Obat Kulit TINJAUAN PUSTAKA
dalam pengobatan atau dengan kelebihan dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil, maka tidak diperoleh efek penyembuhan Anief, 2007.
Penggunaan obat pada kulit dimaksudkan untuk memeperoleh efek pada atau di dalam kulit. Bentuk obat untuk topikal dapat berupa padat, cair dan semipadat.
Bentuk obat semi padat pada penggunaan topikal, yaitu: salep adalah sediaan setengah padat untuk dipakai pada kulit. Krim adalah sediaan setengah padat yang
mengandung banyak air. Pasta adalah suatu salep yang mengandung serbuk yang banyak Anief, 2007.
Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal
kulit dapat berupa salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan kulit, daya kerja yang dikehendaki, kondisi
penderita, dan daerah kulit yang diobati Sartono, 1996. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada
beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang
mengandung kortikosteroid. Kortikosteroid mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat pembelahan sel epidermis. Kortikosteriod secara
topikal dapat mengganggu pertahanan kulit alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika Sartono, 1996.
Obat kulit digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit. Gangguan fungsi struktur kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :
1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah, melepuh, dan gatal.
2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi antara 7-30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang
makin parah dan sudah mempengaruhi daerah sekelilingnya. 3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang
serta timbul kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal, keras dan retak-retak Sartono, 1996.
Hidrokortison asetat C
23
H
32
O
6
digolongkan ke dalam obat antiinflamantori analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya rasa nyeri,
bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak. Anief,1996. Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal
yang mengandung obat-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi, dan lain-lain. Bentuk obat topikal dapat berupa salep,
krim, lotio, dan pasta. Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki,
kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja pada lapisan kulit yang lebih
dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan penyakit kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid Sartono, 1996.