Perbandingan Penggunaan Jasa Advokat Indonesia dengan Advokat Asing di Indonesia

85

BAB IV PENGATURAN MENGENAI PENGGUNAAN JASA ADVOKAT ASING

DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

A. Perbandingan Penggunaan Jasa Advokat Indonesia dengan Advokat Asing di Indonesia

Penggunaan jasa advokat Indonesia sebagai advokat lokal masih mendominasi. Setidaknya ada 22.000 advokat yang tercatat di organisasi advokat serta 10.000 advokat yang aktif berpraktek. Meski begitu, dengan jumlah advokat yang mencapai 10 ribu tersebut, jumlah perkara yang muncul juga belum begitu banyak. Tantangan bagi advokat semakin bertambah dengan terbukanya pasar bebas dan penerapan ACFTA serta Framework Agreement. Masuknya advokat asing kini sudah tidak bisa dibendung lagi. 75 Jumlah advokat asing yang bekerja di Indonesia terus mengalami peningkatan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham mencatat, setidaknya ada 47 advokat asing yang terdata di Kemenkumham yang berasal dari 10 negara seperti Amerika Serikat AS, Australia, Jepang, Kanada, Belanda, Inggris, Selandia Baru, Korea,Filipina dan Malaysia. Advokat asing asal Australia sebanyak 15 orang, AS 11 orang, Inggris 6 orang, Jepang 4 orang dan Malaysia 3 orang. Sedangkan Advokat asal Belanda, Filipina dan Kanada masing masing 2 orang. Untuk Selandia Baru dan Korea masing-masing 1 advokat. 76 Masuknya advokat asing ke Indonesia ditengarai sebagai bentuk ketidakpuasan investor asing terhadap pelayanan advokasi hukum yang diberikan 75 Buka Praktek Advokat Asing Dilarang, Surabaya Pagi, tanggal 13 Maret 2010 76 47 Advokat Asing Sudah Berkantor Di Indonesia, http:www.rakyatmerdekaonline.comnews.php?id=52515 diakses tanggal 5 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara 86 oleh advokat dalam negeri. Umumnya advokat asing dibawa oleh perusahaan senegaranya yang berinvestasi Indonesia, kemudian ditempatkan sebagai legal konsultan dan sebagainya tanpa sepengetahuan pemerintah Indonesia. Advokat asing harus memiliki izin resmi melalui syarat-syarat serta ujian yang telah ditentukan oleh organisasi advokat, atau dianggap sebagai advokat illegal. 77 Apabila ditelaah dari sisi historis, keberadaan advokat asing sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, jauh sebelum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat diundangkan. Para advokat Belanda pada saat itu bersanding dengan advokat pribumi dan advokat keturunan Tionghoa. Salah satu bukti sejarah yang tercatat adalah ketika Mr. Loekman Wiradinata dipercaya menjadi anggota panitia khusus yang bertugas untuk menangani penyimpangan profesi oleh para advokat. Namun, hal tersebut berkurang dapat dikatakan berhenti sama sekali ketika Operasi Pembebasan Irian Barat dilaksanakan awal 1960-an. 78 Aktivitas advokat asing kembali hadir di Indonesia seiring dengan berkuasanya rezim Orde Baru yang memberlakukan undang-undang penanaman modal. Pada 1974, kali pertama advokat asing diatur dan dibatasi sekaligus diakui keberadaannya dalam suatu produk hukum melalui Keputusan Menteri Kehakiman RI No. J.S.15247 tentang Pelaksanaan Pembatasan Ahli Hukum Warga Negara Asing Pendatang Pada Usaha Pemberian Jasa Dalam Bidang Hukum. 