Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MA Negeri 2 Palembang pada tahun ajaran 2013/2014 tanggal 2 Oktober sampai dengan 23 Oktober 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MAN 2 Palembang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 291 orang. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas X.4 yang berjumlah 38 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan, dan kelas X.7 yang berjumlah 33 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan validasi pakar dan teman sejawat tentang kevalidan RPP, lembar kerja siswa (LKS), soal kuis, dan soal posttest. Dalam proses belajar mengajar berlangsung, kelas

X.4 sebagai kelas eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan kontekstual, sedangkan kelas X.7 sebagai kelas kontrol mendapatkan perlakuan model pembelajaran langsung. Pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dan 1 pertemuan untuk posttest.

Setiap pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan memberikan masalah berdasarkan pemecahan masalah dan memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang juga berisi masalah-masalah pemecahan masalah. Setiap siswa diberikan LKS untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Materi yang dibahas dalam LKS adalah materi Sistem Persamaan Linier

Dua Variabel (SPLDV) dan Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV).

Data didapat dari hasil posttest yang dilaksanakan setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan, selanjutnya data posttest dianalisis. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di MAN 2 Palembang.

a. Deskripsi Hasil Uji Validitas

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan validasi instrumen peneltian kepada pakar dan teman sejawat untuk mendapatkan instrumen penelitian yang berkeriteria valid. Instrumen penelitian yang divalidasi yaitu sebagai berikut:

1) RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi, kemudian RPP dikonsultasikan ke validator untuk mendapatkan saran dari pakar tersebut. Kemudian peneliti merevisi sesuai dengan saran yang diberikan. Pakar yang terlibat dalam validasi RPP ini ada 2 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang dan guru matematika di MAN 2 Palembang.

Hasil validasi dari kedua validator tersebut bahwa RPP dalam penelitian ini dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 1.

2) LKS

Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi. Kemudian LKS dikonsultasikan ke validator untuk menghasilkan LKS yang baik dan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pakar yang terlibat dalam validasi LKS ini ada 2 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang dan guru matematika di MAN 2 Palembang.

Berdasarkan hasil validasi pakar dari kedua validator tersebut dapat dilihat bahwa setiap aspek validasi LKS terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 4,63.

3) Soal Posttest

Soal posttest dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi. Kemudian soal dikonsultasikan ke validator untuk menghasilkan soal yang baik dan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pakar yang terlibat dalam validasi soal ini ada 4 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang, guru matematika di MAN 2 Palembang, dan

2 teman sejawat jurusan Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang. Berdasarkan hasil validasi pakar tersebut terlihat bahwa setiap aspek validasi soal posttest terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 4,56.

Begitupula dengan hasil validasi teman sejawat, terlihat bahwa setiap aspek validasi soal posttest terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid dengan rata- rata skor yang didapat adalah 4,59.

Dan total rata-rata keseluruhan dari empat validator tersebut didapat 4.57, maka soal posttest dinyatakan valid.

4) Soal Kuis

Soal kuis dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi. Kemudian soal dikonsultasikan ke validator untuk menghasilkan soal yang baik dan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pakar yang terlibat dalam validasi soal ini ada 4 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang, guru matematika di MAN 2 Palembang, dan

2 teman sejawat jurusan Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang. Berdasarkan hasil validasi pakar tersebut terlihat bahwa setiap aspek validasi soal kuis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 4,63.

Begitupula dengan hasil validasi teman sejawat, terlihat bahwa setiap aspek validasi soal kuis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid dengan skor yang didapat adalah 4,58. Dan total rata-rata keseluruhan dari empat validator tersebut didapat 4.60, maka soal posttest dinyatakan valid.

b. Deskripsi Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

Pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen dengan empat kali pertemuan dalam waktu 2 x 45 menit tiap pertemuannya. Adapun indikator pembelajaran setiap pertemuannya yaitu mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linear, membuat model matematika yang berhubungan dengan sistem persamaan linier, menyelesaikan model matematika yang berhubungan dengan sistem persamaan linier, dan menafsirkan hasil penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan.

