Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCCT

suhu kamar, jadi senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah. Peralatan KCKT memiliki kepekaan yamg sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama Munson, 1991. Kemajuan dalam tekhnologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan pada KCKT menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi Munson, 1991. Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC High Perfomance Liquid Chromatography dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam- asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis Gandjar, 2007. Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel Gandjar, 2007. KCKT digunakan untuk senyawa-senyawa tak atsiri, berbobot molekul tinggi, anorganik, tidak tahan panas dan lain sebagainya. Kepekaan dari peralatan KCKT sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama. Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang efisien Munson, 1991. KCKT pada sat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam beberapa tahun terakhir ini teknologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang, walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu tekhnik yang banyak digunakan pada perusahaan obat Munson, 1991. KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Cepat. Untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit. 2. Daya pisahnya baik. Kemampuan linarut berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki. 3. Peka detector unik. Detector yang dipakai adalah uv 254 nm yang dapat mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram. 4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut,dan jenis pelarut yang dipaki. 5. Ideal untuk molekul besar dan ion. 6. Mudah memperoleh kembali cuplikan karena detector tidak merusak cuplikan. Pelarut dapat dihilangkan dengan penguapan Johnson dan Stevenson, 1991 Pada dasarnya instrumen KCKT terdiri dari : 1. Sistem Pompa Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai 6000 pada saat ini, harus bebas denyut, dan dapat menghantarkan aliran terukur 0,01 – 1,0 atau 0,1 - 20 ml menit. Selain itu, pompa harus mempunyai batas volume minimum sehingga memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian secara efisien. Laju aliran biasanya dikendalikan dengan tombol pada pompa normal atau dengan mikroprosesor pada pompa niaga yang lebih canggih Gritter, dkk., 1991. 2. Tandon pelarut Bahan tandon harus lembam terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja anti karat dan gelas menjadi pilihan. Baja anti karat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih dari 500 ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1 – 2 mlmenit Munson, 1991. 3. Pipa Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembam, tahan tekanan dan mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai Munson, 1991. 4. Penyuntik Sistem Penyuntik Cuplikan Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum pada analisis kuantitatif, yang terpenting adalah sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan terokan fase gerak. Pada saat pengisian terokan, terokan dialirkan melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk kolom Munson, 1991. 5. Fase Diam Fase diam dapat berupa permukaan zat padat yang berfungsi sebagai medium yang menjerap, atau permukaan zat cair yang terdapat pada sejenis zat padat. Banyak sistem fase diam baru telah dikembangkan untuk KCKT, dan pemakaian bahan tersebut sangat meningkatkan keefisienan dan kemampuan metode itu. Sebagian besar bahan itu didasarkan pada silika Gritter, dkk., 1991. Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol Si-OH. Oktadesil silika ODS atau C 18 merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa- senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang maupun tinggi Gandjar dan Rohman, 2009. Sekarang ini, gel silika ODS atau fase-fase sejenis seperti gel silika oktil digunakan untuk 80 analisis farmasi namun fase-fase lain hanya digunakan jika diperlukan selektivitas khusus, misalnya untuk senyawa- senyawa yang sangat mudah larut dalam air atau untuk pemisahan bioanalisis yang menjadi penting karena matriks sampel tersebut menghasilkan banyak puncak yang mengganggu Watson, 2005. 6. Fase Gerak Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel Gandjar dan Rohman, 2009. Pada KCKT, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi proses pemisahan. Berbagai macam pelarut dipakai dalam semua jenis KCKT, tetapi ada beberapa syarat fase gerak yang digunakan dalam KCKT. Menurut kriteria fase gerak yang ideal adalah sebagai berikut: 1. Murni, tanpa cemaran; 2. Tidak bereaksi dengan kemasan; 3. Sesuai dengan detektor; 4. Dapat melarutkan cuplikan; 5. Mempunyai viskositas rendah; 6. Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah, jika diperlukan; 7. Harganya wajar Jhonson dan Stevenson, 1991. Pada umumnya, pelarut dibuang setelah digunakan karena tata kerja pemurniannya memakan waktu dan mahal. Dari semua kriteria di atas, 4 kroteria pertama merupakan yang paling penting Jhonson dan Stevenson 1991. 7. Kolom Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis tergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang penyaring 2 μm dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak atau terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom Munson, 1991. Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50 -100 cm, untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm. b. Kolom preparatif : garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm Johnson dan Stevenson, 1991. Pemilihan kolom yang dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal berdasarkan pada sifat kimia umum linarut, sifat kelarutan dan ukurannya. Kolom dapat dikemas sendiri atau membeli kolom yang sudah dikemas. KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai Gritter, dkk., 1991. 8. Detektor Detektor harus memberikan cuplikan, tanggapan yang dapat diramalkan, peka, hasil yang efisien dan tidak terpengarung oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai Munson, 1991. 9. Penguat Sinyal Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik Munson, 1991. 10. Perekam Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak puncak. Dari daftar tersebut, secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa Munson, 1991. Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu pelarut landaian yaitu pelarut yang dapat diubah-ubah kepolarannya sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa keuntungan jika digunakan pelarut landaian, diantaranya : a. Waktu analisis keseluruhan dapat berkurang b. Daya pisah keseluruhan persatuan waktu campuran ditingkatkan c. Bentuk puncak diperbaiki pembentukan ekor lebih kecil d. Kepekaan efek ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam Johnson dan Stevenson,1991.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Tempat Pelaksanaan Penetapan Kadar

Penetapan kadar bahan baku Hirokortison Asetat ini dilakukan di laboratorium PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan yamg beralamat di Jalan Tanjung Morawa Km. 9 No. 59 Medan.

3.2 Alat-Alat

Alat–alat yang digunakan adalah alat–alat gelas Merk PYREX IWAKI, timbangan analitik digital Merk SARTORIUS-AG Type MSE225P-100-DU, Ultrasonic digital Merk ELMA Type D-78224 dan seperangkat alat HPLC High Performance Liquid Chromatoraphy Merk WATERS DETECTOR 2489, PUMP 1525.

3.3 Bahan-Bahan

Bahan–bahan yang digunakan adalah asetonitril, asam asetat glasial, akuabides, bahan baku hidrokortison asetat, hidorkortison asetat Baku Pembanding Farmakope Indonesia BPFI, metanol.

3.4 Pengambilan Sampel Uji

Sampel bahan baku hidrokortison asetat diambil dari 5 sampel dengan 1 nomor batch yang sama. Maka dengan prosedur tetap perusahaan yang ada dalam pengambilan sempel, dari 5 sampel dijadikan satu untuk ditetapkan kadarnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak dan berat masing–masing sampel yang diambil 25 mg.

3.5 Pembuatan Pereaksi

3.5.1 Pembuatan Pelarut Metanol : Asam Asetat Glasial 1000:1

Diambil 1 ml asam asetat glasial dimasukkan kedalam beaker glass. Ditambahkan metanol sebanyak 1000 ml, kemudian di aduk menggunakan pengaduk sampai homogen.

3.5.2 Pembuatan Fase Gerak Asetonotril : Aquabidest 6:4

Diambil 600 ml asetonitril dimasukkan kedalam beaker glass. Ditambahkan dengan aquabidest sebanyak 400 ml, kemudian di aduk menggunakan pengaduk sampai homogen. 3.6 Pembuatan Larutan 3.6.1 Larutan Standar Ditimbang seksama 25 mg Hidrokortison Asetat BPFI, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml. Ditambahkan pelarut metanol : asam asetat glasial 1000:1 sampai 50 ml garis tanda batas, lalu dilarutkan dengan menggunakan alat Ultrasonic digital selama 15 menit. Dipipet 5 ml menggunakan pipet volume, ditambahkan 10 ml pelarut pelarut metanol : asam asetat glasial 1000:1, masukkan kedalam labu tentukur 25 ml. Disaring, dimasukkan ke dalam vial. Larutan siap dianalisa di alat HPLC High Performance Liquid Chromatography.