37
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian banyak ditentukan oleh metode yang digunakan. Ketepatan metode akan mengatur arah
serta tujuan penelitian. Oleh karena itu metode penelitian mempunyai peran penting dalam menentukan kualitas hasil penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan
karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu Azwar, 2004:7. Penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang kesiapan konselor untuk
melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling sesuai KTSP. Dalam hal ini, peneliti ingin memperoleh informasi yang benar, obyektif, dan gambaran yang
faktual tentang fenomena yang diselidiki.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel
Menurut Sutrisno Hadi dalam Arikunto 2006: 116 variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabelnya adalah kesiapan konselor untuk melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling sesuai KTSP.
38
3.2.2 Jenis Variabel
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel penelitian variabel tunggal yaitu kesiapan konselor untuk melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling sesuai KTSP.
3.2.3 Hubungan Antar Variabel
Variabel dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel tunggal yaitu kesiapan konselor untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuai
KTSP, sehingga tidak terdapat hubungan antar variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi.
3.2.4 Definisi Operasional
Kesiapan konselor untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuai KTSP adalah kemampuan konselor untuk melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling yang dapat dilihat dari pemahaman konselor terhadap layanan bimbingan dan konseling sesuai KTSP sehingga dapat diaplikasikan
melalui sikap konselor. Seorang konselor dikatakan siap jika telah mampu menguasai, memahami, dan menerapkan layanan Bimbingan dan Konseling
dengan baik. Kesiapan konselor dilihat dari segi pemahaman konselor dalam layanan
BK dapat dijabarkan melalui: perencanaan kegiatan BK, pelaksanaan kegiatan BK, penilaian kegiatan BK, serta pengelolaan dan pengorganisasian BK.
Sedangkan kesiapan konselor dilihat dari segi sikap konselor terhadap layanan BK sesuai KTSP dapat dilihat melalui: kognitif, afektif, dan konatif.
39
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono 2006: 55 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi menurut Sutrisno Hadi 2004: 182 adalah seluruh
penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki dan sejumlah penduduk atau individu tersebut mempunyai satu sifat yang sama.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat berupa manusia, benda-
benda, hewan, tunbuh-tunbuhan dan peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh konselor SMA Negeri se-Kabupaten Jepara karena populasi ini diambil berdasarkan tujuan dari diadakannya penelitian ini.
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Konselor Sekolah
SMA Negeri se-Kabupaten Jepara
No. Nama Sekolah
Jumlah Guru
1 2
3 4
5 6
7 8
SMA Negeri 1 Bangsri SMA Negeri 1 Jepara
SMA Negeri 1 Mayong SMA Negeri 1 Mlonggo
SMA Negeri 1 Nalumsari SMA Negeri 1 Pecangaan
SMA Negeri 1 Tahunan SMA Negeri 1 Welahan
4 7
3 3
2 4
4 3
Jumlah 30
40
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto, 2006: 131 sedangkan menurut Sugiyono 2006: 56 sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dari beberapa pengertian tersebut maka ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang akan diteliti yang menggambarkan populasinya secara keseluruhan. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini seluruh konselor
sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Jepara. Sehubungan dengan jumlah populasinya yang kurang dari 100 orang, maka sampel yang digunakan adalah
dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa jumlah populasinya kurang
dari 100 orang maka sampel diambil seluruhnya. Oleh karena sampel diambil seluruhnya maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.
3.4 Metode dan Alat Pengumpul Data
3.4.1 Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui Arikunto, 2006: 151. Menurut Azwar 1997: 101 yang menyatakan bahwa kuesioner queistionnair merupakan bentuk suatu instrumen
pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan. Angket atau kuesioner digunakan karena data yang diungkap berupa data
faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek
41
sehingga diperoleh data yang tepat dan akurat serta reliabel. Dalam penelitian ini menggunakan angket karena untuk mengetahui data tentang kesiapan konselor
yang dilihat dari segi pemahaman konselor untuk melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling sesuai KTSP.
Tabel 3.4 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor
Angket Pemahaman Konselor Kategori Jawaban
Skor + Skor -
Sangat Setuju 5
1 Setuju 4
2 Kurang Setuju
3 3
Tidak Setuju 2
4 Sangat Tidak Setuju
1 5
Pada pernyataan angket tersebut akan mempunyai skor nilai dengan kategori jawaban yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Kurang Setuju KS, Tidak
Setuju TS dan Sangat Tidak Setuju STS. Setelah pemberian kategori jawaban selanjutnya akan ditentukan kriteria-kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Angket Pemahaman Konselor dalam Pelayanan BK
Interval Kriteria
86 - 100 Sangat Baik
71 - 85 Baik
56 - 70 Cukup
41 - 55 Kurang Baik
25 - 40 Sangat Tidak Baik
Keterangan: a. Pemahaman konselor dalam layanan BK dengan kategori sangat baik
Konselor mempunyai pemahaman yang sangat baik berarti konselor memiliki pemahaman terhadap perencanaan kegiatan BK pemahaman tentang
tugas perkembangan, pemahaman tentang program BK yang sangat baik,
42
memiliki pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan BK atau pemahaman tentang esensi pelayanan BK yang sangat baik, memiliki pemahaman tentang penilaian
kegiatan BK atau pemahaman tentang proses dan hasil kegiatan BK yang sangat baik, dan pemahaman tentang pengelolaan dan pengorganisasian kegiatan BK
yang sangat baik, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 86-100.
b. Pemahaman konselor dalam layanan BK dengan kategori baik Konselor mempunyai pemahaman yang baik berarti konselor memiliki
pemahaman terhadap perencanaan kegiatan BK pemahaman tentang tugas perkembangan, pemahaman tentang program BK yang baik, memiliki
pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan BK atau pemahaman tentang esensi pelayanan BK yang baik, memiliki pemahaman tentang penilaian kegiatan BK
atau pemahaman tentang proses dan hasil kegiatan BK yang baik, dan pemahaman tentang pengelolaan dan pengorganisasian kegiatan BK yang baik, ditandai
dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 71-85. c. Pemahaman konselor dalam layanan BK dengan kategori cukup
Konselor mempunyai pemahaman cukup berarti konselor memiliki pemahaman terhadap perencanaan kegiatan BK pemahaman tentang tugas
perkembangan, pemahaman tentang program BK cukup, memiliki pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan BK atau pemahaman tentang esensi pelayanan BK
cukup, memiliki pemahaman tentang penilaian kegiatan BK atau pemahaman tentang proses dan hasil kegiatan BK cukup, dan pemahaman tentang pengelolaan
43
dan pengorganisasian kegiatan BK cukup, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 56-70.
d. Pemahaman konselor dalam layanan BK dengan kategori tidak baik Konselor mempunyai pemahaman yang tidak baik berarti konselor
memiliki pemahaman terhadap perencanaan kegiatan BK pemahaman tentang tugas perkembangan, pemahaman tentang program BK yang tidak baik, memiliki
pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan BK atau pemahaman tentang esensi pelayanan BK yang tidak baik, memiliki pemahaman tentang penilaian kegiatan
BK atau pemahaman tentang proses dan hasil kegiatan BK yang tidak baik, dan pemahaman tentang pengelolaan dan pengorganisasian kegiatan BK yang tidak
baik, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 41-55. e. Pemahaman konselor dalam layanan BK dengan kategori sangat tidak baik
Konselor mempunyai pemahaman yang sangat tidak baik berarti konselor memiliki pemahaman terhadap perencanaan kegiatan BK pemahaman tentang
tugas perkembangan, pemahaman tentang program BK yang sangat tidak baik, memiliki pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan BK atau pemahaman tentang
esensi pelayanan BK yang sangat tidak baik, memiliki pemahaman tentang penilaian kegiatan BK atau pemahaman tentang proses dan hasil kegiatan BK
yang sangat tidak baik, dan pemahaman tentang pengelolaan dan pengorganisasian kegiatan BK yang sangat tidak baik, ditandai dengan perolehan
skor persentase dengan rentangan antara 25-40.