Sebelum pertemuan peneliti terlebih dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir). Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dilakukan oleh peneliti sendiri dengan dibantu oleh salah satu mahasiswa PPL di MAN 2 Palembang untuk mengambil foto kegiatan sebagai dokumentasi. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebagai berikut.

1) Deskripsi Pertemuan Pertama di Kelas Eksperimen

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013. Guru dan peneliti bersama rekan masuk kelas, dan serentak siswa mengucapkan salam. Kemudian guru, peneliti dan rekan peneliti membalas salam, setelah itu guru memberitahukan kepada siswa bahwa selama 5 pertemuan akan datang siswa belajar dengan peneliti, guru pula menghimbau kepada siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik. Kemudian guru menyerahkan proses pembelajaran kepada peneliti.

Pertama kali peneliti membuka pelajaran dengan basmalah, kemudian memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan mengajar. Kemudian peneliti menyampaikan materi yang dipelajari yaitu sistem persamaan linier dua variabel, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Peneliti menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, peneliti mengenalkan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw kepada siswa.

merupakan model pembelajaran kooperatif. Oleh karenanya siswa harus dibagi dalam kelompok-kelompok diskusi. Siswa dibagi dalam 9 kelompok asal yang masing-masing beranggotakan 4 - 5 siswa. Kemudian peneliti memberikan LKS untuk siswa kerjakan secara berkelompok. Kemudian siswa membentuk kelompok ahli yakni mereka berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain.

Model pembelajaran jigsaw

Untuk memahami materi dan memecahkan masalah “Sistem Persaman Linier Dua Variabel” guru mengawali dengan membangkitkan memori pengalaman belajar siswa yang ditemui di masyarakat. Dengan terbangunnya pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa, maka siswa akan lebih mudah mengikuti proses belajar mengajar.

Kemudian siswa melaksanakan learning community (masyarakat belajar), yakni dalam kelompok ahli siswa bekerja sama, berdiskusi, curah pendapat, dan saling membantu dengan teman lain, membangun (constructivism) pengetahuan dan menemukan (inquiry) jawaban LKS yang diberikan, hal ini terlihat pada ragamnya jawaban siswa di LKS. Selama proses diskusi kelompok peneliti membimbing siswa.

Gambar 3. Peneliti Membimbing Siswa pada Pertemuan Pertama Sebagian besar siswa sudah mampu memahami masalah

yang ada dalam LKS, namun dalam merencanakan penyelesaian masalah terdapat beberapa kelompok yang ragu terhadap jawabannya. Siswa yang ragu tersebut mengangkat tangan untuk bertanya (questioning) kepada peneliti. Keraguan siswa dikarenakan siswa bingung ketika mengubah masalah menjadi model matematika. Setelah dibimbing peneliti dengan memberikan contoh yang lain, siswa dapat memahami cara mengubah masalah ke dalam bentuk model matematika.

Pada kemampuan menyelesaikan masalah, sebagian besar siswa juga masih bingung karena mereka lupa dengan metode

penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel yang pernah mereka dapatkan ketika di SMP. Oleh karena itu peneliti menginstruksikan siswa untuk membuka buku cetak yang mereka miliki untuk melihat proses penyelesaian SPLDV. Namun masih terdapat siswa yang masih bingung dalam menyelesaikannya, sehingga peneliti membantu siswa dengan menjelaskan cara penyelesaian SPLDV. Dan peneliti merasa sedikit kesulitan ketika membimbing kelompok siswa pada bahasan metode grafik, dikarenakan pada LKS tidak adanya garis bantu pada tiap koordinatnya sehingga siswa harus membutuhkan penggaris dan mengukur dengan teliti setiap senti nya. Dan kekurangan dari siswa tidak memiliki penggaris panjang, sehingga peneliti meminjamkan penggaris.

