksi minyak goreng pada tahun sebelumnya. Sedangkan, harga domestik minyak goreng dan upah riil tenaga kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi domestik minyak goreng. Sedangkan, konsumsi domestik minyak goreng dipengaruhi secara nyata oleh harga domestik minyak goreng, produksi domestik minyak goreng dan konsumsi domestik minyak goreng pada tahun sebelumnya. Sedangkan, harga domestik minyak kelapa dan pendapatan nasional tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi domestik minyak goreng. Dan berdasarkan hasil hasil simulasi dampak peningkatan kebijakan pajak ekspor CPO mengakibatkan penurunan ekspor CPO impor minyak goreng. Selain itu, meningkatkan produksi domestik minyak goreng, konsumsi domestik minyak goreng dan harga minyak goreng sawit.

2.15 Kerangka Konseptual