44
3.4.2 Skala Psikologi
Skala psikologi selalu mengacu pada alat ukur alat ukur aspek atau atribut afektif. Alasan digunakannya skala psikologi karena aspek yang diukur adalah
aspek psikologi yaitu tentang kesiapan konselor yang dilihat dari sikap konselor terhadap layanan bimbingan dan konseling sesuai KTSP. Skala sikap berwujud
kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat
diberi skor dan kemudian dapat diinterpretasi, skala sikap tidak terdiri dari hanya satu stimulus atau satu pernyataan, namun selalu berisi banyak item Azwar,
1999: 105. Tabel 3.6
Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Skala Sikap Konselor terhadap KTSP
Kategori Jawaban Skor +
Skor - Sangat Setuju
5 1
Setuju 4 2
Kurang Setuju 3
3 Tidak Setuju
2 4
Sangat Tidak Setuju 1
5
Pada rancangan skala yang telah ditetapkan, maka responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam
lima kategori respon yaitu SS Sangat Setuju, S Setuju, KS Kurang Setuju, TS Tidak Setuju, STS Sangat Tidak Setuju. Penskoran setiap jenis respon
terhadap setiap pernyataan akan mendapat bobot nilai sesuai dengan arah pernyataan kemudian akan ditentukan kriteria-kriteria sebagai berikut:
45
Tabel 3.7
Kriteria Skala Sikap Konselor terhadap layanan BK Interval Kriteria
86 - 100 Sangat Baik
71 - 85 Baik
56 - 70 Cukup
41 - 55 Tidak Baik
25 - 40 Sangat Tidak Baik
Keterangan: a. Sikap konselor terhadap layanan BK dengan kategori sangat baik
Konselor mempunyai sikap yang sangat baik berarti konselor memiliki kognitif pengetahuan, pandangan, dan keyakinan yang sangat baik terhadap
layanan BK sesuai KTSP, memiliki afektif perasaan terhadap layanan BK yang sangat baik, dan konatif atau memiliki kecenderungan untuk
mengimplementasikan layanan BK sesuai KTSP yang sangat baik, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 86-100.
b. Sikap konselor terhadap layanan BK dengan kategori baik Konselor mempunyai sikap yang baik berarti konselor memiliki kognitif
pengetahuan, pandangan, dan keyakinan yang baik terhadap layanan BK sesuai KTSP, memiliki afektif perasaan terhadap layanan BK yang baik, dan konatif
atau memiliki kecenderungan untuk mengimplementasikan layanan BK sesuai KTSP yang baik, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan
antara 71-85. c. Sikap konselor terhadap layanan BK dengan kategori cukup
Konselor mempunyai sikap yang cukup berarti konselor memiliki kognitif pengetahuan, pandangan, dan keyakinan yang cukup terhadap layanan BK sesuai
46
KTSP, memiliki afektif perasaan terhadap layanan BK yang cukup, dan konatif atau memiliki kecenderungan untuk mengimplementasikan layanan BK sesuai
KTSP yang cukup, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 56-70.
d. Sikap konselor terhadap layanan BK dengan kategori tidak baik Konselor mempunyai sikap yang tidak baik berarti konselor memiliki
kognitif pengetahuan, pandangan, dan keyakinan yang tidak baik terhadap layanan BK sesuai KTSP, memiliki afektif perasaan terhadap layanan BK yang
tidak baik, dan konatif atau memiliki kecenderungan untuk mengimplementasikan layanan BK sesuai KTSP yang tidak baik, ditandai dengan
perolehan skor persentase dengan rentangan antara 41-55. e. Sikap konselor terhadap layanan BK dengan kategori sangat tidak baik
Konselor mempunyai sikap yang sangat tidak baik berarti konselor memiliki kognitif pengetahuan, pandangan, dan keyakinan yang sangat tidak baik
terhadap layanan BK sesuai KTSP, memiliki afektif perasaan terhadap layanan BK yang sangat tidak baik, dan konatif atau memiliki kecenderungan untuk
mengimplementasikan layanan BK sesuai KTSP yang sangat tidak baik, ditandai dengan perolehan skor persentase dengan rentangan antara 25-40.
3.4.3 Penyusunan Instrumen
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilaksanakan dengan beberapa tahap, baik dalam pembuatan maupun uji coba.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
47
Bagan 3.8 Langkah Dasar sebagai Alur Kerja dalam Penyusunan Instrumen
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen
Variabel Komponen Indikator Deskriptor
Alat Pengumpul
Data
Kesiapan Konselor
untuk melaksanak
an layanan BK sesuai
KTSP Pemahaman
konselor dalam
pelayanan BK 1.
Perencanaan kegiatan BK
2.
Pelaksanaan 1.1 Pemahaman
tentang tugas perkembanga
n siswa
1.2 Pemahaman tentang
program bimbingan
dan konseling
2.1 Pemahaman 1.1.1 Mempunyai
pemahaman tentang tugas
perkembangan siswa
1.2.1 Memahami tentang program
bimbingan dan konseling sesuai
kebutuhan siswa
1.2.2 Memahami program tahunan,
semesteran, bulanan,
mingguan, dan harian
1.2.3 Memahami tentang evaluasi program
bimbingan dan konseling
2.1.1 Memahami tentang Angket
Angket Angket
Angket Angket
Revisi Instrumen Jadi
Kisi-kisi Instrumen
Instrumen Uji Coba
48
kegiatan BK 3.