Gambar 4. Siswa Berdiskusi dalam Kelompok Ahli pada

Pertemuan Pertama

Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok asalnya dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

Gambar 5. Siswa Berdiskusi di Kelompok Asal pada Pertemuan

Pertama

Kemudian peneliti meminta perwakilan siswa dari anggota kelompok ahli mempresentasikan jawaban di depan kelas, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapannya. Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal – hal yang kurang dimengerti. Setelah itu peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang diperoleh.

Gambar 6. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi pada

Pertemuan Pertama

Sebelum mengakhiri pembelajaran peserta didik diminta untuk mengerjakan soal kuis. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Sambil membagikan soal kuis, guru menginformasikan Sebelum mengakhiri pembelajaran peserta didik diminta untuk mengerjakan soal kuis. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Sambil membagikan soal kuis, guru menginformasikan

Kemudian peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran dan melakukan refleksi secara mandiri untuk menanyakan kepada siswa tentang pendapat mereka mengenai pembelajaran pada pertemuan ini yang akan dikonfirmasi pada awal pertemuan berikutnya.

Tabel 6. Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Pertama

Kelompok Rata-rata Skor Kelompok Rata-rata Skor

100 5 92.5 *kelompok terbaik

Nilai rata-rata kelas hasil kuis pertemuan pertama yaitu

80.51. Pada pertemuan pertama ini terdapat beberapa masalah, hal ini dikarenakan:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum pernah dilaksanakan sebelumnya sehingga siswa masih membutuhkan adaptasi.

2. Kebersamaan dalam kelompok masih belum maksimal, hal ini dikarenakan siswa yang berkemampuan rendah pada kelompok ahli cenderung hanya menunggu dan menyalin hasil diskusi, tidak telibat aktif sehingga pada saat kembali ke kelompok asal sulit untuk menjelaskan kepada teman kelompoknya.

3. Siswa tidak memiliki alat belajar yang lengkap, sehingga di kelas saling pinjam meminjam yang mengakibatkan tidak efisiennya waktu.

4. Pada LKS tidak adanya garis bantu. Setelah melihat kelemahan pada pertemuan pertama maka

diadakan refleksi pada pertemuan berikutnya yaitu:

1. Peneliti memberi penjelasan atau instruksi secara terinci mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan oleh kelompok.

2. Diberitahukan kepada siswa supaya pembelajaran lebih efektif jika siswa saling respon, tidak malu bertanya kepada teman atau kepada guru jika tidak memahami suatu materi pelajaran.

3. Siswa diberitahukan agar membawa perlengkapan belajarnya masing-masing, supaya tidak mengganggu teman yang lain dan dapat menghemat waktu.

4. Peneliti memperbaiki LKS dengan menambah garis bantu pada grafik.

2) Deskripsi Pertemuan Kedua di Kelas Eksperimen

Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti hanya ditemani seorang rekan, guru tidak ikut masuk menemani peneliti dikarenakan ada urusan lain. Saat masuk kelas serentak siswa mengucapkan salam, kemudian peneliti dan rekan membalas salam, setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan basmalah, kemudian menanyakan kabar siswa dan kesiapan mereka untuk belajar.

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar terus semangat belajar, karena sesungguhnya di dunia ini tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Peneliti memberitahukan bahwa di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azzam dan tekad, bukan kemiskinan harta. Azzam dan kemauan yang kuat kelak akan membuat kita berilmu dan kaya. Tidak mungkin seseorang memperoleh kejayaan dan derajat di sisi Allah tanpa tekad. Maka dari itu siswa diharapkan agar harus semangat dan tekad untuk belajar dengan rajin agar menjadi orang yang sukses.

Kemudian peneliti menanyakan kembali kepada siswa tentang metode-metode penyelesaian sistem persamaan liniear dua variable. Setelah itu peneliti langsung mempersilahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya, dan menjelaskan kembali prosedur model pembelajaran jigsaw. Kemudian peneliti memberikan LKS untuk siswa kerjakan secara berkelompok.

Kemudian siswa membentuk kelompok ahli yakni mereka berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain.

Untuk memahami materi dan memecahkan masalah yang berbeda dari pertemuan pertama tentang “Sistem Persaman Linier

Dua Variabel” siswa melaksanakan learning community (masyarakat belajar), yakni dalam kelompok ahli siswa bekerja sama, berdiskusi, curah pendapat, dan saling membantu dengan teman lain, membangun (constructivism) pengetahuan dan menemukan (inquiry) jawaban LKS yang diberikan, hal ini terlihat dari ragam jawaban siswa di LKS. Selama proses diskusi kelompok peneliti membimbing siswa.

Gambar 7. Peneliti Membimbing Siswa pada Pertemuan Kedua Dalam menyelesaikan LKS pada pertemuan ini tampak bahwa siswa sudah mampu memahami masalah yang ada dalam LKS, namun dalam merencanakan penyelesaian masalah masih saja terdapat beberapa kelompok yang ragu terhadap jawabannya.

Siswa yang ragu tersebut mengangkat tangan untuk bertanya (questioning) kepada peneliti. Keraguan siswa dikarenakan siswa bingung ketika mengubah masalah menjadi model matematika, dan masalah yang diberikan berbeda dengan masalah yang diberikan pada pertemuan pertama. Setelah dibimbing peneliti dengan memberikan contoh yang lain, siswa masih belum memahami juga, maka peneliti membangun pengetahuan siswa dengan melibatkan siswa langsung sebagai tokoh dalam masalah LKS, kemudian peneliti mengajak siswa untuk membaca soal berulang-ulang dan memberikan penekanan dalam membacakan soal, setelah itu siswa berusaha membangun pengetahuan mereka sendiri dan mengerti cara mengubah masalah ke dalam model matematika dengan tipe soal yang berbeda.

Pada kemampuan menyelesaikan masalah, sebagian besar sudah mampu menyelesaikan masalah, dan peneliti meminta agar siswa yang sudah bisa dapat mengajarkan teman-temannya yang belum bisa. Dan pada kemampuan menafsirkan solusi yang diperoleh, semua siswa telah mampu menafsirkannya.

Gambar 8. Siswa Berdiskusi dalam Kelompok Ahli pada

Pertemuan Kedua

Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok asalnya dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

Gambar 9. Siswa Berdiskusi di Kelompok Asal pada Pertemuan

Kedua

Kemudian peneliti meminta perwakilan siswa dari anggota kelompok ahli mempresentasikan jawaban di depan kelas, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapannya. Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal – hal yang kurang dimengerti. Setelah itu peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang diperoleh.

Gambar 10. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi pada

Pertemuan Kedua

Sebelum mengakhiri pembelajaran peserta didik diminta untuk mengerjakan soal kuis. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Sambil membagikan soal kuis, guru menginformasikan bahwa nilai kuis dari anggota-anggota kelompok akan diakumulasikan menjadi skor kelompok. Skor inilah yang nantinya akan menentukan kelompok terbaik. Dan bagi kelompok dengan skor terbaik akan mendapatkan hadiah. Kuis inilah sebagai authentic assessment (penilaian sebenarnya) yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Kuis yang dikerjakan siswa hanya 1 butir soal, lembar hasil kuis dikumpul ketika waktu istirahat.

Kemudian peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran dan melakukan refleksi secara mandiri untuk menanyakan kepada siswa tentang pendapat mereka mengenai pembelajaran pada pertemuan ini yang akan dikonfirmasi pada awal pertemuan berikutnya.

Tabel 7. Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Kedua

Kelompok Rata-rata Skor

Kelompok

Rata-rata Skor

*kelompok terbaik Nilai rata-rata kelas hasil kuis pertemuan kedua yaitu

83.48. Pada pertemuan kedua ada peningkatan, baik dari hasil belajar maupun dari proses pembelajaran di kelas. Sebagian siswa 83.48. Pada pertemuan kedua ada peningkatan, baik dari hasil belajar maupun dari proses pembelajaran di kelas. Sebagian siswa

1. Siswa masih ada yang tidak terlibat secara aktif baik pada diskusi kelompok ahli ataupun pada kelompok asal.

2. Sebagian siswa ketika kembali ke kelompok asal tidak mau membagikan informasi kepada teman – temannya.

Setelah melihat kelemahan pada pertemuan kedua maka diadakan refleksi pada pertemuan berikutnya yaitu:

1. Peneliti memberitahukan kembali kepada siswa supaya pembelajaran lebih efektif jika siswa saling respon, tidak malu bertanya kepada teman atau kepada guru jika tidak memahami suatu materi pelajaran.

2. Peneliti akan memberikan hukuman kepada anggota kelompok ahli jika salah satu anggota di kelompok asalnya tidak bisa menyelesaikan soal dengan salah satu metode yang dibahas.

3) Deskripsi Pertemuan Ketiga di Kelas Eksperimen

Pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti masuk kelas tanpa ditemani guru dan rekan. Saat masuk kelas siswa bersama-sama mengucapkan salam dan peneliti membalas salam. Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan basmalah dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian peneliti mengingatkan kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Setelah itu peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini Pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti masuk kelas tanpa ditemani guru dan rekan. Saat masuk kelas siswa bersama-sama mengucapkan salam dan peneliti membalas salam. Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan basmalah dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian peneliti mengingatkan kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Setelah itu peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini

Pada pertemuan ketiga ini kelompok ahli tidak dikumpulkan, dikarenakan berdasarkan pengamatan peneliti setelah dua pertemuan terakhir hasil dari diskusi antar kelompok ahli sama, karena materi ini membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk memahami dan menyelesaikan masalah, sehingga peneliti menjelaskan langsung di papan tulis.

Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal – hal yang kurang dimengerti. Dan beberapa siswa ada yang bertanya dan banyak mengeluh karena penyelesaian masalah yang begitu panjang, namun peneliti menjelaskan perlahan-lahan sehingga siswa mengerti.

Sebelum mengakhiri pembelajaran peserta didik diminta untuk mengerjakan soal kuis. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Sambil membagikan soal kuis, guru menginformasikan bahwa nilai kuis dari anggota-anggota kelompok tetap akan diakumulasikan menjadi skor kelompok. Skor inilah yang nantinya akan menentukan kelompok terbaik. Dan bagi kelompok dengan skor terbaik akan mendapatkan hadiah. Kuis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang Sebelum mengakhiri pembelajaran peserta didik diminta untuk mengerjakan soal kuis. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Sambil membagikan soal kuis, guru menginformasikan bahwa nilai kuis dari anggota-anggota kelompok tetap akan diakumulasikan menjadi skor kelompok. Skor inilah yang nantinya akan menentukan kelompok terbaik. Dan bagi kelompok dengan skor terbaik akan mendapatkan hadiah. Kuis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang

Tabel 8. Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Ketiga

Kelompok Rata-rata Skor Kelompok

Rata-rata Skor

7 94.25 3 98 8 90.5 4 93.8 9 65.25 5 92.25 *kelompok terbaik

4) Deskripsi Pertemuan Keempat di Kelas Eksperimen

Pada pertemuan keempat di kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti masuk kelas tanpa ditemani guru dan rekan. Saat masuk kelas siswa bersama-sama mengucapkan salam dan peneliti membalas salam. Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan basmalah dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian peneliti menanyakan kepada siswa tentang macam-macam metode menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variabel dan tiga variabel. Beberapa siswa mampu menjawab namun masih banyak siswa yang lupa sehingga ketika ditanya mereka masih membuka catatan mereka.

Setelah itu peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini yaitu sistem persamaan linier tiga variable namun dengan tipe soal yang berbeda dari pertemuan sebelumnya. Kemudian peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan ini menggunakan model pembelajaran Setelah itu peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini yaitu sistem persamaan linier tiga variable namun dengan tipe soal yang berbeda dari pertemuan sebelumnya. Kemudian peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan ini menggunakan model pembelajaran

Untuk memahami materi dan memecahkan masalah yang berbeda dari pertemuan ketiga tentang “Sistem Persaman Linier Dua Variabel” siswa melaksanakan learning community

(masyarakat belajar), yakni dalam kelompok ahli siswa bekerja sama, berdiskusi, curah pendapat, dan saling membantu dengan teman lain, membangun (constructivism) pengetahuan dan menemukan (inquiry) jawaban LKS yang diberikan, hal ini terlihat dari ragam jawaban siswa di LKS. Selama proses diskusi kelompok peneliti membimbing siswa.

Gambar 11. Siswa Berdiskusi di Kelompok Ahli pada Pertemuan

Keempat

Dalam menyelesaikan LKS pada pertemuan ini tampak bahwa semua siswa sudah mampu memahami masalah, mampu

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Namun dalam merencanakan penyelesaian masalah siswa masih banyak yang bingung karena masalah yang ada dalam LKS berbeda dengan pertemuan yang lalu, sehingga hampir semua siswa bertanya (questioning), siswa kesulitan ketika mengubah masalah ke dalam bentuk model matematika, sehingga peneliti membangun pengetahuan siswa dengan melibatkan siswa langsung sebagai tokoh dalam masalah LKS, kemudian peneliti mengajak siswa untuk membaca soal berulang-ulang agar siswa bisa membentuk sendiri pengetahuan mereka, dan dapat mengubah masalah ke dalam bentuk model matematika.

Pada kemampuan menyelesaikan masalah, sebagian besar sudah mampu menyelesaikan masalah, dan peneliti meminta agar siswa yang sudah bisa dapat mengajarkan teman-temannya yang belum bisa. Dan pada kemampuan menafsirkan solusi yang diperoleh, semua siswa telah mampu menafsirkannya.

Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok asalnya dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

Gambar 12. Siswa Berdiskusi di Kelompok Asal pada Pertemuan

Keempat

Kemudian peneliti meminta perwakilan siswa dari anggota kelompok ahli mempresentasikan jawaban di depan kelas, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapannya. Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal – hal yang kurang dimengerti, namun tidak ada yang bertanya. Kemudian peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diperoleh.

Sebelum mengakhiri pembelajaran peserta didik diminta untuk mengerjakan soal kuis. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Sambil membagikan soal kuis, guru menginformasikan bahwa nilai kuis dari anggota-anggota kelompok akan diakumulasikan menjadi skor kelompok. Skor inilah yang nantinya akan menentukan kelompok terbaik. Dan bagi kelompok dengan skor terbaik akan mendapatkan hadiah. Kuis inilah sebagai authentic assessment (penilaian sebenarnya) yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Kuis yang dikerjakan siswa hanya 1 butir soal.

Setelah itu peneliti memberitahukan pada siswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan tes, maka peneliti menghimbau agar siswa belajar dengan giat, dan mempelajari materi yang telah peneliti berikan dari awal pertemuan sampai dengan pertemuan ini. Nilai rata-rata kelas hasil kuis pertemuan keempat yaitu 88.03.

Tabel 9. Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Keempat

Kelompok Rata-rata Skor

Kelompok

Rata-rata Skor

96 8 88.5 4 83 9 78.75 5 92 *kelompok terbaik

c. Deskripsi Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Pembelajaran dilakukan pada kelas kontrol dengan empat kali pertemuan dalam waktu 2 x 45 menit tiap pertemuannya. Adapun indikator pembelajaran setiap pertemuannya yaitu mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linear, membuat model matematika yang berhubungan dengan sistem persamaan linier, menyelesaikan model matematika yang berhubungan dengan sistem persamaan linier, dan menafsirkan hasil penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan.

Sebelum pertemuan peneliti terlebih dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir). Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol dilakukan oleh peneliti sendiri dengan Sebelum pertemuan peneliti terlebih dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir). Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol dilakukan oleh peneliti sendiri dengan

1) Deskripsi Pertemuan Pertama di Kelas Kontrol

Pada pertemuan pertama di kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013. Guru dan peneliti bersama rekan masuk kelas, dan serentak siswa mengucapkan salam. Kemudian guru, peneliti dan rekan peneliti membalas salam, setelah itu guru memberitahukan kepada siswa bahwa selama 5 pertemuan akan datang siswa belajar dengan peneliti, guru pula menghimbau kepada siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik. Kemudian guru menyerahkan proses pembelajaran kepada peneliti.

Pertama kali peneliti membuka pelajaran dengan basmalah, kemudian memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan mengajar. Kemudian peneliti menyampaikan materi yang dipelajari yaitu sistem persamaan linier dua variabel, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kelas diberikan perlakuan model pembelajaran langsung, yakni siswa diberi penjelasan oleh peneliti mengenai penyelesaian soal SPLDV (Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel), lalu peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Namun dalam proses pembelajaran peserta didik terlihat pasif, tidak ada yang bertanya ketika peneliti memberikan kesempatan untuk Kelas diberikan perlakuan model pembelajaran langsung, yakni siswa diberi penjelasan oleh peneliti mengenai penyelesaian soal SPLDV (Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel), lalu peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Namun dalam proses pembelajaran peserta didik terlihat pasif, tidak ada yang bertanya ketika peneliti memberikan kesempatan untuk

Gambar 13. Peneliti sedang Menjelaskan Materi

Setelah memberikan penjelasan kepada siswa mengenai metode-metode penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel, siswa diberikan kesempatan untuk mencatat kemudian diberikan satu soal kuis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.

2) Deskripsi Pertemuan Kedua di Kelas Kontrol

Pada pertemuan kedua kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti tidak ditemani guru ataupun rekan. Saat masuk kelas serentak siswa mengucapkan salam, kemudian peneliti membalas salam, dan langsung mengabsen kehadiran siswa. Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan basmalah, kemudian menanyakan kabar siswa dan kesiapan mereka untuk belajar.

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar terus semangat belajar, karena sesungguhnya di dunia ini tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Peneliti memberitahukan bahwa di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azzam dan tekad, bukan kemiskinan harta. Azzam dan kemauan yang kuat kelak akan membuat kita berilmu dan kaya. Tidak mungkin seseorang memperoleh kejayaan dan derajat di sisi Allah tanpa tekad. Maka dari itu siswa diharapkan agar harus semangat dan tekad untuk belajar dengan rajin agar menjadi orang yang sukses.

Kemudian peneliti menanyakan kembali kepada siswa tentang metode-metode penyelesaian sistem persamaan liniear dua variabel yang telah dipelajari pada pertemuan lalu. Setelah itu peneliti memberitahukan pada siswa materi yang dipelajari pada pertemuan ini adalah masih mengenai sistem persamaan linier dua variabel namun dalam kasus yang berbeda.

Kelas diberikan perlakuan model pembelajaran langsung, yakni siswa diberi penjelasan oleh peneliti mengenai penyelesaian soal SPLDV (Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel) dengan tipe soal yang berbeda dari pertemuan lalu, kemudian peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Namun dalam proses pembelajaran peserta didik masih terlihat pasif, hanya beberapa siswa yang berani untuk bertanya ketika peneliti memberikan Kelas diberikan perlakuan model pembelajaran langsung, yakni siswa diberi penjelasan oleh peneliti mengenai penyelesaian soal SPLDV (Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel) dengan tipe soal yang berbeda dari pertemuan lalu, kemudian peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Namun dalam proses pembelajaran peserta didik masih terlihat pasif, hanya beberapa siswa yang berani untuk bertanya ketika peneliti memberikan

Gambar 14. Siswa sedang Memperhatikan Penjelasan Peneliti

Setelah memberikan penjelasan siswa diberikan kesempatan untuk mencatat kemudian diberikan satu soal kuis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.

3) Deskripsi Pertemuan Ketiga di Kelas Kontrol

Pada pertemuan ketiga kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti tidak ditemani guru ataupun rekan. Saat masuk kelas serentak siswa mengucapkan salam, kemudian peneliti membalas salam, dan langsung mengabsen kehadiran siswa. Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan basmalah, kemudian menanyakan kabar siswa dan kesiapan mereka untuk belajar.

Kemudian peneliti menuliskan judul materi yang akan dipelajari yaitu sistem persamaan linier tiga variable di papan tulis, dan menjelaskan metode-metode penyelesaiannya. Setelah itu Kemudian peneliti menuliskan judul materi yang akan dipelajari yaitu sistem persamaan linier tiga variable di papan tulis, dan menjelaskan metode-metode penyelesaiannya. Setelah itu

Gambar 15. Siswa sedang Mencatat Hasil Penjelasan Peneliti

Setelah selesai siswa diberikan satu soal kuis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.

4) Deskripsi Pertemuan Keempat di Kelas Kontrol

Pada pertemuan keempat kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti tidak ditemani guru ataupun rekan. Saat masuk kelas serentak siswa mengucapkan salam, kemudian peneliti membalas salam, dan Pada pertemuan keempat kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2013. Pada pertemuan ini peneliti tidak ditemani guru ataupun rekan. Saat masuk kelas serentak siswa mengucapkan salam, kemudian peneliti membalas salam, dan

Kemudian peneliti menanyakan kembali kepada siswa tentang metode-metode penyelesaian sistem persamaan liniear tiga variabel yang telah dipelajari pada pertemuan lalu. Setelah itu peneliti memberitahukan pada siswa materi yang dipelajari pada pertemuan ini adalah masih mengenai sistem persamaan linier tiga variabel namun dalam kasus yang berbeda.

Kelas diberikan perlakuan model pembelajaran langsung, yakni siswa diberi penjelasan oleh peneliti mengenai penyelesaian soal SPLTV (Sistem Persamaan Liniear Tiga Variabel) dengan tipe soal yang berbeda dari pertemuan lalu, kemudian peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan hanya 2 orang yang bertanya yakni mengenai ketika mengubah masalah menjadi model matematika dan cara menyelesaikan masalah yang masih membuat siswa bingung.

Setelah memberikan penjelasan siswa diberikan kesempatan untuk mencatat kemudian diberikan satu soal kuis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.

d. Deskripsi Pelaksanaan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Pelaksanan posttest pada kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2013, sedangkan kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2013.

Gambar 16. Suasana posttest pada kelas eksperimen

Gambar 17. Suasana posttest pada kelas kontrol Berikut hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 10. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen

Rata-rata nilai

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Tabel 11. Data Hasil Posttest Kelas Kontrol

Rata-rata nilai

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Contoh hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal posttest: Soal : Umur Sani 7 tahun lebih tua dari umur Ari. Sedangkan jumlah umur mereka adalah 43 tahun. Berapakah umur masing-masing?

a. Kemampuan memahami masalah: Contoh hasil pekerjaan siswa 1

Contoh hasil pekerjaan siswa 2

b. Kemampuan merencanakan pemecahan masalah Contoh hasil pekerjaan siswa 1

Contoh hasil pekerjaan siswa 2 Contoh hasil pekerjaan siswa 2

Contoh hasil pekerjaan siswa 2

d. Kemampuan Menafsirkan Hasil yang Diperoleh Contoh hasil pekerjaan siswa 1

Contoh hasil pekerjaan siswa 2