77 Ibid. 78 Miko Susanto Ginting, Advokat Asing: Suatu Pemetaan dan Rekomendasi, hukumonline.comberitabacalt50d846fe19e57 diakses tanggal 21 Mei 2015. Universitas Sumatera Utara 87 Di bawah Menteri Kehakiman Ali Said, pada 1985, diterbitkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01-HT.04.02 yang pada dasarnya melengkapi keputusan menteri terdahulu. Salah satu poin pengaturannya adalah memberikan pembatasan jangka waktu kerja maksimal lima tahun kepada advokat asing sejak diberlakukannya keputusan menteri tersebut. Pada 1991, Menteri Kehakiman Ismail Saleh menerbitkan Keputusan Menteri No. M.01-HT.04.02. Keputusan Menteri ini mencabut dua keputusan sebelumnya sekaligus membuka pintu masuk bagi advokat asing. Pengaturan tersebut kemudian diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01-HT.04.02 tahun 1997. Keputusan ini mulai mengatur kerjasama antar firma hukum Indonesia dengan firma hukum asing termasuk penempatan advokat asing pada kantor hukum Indonesia. Sebagai bentuk penyesuaian dengan UU Advokat, pada 2004, diterbitkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M.11-HT.04.02. Beberapa substansi dari keputusan menteri ini adalah kewajiban memiliki rekomendasi dari organisasi advokat, jumlah minimal advokat Indonesia untuk sebuah kantor hukum dapat memperkerjakan advokat asing, perbandingan dan jumlah maksimal advokat dalam sebuah kantor hukum Indonesia, derregulasi durasi izin praktik advokat asing, dan kewajiban advokat asing untuk tunduk pada Kode Etik Advokat Indonesia. Keputusan tersebut juga didukung oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.02MENIII2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Universitas Sumatera Utara 88 Melihat fenomena tersebut dapat dikatakan kehadiran advokat asing di Indonesia sulit untuk dibendung. Satu pintu ditutup, pintu yang lain terbuka. Hal yang paling rasional dan strategis untuk dilakukan adalah mempersiapkan diri. Tanpa persiapan, sebuah tantangan dapat menjadi bencana. Sebaliknya, dengan persiapan, tantangan dapat ditaklukkan menjadi anugerah. Solusi yang ditawarkan dan sepatutnya dapat dilakukan adalah membuka akses jasa hukum terhadap advokat asing secara bertahap, penguatan kapasitas advokat Indonesia, dan penguatan profesi advokat sebagai pengawas. Solusi tersebut tentu dapat dilaksanakan apabila dilakukan perubahan terlebih dahulu terhadap UU Advokat dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. M.11-HT.04.02 Tahun 2004. Pembukaan secara bertahap dilandasi pada upaya untuk mendorong adanya fase evaluasi. Hal ini penting sebagai ajang penilaian apa saja yang sudah dijalankan dan dimana kelebihan juga kekurangannya. Untuk itu, sangat penting disusun suatu peta jalan roadmap yang dapat memberikan panduan dalam membuka akses advokat asing di Indonesia. Pengalaman Jerman dan negara- negara lain dalam membuka jasa hukumnya dapat dijadikan bahan pembelajaran. Baik sebelum, selama, maupun sesudah membuka akses terhadap advokat asing di Indonesia, hal yang tidak boleh dilupakan adalah penguatan kapasitas advokat serta calon advokat Indonesia agar dapat bersaing secara global. Perlu diadakan review terhadap kurikulum dan metode pengajaran Pendidikan Khusus Profesi Advokat PKPA sembari mendorong pendidikan hukum berkelanjutan continuing legal education bagi advokat Indonesia. Begitu juga, pilar Universitas Sumatera Utara 89 fundamental yang harus diperhatikan bersama adalah pendidikan tinggi hukum sebagai dapur pencetak sarjana hukum Indonesia. Dalam konteks pengawasan, terdapat tiga lembaga yang berperan dalam pengawasan advokat asing yaitu Kementerian Hukum dan HAM, PERADI, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, seyogyanya PERADI tampil sebagai garda terdepan dalam pengawasan dan perannya harus lebih menonjol. Terkait dengan peran dua lembaga pengawas lainnya, PERADI perlu memperkuat kerjasama dan kesepahaman dalam konteks pengawasan advokat asing. Secara internal, perlu dipertimbangkan untuk dibentuk unit khusus pengawasan terhadap advokat dan kantor hukum lokal maupun asing. B. Praktek Penggunaan Jasa Advokat Asing di Indonesia sebelum Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN di dalam Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja terampil. Ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Secara normatif untuk Warga Negara Asing, tidak bisa diangkat menjadi Advokat di Indonesia. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 3 ayat 1 UU No.182003 Universitas Sumatera Utara 90 yang mengemukakan: Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. warga negara Republik Indonesia; 2. bertempat tinggal di Indonesia; 3. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara; 4. berusia sekurang-kurangnya 25 dua puluh lima tahun; 5. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1; 6. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat; 7. magang sekurang-kurangnya 2 dua tahun terus menerus pada kantor Advokat; 8. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih; 9. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi. Namun berbeda untuk Warga Negara Asing yang di negaranya berprofesi sebagai advokat. Dalam Pasal 1 angka 8 dikemukakan: Advokat Asing adalah advokat berkewarganegaraan asing yang menjalankan profesinya di wilayah negara Republik Indonesia berdasarkan persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dilihat dari rumusan ini, peluang bagi Advokat asing untuk menjalankan profesi di Indonesia sangat terbuka. Hanya saja peran dari Advokat asing terbatas dalam bidang tertentu. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 23 ayat 1 UU No.182003, sebagai berikut: Advokat asing dilarang Universitas Sumatera Utara 91 beracara di sidang pengadilan, berpraktik danatau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia. Jadi mengacu kepada ketentuan ini, maka Advokat asing secara yuridis formal tidak diperkenankan beracara di pengadilan maupun membuka kantor hukum di Indonesia. Sekalipun demikian, peluang bagi Advokat asing untuk bekerja di Indonesia, sangat terbuka. Hanya saja dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang terkait dengan profesi Advokat dan undang-undang ketenagakerjaaan. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal Pasal 23 ayat 2 UU No.182003, sebagai berikut: Kantor Advokat dapat mempekerjakan advokat asing sebagai karyawan atau tenaga ahli dalam bidang hukum asing atas izin Pemerintah dengan rekomendasi Organisasi Advokat. Perlu kiranya ditambahkan di sini, bidang layanan jasa hukum yang diberikan oleh Advokat asing terkait dengan hukum asing negara asal Advokat asing tersebut. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan Pasal 23 Ayat 2 UU No.182003, yang mengemukakan yang dimaksud dengan hukum asing adalah hukum dari negara asalnya danatau hukum internasional di bidang bisnis dan arbitrase. Mencermati apa yang ditegaskan dalam ketentuan di atas, bila ada Advokat asing yang memberikan layanan jasa hukum di Indonesia, maka harus berkerja di kantor Advokat Indonesia dengan status sebagai karyawan atau tenaga ahli di kantor Advokat Indonesia. Selain itu, untuk dapat diangkat sebagai tenaga ahli harus ada ijin dari Pemerintah dengan rekomendasi Organisasi Advokat. Tampaknya di sini peran Organisasi Advokat cukup penting dalam menegakkan aturan hukum di bidang profesi Advokat. Universitas Sumatera Utara 92 Tidak hanya sekedar memberi rekomendasi, akan tetapi sudah melakukan analisis secara mendalam, apakah kehadiran Advokat asing sudah mendesak. Selain juga harus diteliti, apakah Advokat asing tersebut layak untuk memberikan pendapat hukum kepada klien yang meminta layanan jasa hukum kepada Advokat asing tersebut. Sebgaimana dikemukakan oleh Asosiasi Advokat Indonesia AAI, sudah saatnya Advokat Indonesia menjadi tuan rumah dalam