Penilaian kegiatan BK
4. Pengelolaan
dan tentang
esensi pelayanan
bimbingan dan
konseling
3.1 Pemahaman
tentang proses dan
hasil kegiatan bimbingan
dan konseling
4.1 Pemahaman
tentang peran Layanan
bimbingan dan konselingorientas
i, informasi, penempatan dan
penyaluran, penguasaan
kontent, konseling perorangan,
bimbingan kelompok,
konseling kelompok,
konsultasi, mediasi
2.1.2 Memahami tentang kegiatan
pendukung BKaplikasi
instrumen, himpunan data,
konfrensi kasus, kunjungan rumah,
tampilan kepustakaan, alih
tangan kasus
2.1.3 Memahami ketrampilan dalam
melaksanakan bidang bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan karier
2.1.4 Mampu mengembangkan
media BK 3.1.1 Mampu memahami
evaluasi segera, jangka pendek,
jangka panjang
3.1.2 Mampu memahami evaluasi layanan
yang telah dilaksanakan
4.1.1 Mampu
memahami peran Angket
Angket Angket
Angket Angket
Angket
49
pengorganis asian
kegiatan BK dalam
pengelolaan dan
organisasi kegiatan BK
di sekolah dan tanggung
jawab kepala sekolah
4.1.2 Mampu
memahami peran dan tanggung
jawab guru
4.1.3 Mampu
memahami tugas dan tanggung
jawab konselor penunjang
kegiatan BK Angket
Angket
Sikap konselor
terhadap layanan BK
1. Kognitif 2. Afektif
3. Konatif 1.1
Pengetahuan 1.2
Pandangan 1.3
Keyakinan 2.1 Perasaan
3.1 Perilaku 1.1.1 Memiliki
pengetahuan yang luas terhadap
layanan BK yang telah
dilaksanakannya
1.2.1 Memiliki pandangan
terhadap layanan BK
1.3.1 Memiliki keyakinan terhadap
layanan BK 2.1.1 Mempunyai
perasaan senang atau tidak senang
2.1.2 Menerima atau tidak menerima
terhadap layanan BK yang
dilaksanakan
3.1.1 Kecenderungan berperilaku
terhadap layanan BK melalui bentuk
kegiatan yang dilaksanakannya
Skala Sikap Skala Sikap
Skala Sikap Skala Sikap
Skala Sikap Skala Sikap
50
3.5 Validitas dan Reliabilitas Data
3.5.1 Validitas
Penelitian ini menggunakan construc validity validitas konstruksi teoritis karena aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu. Menurut Allen
Yen dalam Azwar 2000: 48 validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang
hendak diukurnya. Konsep validitas ini bertitik tolak dari konstruksi teoritik yang lahir dari definisi-definisi yang digunakan peneliti sebagai perangkat kerja. Dalam
penelitian ini, untuk mengukur validitas menggunakan rumus Product Moment karena jawaban skor responden berupa interval 1-5 sehingga skor total juga
berupa interval, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
{ }
{ }
∑ ∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
− −
=
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
xy
Keterangan: r
xy
: Koefisien korelasi antara x dan y N
: Jumlah subjek responden
∑
X
: Jumlah skor item
∑
Y
: Jumlah skor total
∑
2
X
: Jumlah kuadrat skor item
∑
2
Y
: Jumlah kuadrat skor total Arikunto, 2006: 274
Hasil penghitungan diatas kemudian dikonsultasikan dengan tabel product moment dengan taraf signifikan 5, jika r
hitung
r
tabel
maka butir instrumen dapat dikatakan valid.
51
Uji coba angket pemahaman konselor dengan jumlah item 59 butir dan untuk skala sikap konselor 28 butir. Setelah diuji cobakan selanjutnya dilakukan
penyekoran lampiran dilanjutkan dengan uji validitas. Perhitungan tersebut dibantu dengan alat komputer. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Product Moment dengan taraf signifikansi 5 dan jumlah subyek 20 orang, diperoleh r
tabel
sebesar 0,44 dengan keterangan bahwa ternyata dari 59 butir angket pemahaman konselor dalam pelayanan BK terdapat 47 butir yang valid dan 12
butir dinyatakan tidak valid 7, 15, 18, 23, 24, 30, 39, 43, 47, 51, 54, 59. Untuk skala sikap konselor terhadap layanan BK sesuai KTSP terdiri dari 28 butir dan 23
butir yang valid dan terdapat 5 butir yang tidak valid antara lain nomor 2, 3, 11, 22, 27.
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga Arikunto, 2006: 178.
Dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena rumus Alpha untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 Arikunto, 2006:
196. Rumus Alpha dapat dijabarkan sebagai berikut:
⎭ ⎬
⎫ ⎩
⎨ ⎧ Σ
− ⎭⎬
⎫ ⎩⎨
⎧ −
=
2 2
11
1 1
t b
k k
r
σ σ
Keterangan : r
ii
: Reliabilitas instrumen k
: Banykanya butir pertanyaan banyaknya soal
52
∑
2
b
σ : Jumlah varians butir
∑
2
t
σ : Varians total Arikunto, 2006: 196
Jika r
11
r
tabel
instrumen dikatakan reliabel dan jika r
11
r
tabel
instrumen dikatakan tidak reliabel Arikunto, 2006: 179. Adapun kriteria reliabel soal
menurut Danim 2007: 1999 adalah sebagai berikut: Tabel 3.8
Kriteria Reliabilitas Soal
No. Rentan Skor
Kriteria
1 ..... ≤ 0,59
Reliabilitas Sangat Rendah 2 0,6
≤ 0,89 Reliabilitas Sedang
3 0,9 ≤ 1
Reliabilitas Tinggi Dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha, kemudian dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi nilai r reliabilitas . Apabila angka analisis yang diperoleh dari hasil perhitungan r analisis atau r
11
mempunyai reliabilitas tinggi, maka instrumen tersebut adalah reliabel atau dapat dipercaya untuk
digunakan dalam penelitian yang sebenarnya. Uji reliabilitas instrumen pada angket dan skala sikap menggunakan
rumus alpha dari hasil perhitungannya kemudian dikonsultasikan dengan r
tabel
product moment untuk N= 20 dengan taraf signifikan 5 ditemukan r
hitung
sebanyak 0,938 termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi. Untuk skala sikap
konselor terhadap layanan BK sesuai KTSP diperoleh taraf signifikan 5 ditemukan r
hitung
sebanyak 0,693 termasuk dalam reliabilitas sedang. Dengan
demikian berarti r
hitung
dari r
tabel
sehingga instrumen ini dapat dikatakan reliabel untuk digunakan dalam penelitian.
53
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam Sudjana 2005: 7 analisis deskriptif merupakan bagian dari statistik yang berusaha melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan
tanpa membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. Tujuan menggunakan deskriptif adalah mendeskripsikan gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan fenomena yang diselidiki.
Teknik untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif melalui rumus persentase karena menggambarkan keadaan atau
suatu fenomena yang dapat dijelaskan sebagai berikut: P = n : N x 100
Keterangan: P :
Prosentase n
: Skoor riil N
: Skor Ideal Moh Ali, 1997: 184
Kelebihan dari analisis deskriptif persentase antara lain: 1.
Untuk menggambarkan ciri-ciri dasar data dalam studi 2.
Menyediakan perhitungan yang sederhana tentang sampel dan ukuran 3.
Terdapat grafik sederhana yang dapat membentuk dasar setiap analisis data kuantitatif
4. Dapat membantu untuk menghitung data dalam jumlah besar dengan
persentase
54
5. Dapat dengan mudah dimengerti oleh orang yang baru mempelajarinya.
Kelemahan analisis deskriptif persentase yaitu : 1.
Hanya menggambarkan apa yang terjadi pada data, 2.
Hanya dapat menghitung data tunggal dan tidak dapat dikorelasikan dengan data yang lain
William.2006. Metode Penelitian Knowledge Base. MUD dex. http: www.google.comedulistsacwuddex. 8 Maret 2010
55
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang kesiapan konselor untuk melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling sesuai KTSP di SMA Negeri se-Kabupaten Jepara
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan konselor yang ditinjau dari pemahaman dan sikap konselor untuk melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling sesuai KTSP pada SMA Negeri di Kabupaten Jepara. Dalam deskripsi hasil penelitian ini akan dijelaskan hasil analisis deskripsi
persentase secara keseluruhan, tiap komponen, tiap indikator.
4.1.1 Kesiapan Konselor ditinjau dari Pemahaman Konselor dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling sesuai KTSP
Dalam hal ini kesiapan konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat melalui pemahaman konselor dalam pelayanan Bimbingan
dan Konseling dan dilihat dari sikap konselor terhadap layanan Bimbingan dan Konseling. Untuk lebih jelas akan dibahas secara rinci dengan analisis deskriptif
pada masing-masing komponen dan indikator yang akan menggambarkan kesiapan konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah .