seratus persen. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan mempengaruhi kadar gula darah dan sekresi insulin. Jumlah karbohidrat
yang dikonsumsi adalah prediktor kuat dari glikemik respon, dengan demikian pemantauan asupan karbohidrat menjadi strategi kunci dalam mencapai glikemik
kontrol American Diabetes Association, 2004.
5.1.4. Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II pada Masyarakat Urban
Hasil analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukan tidak adanya hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian diabetes mellitus pada
masyarakat urban OR = 3.56, 95 CI = 1.049-12.052, p = 0.076. Pada analisis multivariat, konsumsi lemak dimasukan dalam model analisis karena memenuhi
syarat yaitu p-value 0.25. Dari hasil analisis tersebut, faktor risiko konsumsi lemak bukan merupakan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe II p-value
0.05. Temuan ini sesuai dengan sebuah studi review sistematis dan studi
observasional meta-analisis yang dilakukan oleh Souza et al 2015 dimana hasilnya menunjukan tidak ditemukan adanya hubungan antara jumlah konsumsi
lemak jenuh dengan kejadian diabetes tipe 2. Meskipun lemak jenuh telah diyakini berhubungan dengan sensitivitas insulin. Lemak jenuh juga ditemukan
tidak berhubungan dengan semua penyebab kematian, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung coroner dan stroke iskemik, tetapi hal ini didasarkan pada
kejadian di lapangan yang heterogen dengan masing-masing keterbatasan metodologis. Keterbatasan pada penelitian ini disebabkan karena adanya bias
recall saat dilakukan wawancara menggunakan semi quantitative food frequency dimana responden diharuskan untuk mengingat makanan yang dikonsumsinya
selama satu bulan terakhir. Berbeda
dengan penelitian
lain yang
menyebutkan bahwa
konsumsimakanan rendah lemak jenuh menghasilkan perbaikan yang substansial dalam kontrol glikemik dan beberapa risiko kardiometabolik pada orang dewasa
obesitas dengan diabetes mellitus tipe II. Konsumsi makanan rendah lemak jenuh sejalan dengan penurunan kejadin diabetes mellitus Tay, 2014. Pada penelitian
ini konsumsi tinggi lemak jenuh konsumsi lemak 25 kebutuhan total tidak berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe II.
Umumnya, konsumsi lemak pada penderita diabetes menunjukan rerata asupan lemak lebih dari yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena responden
sering mengkonsumsi makanan yang pengolahannya digoreng seperti lauk nabati tahu dan tempe dan hewani telur, ikan dan daging, sering mengkonsumsi
cemilan yang digoreng Purba, 2015. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di lapangan yaitu sebesar 45.7 responden mempunyai konsumsi lemak yang lebih
dari 25 asupan konsumsi lemak dari total kebutuhan energi harian. Tujuan diet yang utama dalam kaitannya dengan lemak makanan pada
penyandang DM adalah membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Lemak jenuh merupakan determinan diet yang penting untuk
menentukan kadar LDL-kolesterol di dalam plasma Snehalatha, 2009. Asupan lemak yang dianjurkan tidak melebihi 25 dari kebutuhan total energi, unsur gizi
ini juga memiliki peranan tersendiri sebagai sumber asam lemak esensial serta juga membantu penyerapan beberapa vitamin yang larut dalam lemak.
5.1.5. Hubungan Konsumsi Makanan Siap Saji dengan Kejadian Diabetes