praktik hukum di Indonesia. Advokat Asing yang Avonturir yang hanya mengejar kepentingan bisnis mereka semata-mata, tidak bertanggung-jawab memberikan legal opinion, serta nol kontribusinya di Indonesia, harus diberantas. Oleh karena itu, ketentuan persyaratan formal dalam merekomensasikan kehadiran Advokat asing tidaklah cukup. Sebaiknya rekomendasi bagi Advokat Asing yang ingin bekerja di Indonesia atau memperpanjang ijin kerjanya di Indonesia diberikan setelah yang bersangkutan lulus dalam ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat. Berlakunya Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan liberalisasi, sektor jasa yang menjadi salah satu elemen penting di dalamnya diharapkan dapat mendorong tumbuhnya sektor jasa dan memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia. Akan tetapi untuk bidang jasa hukum, secara konsep termasuk dalam bidang jasa professional, namun untuk merealisasikannya cukup sulit. Perdagangan jasa hukum legal service tidak akan mudah dilaksanakan sesuai dengan agenda aksi ASEAN Economic Community. Masalah kualifikasi, standarisasi dan lisensi menjadi batu sandungan dalam pelaksanaan. Oleh karena itu diperlukan adanya Mutual Recognition Agreement perjanjian pengakuan bersama di antara negara anggota ASEAN yang dimotori oleh Universitas Sumatera Utara 93 pemerintah melalui pendidikan tinggi dengan asosiasi advokat. Dibutuhkan blueprint untuk mempersiapkan daya saing advokat Indonesia. 79 Terlepas dari adanya tingkat kesulitan untuk merealisasikan perdagangan jasa dalam bidang hukum, namun jika dilihat dari sudut padang diberlakukannya leberasliasi perdagang barang dan jasa tertentu di kawasan ASEAN agaknya hal ini merupakan peluang bagi profesi Advokat untuk memberikan layanan jasa hukum kepada pelaku usaha yang hendak melakukan aktivitas bisnis di Indonesia. Sekedar contoh, tidaklah berkelebihan jika dikemukakan di sini, bagi pelaku usaha yang hendak melakukan investasi di suatu negara, misalnya di Indonesia, maka sebelumnya dilakukan berbagai analisis. Salah satu yang yang menjadi bahan pertimbangan adalah masalah kepastian hukum. Untuk melakukan analisis tentang kepastian hukum dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia, investor memerlukan pendapat hukum dari Legal Consultant atau Advokat. Secara psikologis tentu investor akan merasa nyaman dan aman, jika pendapat hukum tersebut diberikan oleh orang yang mempunyai ikatan baik secara kultural culture maupun dari segi bahasa sehari-hari yang digunakan. Hal ini, tentu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Advokat Indonesia, untuk memberikan layanan jasa hukum yang terbaik, tidak saja dalam tingkat lokal, akan tetapi juga untuk tingkat regional ASEAN. Jadi kata kunci dalam hal ini, adalah bagaimana meningkatkan kualitas layanan jasa hukum, sehingga bisa memanfaatkan peluang yang demikian terbuka di era MEA. 79 FX Joko Priyono, Notulen Seminar Nasional Asosiasi Advokat Indonesia “Mempersiapkan Advokat Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Tahun 2015”, http:www.aai.or.idv3index.php?option=com_contentview=articleid=335 diakses tanggal 21 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 94 Kaitan dengan arti pentingnya peningkatan kualitas layanan jasa hukum, patut disimak apa yang dikemukakan oleh Otto Hasibuan, Ketua Umum Peradi, peningkatan kualitas merupakan syarat mutlak bagi Advokat Indonesia agar mereka siap menghadapi persaingan global. Advokat Indonesia yang tidak berkualitas akan kewalahan bersaing dengan Advokat dari negara-negara ASEAN lainnya. Peningkatan kualitas Advokat perlu dilakukan tidak hanya untuk menghadapi persaingan global, akan tetapi peningkatan kualitas juga diperlukan untuk membuka akses keadilan yang lebih luas bagi masarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas layanan jasa hukum bagi Advokat Indonesia dapat dilakukan dengan cara mengikuti jenjang pendidikan formal tingkat lanjut terhadap lulusan berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum misalnya mengikuti pendidikan lanjut baik jenjang magister maupun doktor. Atau mengikuti pelatihan atau seminar baik yang diselenggarakan oleh Organisasi profesi maupun oleh lembaga lain, misalnya Perguruan Tinggi Hukum. Model lain yang dapat dilakukan dengan cara melakukan kerjasama dengan kantor hukum Law Firm asing. Tampaknya upaya yang terakhir ini, sudah mulai dilakukan oleh berbagai kantor hukum di Indonesia maupun kantor hukum asing yang berkeinginan untuk membuka kantor hukum di Indonesia. Ada pun pertimbangan yang diakukan oleh kantor hukum di Indonesia untuk mengadakan kerjasama bisa bervariasi. Sebagai contoh dapat dikemukan di sini, dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA, firma hukum Assegaf Hamzah Partners AHP bergabung ke dalam jaringan Rajah Universitas Sumatera Utara 95 Tann Asia, penyedia jasa bantuan hukum terbesar di Asia Tenggara. Chandra M Hamzah, salah satu pendiri AHP mengatakan, aliansi ini merupakan langkah maju yang penting dan merupakan perwujudan dari bentuk kerjasama yang ingin dicapai MEA, yaitu terciptanya kemitraan yang memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Dengan dibukanya kran liberalisasi perdagangan barang dan jasa di kawasn ASEAN dengan wujud pasar tunggal ASEAN, Indonesia akan tergilas. Jika cara pandang ini yang dijadikan acuan barangkali bisa jadi akan tergilas. Dalam konteks ini, patut disimak apa yang dikemukakan oleh Capt Indra Prayitno, sikap pesimistis dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA, harus dibuang jauh-jauh oleh semua pelaku usaha di Indonesia. Pasalnya, kemampuan dan kualitas yang dimiliki Indonesia tak kalah dengan sembilan negara ASEAN yang bakal bersaing di MEA. Jadi jangan panik menghadapi MEA, semua masyarakat Indonesia harus optimis dengan kemampuan dan kualitas sendiri dalam menghadapi MEA. 80 C. Praktek Penggunaan Jasa Advokat Asing di Indonesia setelah Keberadaan Perdagangan Bebas Sektor Jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN Sama seperti industri lainnya, industri jasa juga mulai mengarah ke liberalisasi. Apalagi setelah diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA dan Framework Agreement on Comprehensif Economic Co- Operation Between ASEAN and the Peoples of China disingkat Framework Agremeent. Hal ini juga berdampak terhadap sektor jasa advokat. Sebagai salah 80 Ibid. Universitas Sumatera Utara 96 satu sektor yang bergerak di bidang jasa, advokat memang mempunyai karakteristik tersendiri. Sebab, layanan yang diberikan adalah spesifik di bidang hukum, seperti konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Oleh karenanya, mereka yang menjadi advokat haruslah berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang diselenggarakan oleh Organisasi Advokat. 81 Penggunaan jasa advokat asing di Indonesia dijumpai sepuluh tahun yang lalu sejak PERADI mengeluarkan kebijakan tentang pemberian rekomendasi agar advokat asing ini dapat bekerja di kantor-kantor hukum di Indonesia. Praktek penggunaan advokat asing di Indonesia diawali oleh salah satu kantor Law Firm Indonesia yaitu Hanafiah Ponggawa Partners HPRP. Penggunaan advokat asing oleh HPRP bertujuan untuk membesarkan pasar marketing reasons. Kerjasama dengan advokat asing ini menjadi keuntungan bagi Law Firm sebab ada jaringan-jaringan yang dapat diperkuat oleh mereka. Keberadaan advokat asing pada MEA 2015, menurut Hasanuddin Nasution berdasarkan peraturan advokat belum diizinkan untuk beracara di persidangan Indonesia. Jasa advokat belum masuk dalam daftar MEA karena belum ada perubahan UU Advokat, advokat asing hanya karyawan di kantor advokat Indonesia, tidak dimaksud untuk bisa menjadi litigation lawyer beracara di pengadilan 82 81 Indra Sahnun Lubis, Presiden Kongres Advokat Indonesia, KAI, Surabaya Pagi, tanggal 13 Maret 2010. 82 Hasanuddin Nasution, Sekretaris Jendral PERADI, Sinar Indonesia Baru, tanggal 6 Januari 2015. Universitas Sumatera Utara 97 Keberadaan advokat asing juga perlu dikontrol oleh Departemen Tenaga Kerja. Advokat asing bisa masuk ke Indonesia melalui Departemen Ketenegakerjaan. Orang asing yang ahli termasuk advokat asing juga harus diawasi. Advokat asing tersebut sering menyalahgunakan izin. Untuk itu, menurut Njoto Prawiro advokat-advokat di Indonesia harus mempersiapkan diri dan meningkatkan kapasitasnya terhadap berbagai kajian hukum internasional, seperti perdata internasional, pidana internasional dan lainnya. Termasuk meningkatkan kemampuan bahasa. Apalagi saat ini bila terjadi wanprestasi kontrak antara perusahaan, lebih memilih menggunakan penyelesaian melalui badan arbitrase yang ada di luar negeri. 83 Terkait dengan bidang praktik hukum yang diperbolehkan dilakukan oleh advokat asing diatur dalam Pasal 23 ayat 1 UU Advokat. Advokat Asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik danatau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia. Advokat asing hanya diperkenankan berkedudukan sebagai sebagai karyawan dan tidak dapat mewakili kantor advokat Indonesia ke luar eksternal. Dengan kata lain, advokat asing hanya diperbolehkan berpraktik atas hukum negara asalnya atau hukum internasional. 84 Namun, dalam praktik, ditenggarai masih terdapat penyimpangan, baik yang memanfaatkan celah regulasi maupun pengawasan. Beberapa praktik tersebut diantaranya, pertama, advokat terbang atau flying in flying out FIFO. Advokat ini dengan menggunakan visa turis atau wisata kemudian mengadakan 83 Njoto Prawiro, Advokat, Surabaya Pagi, tanggal 13 Maret 2010. 84 Miko Susanto Ginting, Advokat Asing: Suatu Pemetaan dan Rekomendasi, hukumonline.comberitabacalt50d846fe19e57 diakses tanggal 21 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 98 pertemuan dengan kliennya di Indonesia. Setelah memberikan jasa, kembali ke negara asalnya. Kedua, pelanggaran kuota maksimal advokat asing. Ketiga, kantor hukum asing mendirikan kantor h ukum di Indonesia dengan “kedok” sebagai perusahaan konsultan berbadan hukum Perseroan Terbatas PT. Keempat, kantor hukum abu-abu, dimana pemegang saham utama sebuah kantor hukum warga negara Indonesia namun terdaftar sebagai advokat di negara lain. Kelima, secara terang-terangan membentuk kantor hukum dengan nama campuran Indonesia dan asing. Keenam, kantor hukum Indonesia menjadi nominee kantor hukum asing termasuk manajemennya. Ketujuh, advokat asing memberikan jasa konsultasi hukum Indonesia di negara asalnya atau negara lain selain Indonesia baik dengan tatap muka langsung maupun melalui korespondensi surat elektronik. 85 Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi selain disebabkan pengawasan yang tidak optimal, adalah akibat kurang mendetailspesifik nya regulasi mengenai advokatkantor hukum asing dan relasinya dengan advokatkantor hukum Indonesia. 86 85 Ibid. 86 Miko Susanto Ginting, Advokat Asing: Suatu Pemetaan dan Rekomendasi, hukumonline.comberitabacalt50d846fe19e57 diakses tanggal 21 Mei 2015. Universitas Sumatera Utara 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN