Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa : quasi eksperimen di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan

(1)

PENGARUH PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

MELALUI METODE EKSPERIMEN

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Quasi Eksperimen di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata 1 (S.Pd)

Oleh :

KHUTBAH NIM: 105016300598

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH PENDEKATAN

CONTEXTUALTEACHINGANDLEARNING (CTL)

MELALUI METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Quasi Eksperimen di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh:

KHUTBAH NIM: 105016300598 Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Iwan Permana Suwarna, M.Pd NIP.150231356 NIP. 19780504.200901.1.013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”, disusun oleh Khutbah, NIM 105016300598, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Fisika.

Jakarta, 17 Januari 2011 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc ... ... NIP. 150 299 475

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ... NIP. 19790510 2006042001

Penguji I

Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA ... ... NIP. 19520609 1981031004

Penguji II

Erina Hertanti, M.Si______ ... ... NIP. 19720419 1999032002

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 1987031003


(4)

ABSTRAK

Khutbah, “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Melalui Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 60 orang dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari empat pilihan (opsi) dan hasilnya diuji melalui satatistik uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3,27 sedangkan ttabel sebesar 1,98 pada taraf signifikansi 0,05 atau dapat diketahui thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika.

Kata Kunci : Pendekatan CTL, Metode Eksperimen, Hasil Belajar Siswa


(5)

ABSTRACT

Khutbah, “The Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes”. Thesis of Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. The aim of this research is to know the Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes. This research has been done in January 2010 at SMP Negeri 6 in South Tangerang. The research methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research took 60 students as a sample by using Purpsive Sampling technique, after that the class was divided into two group, i.e. experiments and control classes. The instrumentation of this research used an objective multiple choice test. This test was consisted of four options, and the result of this test had been tested through t-test statistic. The calculation of tcount was 3,27 and ttable was 1,98, and 0,05 on the significant level or tcount > ttable . The conclusion is Ha that explained there are any Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes. This indicated that Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods brings the significant influence to the learning output.

Key Word : Effect of The CTL, Experimental Methods , Learning output.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penulisan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPA Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd. 4. Ketua Prodi Fisika Ibu Erina Hertanti, M.Si.

5. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyikapi semua permasalahan dalam skripsi ini. 6. Bapak Ikbal, S.Pd. MM, selaku Kepala SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Observasi dan penelitian skripsi.

7. Bapak Saprudin, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.

8. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan penelitian skripsi.

9. Ayah Bundaku tercinta yang bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat terus kuliah serta adikku tersayang dan seluruh


(7)

keluargaku yang selalu mendoakan dan mendukung keberhasilan belajar penulis.

10.Sahabat-sahabat Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2005 yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, Juni 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 5

A. Kajian Teori ... 5

1. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 5

a. Landasan Filosofis CTL ... 5

b. Pengertian CTL ... 6

c. Karakteristik Pembelajaran CTL ... 9

d. Manfaat CTL dalam Pembelajaran... 10

e. Langlah-langkah Penerapan CTL ... 13

2. Metode Eksperimen ... 14

a. Pengertian Metode Eksperimen... 14

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 18


(9)

3. Hasil Belajar ... 19

a. Pengertian Belajar... 19

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 21

c. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian ... 22

d. Pengukuran Hasil belajar ... 23

4. Hukum Newton ... 27

a. Hukum I Newton ... 27

b. Hukum II Newton... 28

c. Hukum III Newton ... 29

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Pengajuan Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Desain Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 36

G. Instrumen Penelitian ... 37

H. Variabel Penelitian ... 39

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 39

J. Teknik Pengumpulan Data ... 42

K. Teknis Analisis Data ... 42

L. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

B. Data Penelitian ... 48

1. Deskripsi data Pretest Eksperimen dan Kontrol ... 48


(10)

2. Deskripsi data Posttest Eksperimen dan Kontrol ... 49

3. Deskripsi Normal Gain Eksperimen dan Kontrol ... 51

C. Analisis Data ... 53

1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53

2. Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53

3. Uji Hipotesis ... 54

a. Hipotesis Hasil Pretest Eksperimen dan Kontrol ... 54

b. Hipotesis Hasil Posttest Eksperimen dan Kontrol... 55

c. Uji Normal Gain Eksperimen dan Kontrol... 56

D. Interpretasi Hasil Penellitian ... 57

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 65


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design...34

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 38

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas ... 40

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 41

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 42

Tabel 3.6 Kriteria Normal Gain...47

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol .. 51

Tabel 4.2 Kategorisasi N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 52

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat ... 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest... 54

Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest... 55

Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest ... 56

Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Normal Gain... 57


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Berpikir ... 33 Gambar 3.2 Tahapan dalam Prosedur Penelitian ... 36 Gambar 4.1 Grafik Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol . 49 Gambar 4.2 Grafik Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol 50 Gambar 4.3 Grafik Batang N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 51 Gambar 4.4 Grafik Batang Kategorisasi N-Gain ... 52


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitiaan

Lampiran A.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 65

Lampiran A.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian…………...….. 84

Lampiran A.3 Contoh PerhitunganValiditas dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Penelitian ... ….. 85

Lampiran A.4 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 87

Lampiran A.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ………….. 88

Lampiran A.6 Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 90

Lampiran A.7 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian ….……… 91

Lampiran A.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran A.9 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang dipakai dalam Penelitian ... 95

Lampiran A.10 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Yang Dipakai Dalam Penelitian……….101

Lampiran B Perangkat Pembelajaran ... 102

Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 102

Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 123

Lampiran C Uji Analisis Data ... 132

Lampiran C.1 Data Nilai Pretest – Posttest... 132

Lampiran C.2 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 133

Lampiran C.3 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Kontrol... 139

Lampiran C.4 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 144

Lampiran C.5 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Kontrol ... 150

Lampiran C.7 Uji Homogenitas ... 155

Lampiran C.8 Uji Hipotesis... 159

Lampiran C.9 Uji Normal Gain... 165


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan dan mencapai suatu peningkatan hasil belajar. Dalam proses belajar mengajar, aspek yang paling penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah peran aktif siswa dan keterlibatan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Peran aktif siswa di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada saat mengajar juga berpengaruh kepada peran aktif siswa di dalam kelas. Apabila pada saat mengajar pendekatan yang digunakan bervariasi, maka siswa akan cenderung lebih semangat untuk mengikuti materi pelajaran.

Bervariasinya pendekatan yang digunakan oleh guru bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif agar tercipta suasana belajar yang aktif. Dengan demikian, akan terjadi komunikasi dua arah yaitu antara siswa dan guru. Akan tetapi, sampai saat ini proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan konvensional, dimana dalam pembelajaran tersebut siswa masih dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran. Dengan arti lain, bahwa proses pembelajaran masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.1

Apabila proses pembelajaran hanya menggunakan pembelajaran konvensional tanpa divariasikan dengan pendekatan lain, hal tersebut bisa membuat siswa cenderung bosan untuk mengikuti proses pembelajaran. Padahal proses pembelajaran fisika tidak hanya sekedar memberikan pemahaman kepada siswa tentang pengertian ataupun konsep saja, tetapi siswa juga memerlukan suatu proses berlatih, menemukan dan bereksperimen tentang materi yang di pelajari. Seorang guru harus bisa menciptakan suasana lingkungan belajar yang alamiah, karena Siswa akan belajar lebih baik, apabila lingkungan belajarnya diciptakan

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2009), h 5


(15)

secara alamiah. Siswa akan belajar lebih bermakna apabila siswa sendiri yang mengalami dan merasakan sendiri pengalaman terhadap hal-hal yang telah dipelajarinya, bukan hanya transfer pengetahuan dari gurunya.2 Untuk itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bisa mendorong siswa untuk bisa mengaitkan antara materi yang telah dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen. Pendekatan pembelajaran ini mendorong siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan lewat pengalaman. Dengan siswa merasakan sendiri proses pembelajarannya, maka hal tersebut dapat menjadi dorongan atau motivasi pada diri siswa tersebut untuk belajar dan menambah pengetahuannya.

Pengetahuan bisa didapatkan dimana saja, termasuk di alam. Fenomena-fenomena alam tersebut bisa dipelajari pada mata pelajaran fisika. Karena fisika merupakan ilmu yang mempelajari materi dan interaksinya. Banyak konsep-konsep fisika yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena tersebut. Salah satunya penerapan konsep Hukum Newton. Hukum Newton adalah salah satu materi pada mata pelajaran Fisika yang konsepnya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini di ambil karena sesuai dengan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan CTL melalui metode eksperimen. Pembelajaran CTL melalui metode eksperimen bisa membuat siswa lebih mudah untuk memahami materi pelajaran karena siswa sendiri yang melakukan eksperimen dan bisa menghubungkan materi pelajaran tersebut dengan dunia nyata siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan penulis ingin menuangkannya ke dalam penyusunan atau penulisan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Melalui Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa”.

2

Enjah Takari R, Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Kontekstual, (Bandung, PT. Genesindo, 2008), Cet 1 h, 36


(16)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran di kelas masih bersifat konvensional. 2. Adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. 3. Kurang adanya variasi pendekatan yang digunakan pada proses pembelajaran.

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya akan dibatasi sebagai berikut :

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen.

2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom pada jenjang C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan C4 (Analisis).

3. Konsep fisika yang dibahas adalah konsep hukum Newton.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa.


(17)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Memberikan informasi untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan yang bernilai tentang pendidikan.

3. Memberikan informasi mengenai kemampuan kognitif siswa pada proses pembelajaran.

4. Sebagai informasi untuk mengembangkan upaya guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teori

1. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Landasan Filosofis CTL

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi harus merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya3. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realita). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya suatu pemahaman yang baru.

Alat/sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan cara melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya dari sentuhan indrawi itu, seseorang mengkonstruksi gambaran dunianya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang

3

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), cet.2, h.41


(19)

harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka bangun/miliki sebelumnya.

Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi bukan dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak hanya diartikan sebagai pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental. Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukanlah hal yang statis tetapi suatu proses menjadi tahu. Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan adalah sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan, ditransformasikan dan dikonstruksikan oleh siswa melalui pengalamannya. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit dikonstruksikan dan ditransformasikan sendiri oleh siswa.

b. Pengertian CTL

CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and learning. Konteks berasal dari kata kerja latin contexere yang berarti “menjalin bersama”. Kata konteks merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya


(20)

(Webster’s New World Dictionary).4 Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional; Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan prilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan.5 Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti, yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Pada dasarnya siswa memiliki responsi potensiality (potensi diri) yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah sangat mendasar bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah memperdayakan potensi diri ini sehingga siswa terlatih menangkap makna dan materi yang diajarkan. Ada beberapa pengertian mengenai CTL yang diberikan oleh beberapa para ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.

Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.6 Kelebihan konsep belajar ini yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Kedua, CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan

4

A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung:Mizan Learning Center, 2006), h. 83

5

Ibid, h. 19

6

Agus Suprijono, Coopertive Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h. 79-80


(21)

nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.7

Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.8

Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja (US. Departement of Education the National school-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001). 9

Kelima, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi, 2005:5). 10

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehidupannya. CTL

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), h. 255

8

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional”Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”, (Bandung:Rosdakarya, 2005), cet 2 h. 102

9

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif Progresif Konsep, landasan dan Implementasinya pada Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:Kencana, 2009), Edisi 1 Cet 1, h. 104-105

10

Nurdin, Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar, Jurnal Administrasi PendidikanVol. IX No. 1 (April, 2009), h. 109


(22)

menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana siswa belajar.

Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks diluar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

c. Karakreristik Pembelajaran CTL

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).


(23)

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).11

d. Manfaat CTL dalam Proses Pembelajaran

Manfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih bermakna bagi siswa jika pengetahuan baru siswa diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang lain dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan tujuh komponen dalam CTL yaitu:

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor tersebut sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:

a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.

c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

11


(24)

Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan masalah.

b) Mengamati atau melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

3) Bertanya

Pengetahuan seseorang selalu melalui tahap bertanya. Kegiatan bertanya merupakan sebuah kegiatan kerja produktif. Kegunaan bertanya adalah: menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa, untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar bisa saja terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam CTL, guru disarankan untuk melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan membentuk


(25)

kelompok-kelompok belajar yang heterogen. Disanalah mereka dituntut untuk bertukar pikiran antar sesama siswa dalam proses belajarnya dengan arahan dari guru. Dalam kelompok ini semua menjadi sumber belajar.

5) Pemodelan

Sebuah proses pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Model ini dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, menirukan gerakan, mengucapkan ulang dan lain-lain. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Realisasi dari refleksi dapat berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya pada hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya.

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa dan kemajuan belajar siswa dalam penilaian yang sebenarnya adalah diambil dari proses, bukan melulu hasil dan dengan berbagai cara.


(26)

Karakteristik authentic assesment adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, mengukur keterampilan dan performance (perbuatan) siswa dan bukan hanya mengingat faktanya saja, berkesinambungan, terintegritas dan dapat digunakan sebagai feed back.

Konsep pengetahuan baru siswa juga akan lebih bermakna jika seorang guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa, yaitu setiap orang memiliki semua kecerdasan tersebut. Walau bagaimanapun, tahap dan kombinasi kecerdasan berbeda-beda diantara individu. Dari berbagai kecerdasan tersebut tidak hanya memberi informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih terkesan.

Berdasarkan ke tujuh komponen di atas bisa disimpulkan bahwa CTL adalah suatu pendekatan berbeda, melakukan lebih daripada sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan pengalaman mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam mencari makna pengalaman itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa manusia itu sendiri memiliki kapasitas berperan aktif dalam proses pembelajaran.

e. Langkah-langkah Penerapan CTL

Pembelajaran CTL, seorang guru berperan dalam memilih, menciptakan dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal dan psikologi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berfikir yang dimilikinya.


(27)

Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan CTL di kelas, harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3) Guru membagi kelompok. 4) Melakukan percobaan. 5) Diskusi kelompok.

6) Hasil diskusi dipresentasikan. 7) Menerangkan konsep.

8) Menyimpulkan. 9) Penugasan.

Dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran di atas diharapkan akan lebih mempermudah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.12 Penggunaan teknik mengajar ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri bagaimana jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan mengadakan percobaan sendiri, juga melatih berfikir siswa secara ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian diharapkan dengan metode ini siswa akan termotivasi dan memiliki minat yang tinggi dalam belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan.

12

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008), Cet 7 h. 80


(28)

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.13 Menurut Mulyasa metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.14 Metode eksperimen akan berhasil digunakan untuk mengubah pengetahuan siswa jika mereka melaksanakan tugas-tugas kecil dalam eksperimen. Banyak tugas akan membantu siswa menyusun kembali pengetahuannya dengan menghabiskan sedikit waktu dengan berinteraksi dengan alat-alat, intruksi dan cara kerja serta menghabiskan lebih banyak waktu berdiskusi dan merenung. Kegiatan eksperimen penting dilakukan secara terus menerus untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang mereka temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehingga proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Kegiatan laboratorium akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap fenomena alam, serta menantang untuk berfikir kritis dalam mencari alternatif pemecahan tersebut suatu masalah-masalah. Melatih ketekunan siswa lewat pengamatan, pengumpulan data, analisis data serta mengembangkan daya temu siswa dalam membangkitkan ide-ide, gagasan-gagasan pemikiran di dalam menginterpretasikan masalah-masalah, sehingga siswa tertantang untuk mengembangkan suatu bentuk-bentuk eksperimen baru.

Keberhasilan dalam kegiatan laboratorium akan memberikan perasaan senang secara intrinsik, yang pada akhirnya akan meningkatkan minat belajar siswa. Peningkatan minat belajar siswa dan sikap ilmiah akan bermuara pada peningkatan proses belajar dan kebermaknaan hasil belajar siswa. Metode eksperimen merupakan

13

Sudirman, et.all, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 163

14


(29)

metode pembelajaran yang berupaya mengaktifkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif (keterampilan berfikir) siswa akan berkembang jika guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar melalui kegiatan yang direncanakan. Sementara aspek afektif biasanya dihubungkan dengan percaya diri siswa. Percaya diri akan timbul sedikit demi sedikit karena lingkungan setempat. Artinya karena dalam metode eksperimen pembelajaran terpusat pada siswa dan siswa akan banyak aktif sehingga mereka merasa bahwa mereka bisa dan bisa. Sedangkan aspek psikomotor yaitu menjadikan siswa terampil dalam penggunaan alat, bahan serta penyusunan alat. Dengan demikian diharapkan hasil belajar akan lebih bermakna karena mengaktifkan berbagai aspek yang ada.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan eksperimen adalah sebagai berikut:

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan peralatan yang akan digunakan.

b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.

c) Sebelum diadakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya.

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu mengerjakan percobaan-percobaan yang telah direncanakan dan bila hasilnya belum memuaskan dapat dilakukan eksperimen ulangan untuk membuktikan kebenarannya.

e) Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaannya secara tertulis.15

Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, pelaksana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

15

Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 47


(30)

a) Dalam ekperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c) Siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

e) Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.16

Prosedur pelaksanaan metode ekperimen atau langkah-langkah yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

a) Tetapkan tujuan eksperimen.

b) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan. c) Persiapkan tempat eksperimen.

16


(31)

d) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat–alat yang tersedia.

e) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya.

f) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan.

g) Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang membahayakan.17

b. Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen

Metode eksperimen mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris (menjelajahi) tentang sains dan teknologi; suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuan.

3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya, yang diharapkan dapat membawa manfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

4) Hasil-hasil percobaan yang berharga yang ditemukan dari metode ini dapat memanfaatkan alam yang kaya ini untuk kemakmuran manusia.18

Selain mempunyai kelebihan, metode mengajar dengan eksperimen juga mempunyai kelemahan, antara lain:

1) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang sains dan teknologi.

17

E.Mulyasa, op.cit h. 110

18


(32)

2) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah. 3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

4) Hasil percobaan hanyalah usaha untuk mendekati kebenaran, bukanlah berupa kebenaran mutlak.

5) Dalam kehidupan tidak semua hal dapat dijadikan materi percobaan dan harus dicobakan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan terbatasnya biaya, fasilitas, waktu atau karena merupakan sesuatu yang perlu diterima secara langsung kebenarannya karena menyangkut nilai, moral dan keagamaan atau ketuhanan.

6) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

7) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat dan bahan tertentu daripada guru.19

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar atau yang disebut dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived). 20

19

Ibid, h. 165

20

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:Kisi Brother’s, 2006), h. 76


(33)

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.21 Salah satu ciri bahwa seseorang dikatakan sudah atau telah belajar ialah adanya suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang tersebut. Perubahan itu menyangkut perubahan dalam pengetahuan dan keterampilan atau juga perubahan dalam sikap.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.22 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.23 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Definisi dari belajar di atas mengandung pengertian bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara keseluruhan atas apa yang didapat dari suatu pengalamannya baik dari suatu penglihatan, pengamatan ataupun meniru dari seseorang yang ia anggap paling baik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan serangkaian kegiatan dalam mencapai perubahan tingkah laku, pengetahuan, kepribadian, keterampilan yang diakibatkan oleh terjadinya interaksi antara seseorang dengan

21

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h 10-11

22

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke 4, h. 2

23


(34)

seseorang, seseorang dengan kelompok dan seseorang dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: faktor yang datangnya dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang datangnya dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperolehnya, contohnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya. Faktor ini terdiri atas faktor:

a)Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dan pernah dimiliki.

b)Faktor non intelektif adalah unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosional dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a) Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.


(35)

Faktor-faktor tersebut di atas saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar siswa.24

c. Hasil Belajar sebagai Objek Penilaian

Proses belajar mengajar terdiri dari empat unsur utama yakni tujuan, bahan, metode dan alat penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dalam kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian dan (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler

24

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, PsikologiBelajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 130


(36)

maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

d. Pengukuran Hasil Belajar 1. Pengukuran Ranah Kognitif

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagi konsep fungsi dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hapalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental. Pada ranah ini terdapat enam jenjang berpikir mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: (1) pengetahuan/ingatan (knowledge), (2) pengetahuan (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis) dan (5) evaluasi (evaluation). Pada tahun 2001 Anderson dan Krathwohl melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom menjadi: (1) Remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam jenjang kemampuan yakni hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (C5) dan evaluasi (C6).25

2. Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang yang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru.

25

Ahmad Sofyan, et all., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h 15


(37)

Para guru lebih banyak menilai ranah kogntif semata-mata. Tipe belajar hasil afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.

Ranah afektif ini dirinci oleh Kathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian atau penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian atau penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization) dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value or value complex). Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif diklasifikasikan oleh David Kathwohl ke dalam jenjang secara hierarkis, yaitu: "Receiving" meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu nilai dan keyakinan. "Responding" meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. "Valuing" meliputi pemilikan serta pelekatan pada suatu nilai tertentu. "Organization" meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. "Characterization" mencakup pengembangan nilai-nilai menjadi karakter pribadi.26

Kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks, yaitu:

26


(38)

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Tipe ini contohnya kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangaan diri dari nilai ke dalam suatu sistem dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.27

Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap dan internalisasi nilai.

27

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h 30


(39)

3. Pengukuran Ranah Psikomotor

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1956) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.28

Proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe belajar hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu lagi diberikan penilaian. Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu secara garis besarnya berasal dari faktor internal (diri siswa sendiri) dan eksternal (dari luar siswa sendiri). Adapun faktor yang datang dari diri sendiri bisa diakibatkan oleh kemampuan dan keinginan yang kurang atau boleh dibilang mempunyai IQ yang pas-pasan sehingga dapat menyebabkan penurunan dalam belajarnya. Sedangkan faktor yang dari luar diri siswa yaitu bisa disebabkan oleh

28


(40)

keadaan keluarganya ataupun lingkungannya yang kurang mendukung dalam proses belajarnya.

4. Hukum Newton a. Hukum I Newton

Orang Yunani kuno, telah menyusun suatu hipotesis bahwa terdapat dua macam gerak, yaitu gerak di bumi dan gerak di angkasa luar. Setiap gerakan di bumi pada akhirnya cenderung untuk diam, sedangkan gerakan di angkasa luar tidak pernah berhenti. Jadi, apakah yang menyebabkan benda berhenti? Tentu saja gaya gesek. Menurut Newton, jika tidak ada gaya gesekan maka benda akan terus bergerak selamanya sampai dihentikan dan benda yang diam akan diam selamanya sampai diberikan gerakan. Sebuah bola tidak akan tiba-tiba terbang ke arahmu jika tidak ada yang melemparnya. Jika tidak ada yang menghentikan gerakan suatu benda, benda akan terus bergerak. Kecenderungan inilah yang disebut inersia oleh Newton, dan bunyi dari hukum I Newton adalah sebagai berikut:

“Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam (mempertahankan keadaan diamnya) dan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kelajuan tetap (mempertahankan keadaan geraknya).”

Hukum I Newton juga dikenal sebagai hukum kelembaman. Contoh sifat kelembaman benda adalah:

1. Benda yang mula-mula bergerak akan mempertahankan geraknya. Contohnya, ketika kamu berada di dalam bus yang sedang berjalan, kamu akan merasa terdorong ke depan ketika bus direm dengan tiba-tiba. Oleh karena itu, pengendara mobil dianjurkan memakai sabuk pengaman. Hal ini bertujuan umtuk menghindari cedera akibat benturan jika mobil direm mendadak atau mobil mengalami kecelakaan.


(41)

2. Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya. Contohnya, ketika kamu membonceng motor, sesaat motor akan berjalan seolah-olah kamu terdorong ke belakang. Hal ini karena kamu mempertahankan keadaan diam sehingga kamu terdorong ke belakang. Oleh karena itu, jangan lupa pegangan jika kamu membonceng motor.

b. Hukum II Newton

Percepatan adalah pertambahan kecepatan setiap satuan waktu. Percepatan dilambangkan a dan mempunyai satuan m/s2.

2 / /

tan

s m s

s m waktu

kecepa

a= = =

1. Hubungan antara Percepatan dengan Resultan Gaya

a. Doronglah sebuah meja agak besar seorang diri dengan pelan, kemudian doronglah dengan kuat! Meja akan bergerak semakin cepat. Misal didorong dengan kuat, meja memiliki percepatan 2 m/s2 (dengan satu gaya).

b. Sekarang berdua dengan temanmu, doronglah meja tersebut. Meja akan terdorong lebih cepat dibandingkan jika kamu mendorongnya seorang diri. Dapat dikatakan bahwa percepatan meja makin besar, misalnya jika didorong oleh satu orang a = 2 m/s2, jika didorong oleh dua orang a = 4 m/s2 (dengan dua gaya).

c. Dapat disimpulkan bahwa makin besar gaya makin besar percepatan. Jadi, percepatan sebanding dengan gaya yang bekerja.

2. Hubungan antara Percepatan dengan Massa benda

a. Doronglah sebuah meja sampai meja bergerak sehingga meja memiliki percepatan. Misalnya, percepatan (a) meja 2 m/s2.

b. Sekarang tambahkan 1 meja lagi ditumpuk di atas meja yang kamu dorong tadi! Meja akan bergerak lebih lambat. Dalam hal ini, berarti


(42)

kamu menambahkan besar massa tetapi gaya tetap karena dua meja ini kamu dorong sendiri.

c. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa, makin kecil percepatan. Jadi, percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.

Apabila hubungan antara percepatan dengan resultan gaya dan hubungan antara percepatan dengan massa benda digabung, maka didapat teori yang dikenal dengan Hukum II Newton. Hukum II Newton menyatakan:

“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda.”

Secara matematis dapat ditulis: m

F

a =Σ atau ΣF =ma Di mana:

F = gaya (N) m = massa (kg) a = percepatan (m/s2) c. Hukum III Newton

Ketika jari kaki kita terantuk batu, berarti kamu memberi gaya aksi kepada batu. Sebagai balasannya, batu memberi gaya reaksi ke kakimu sehingga kakimu terasa sakit. Begitu pula ketika tanganmu bersandar pada tembok, kamu tidak jatuh karena tanganmu memberi gaya aksi ke tembok. Sebaliknya, tembok memberi gaya reaksi ke tanganmu. Kita bebas memberi nama gaya aksi dan gaya reaksi tersebut, misalnya ketika kaki tersandung batu, kaki memberi gaya reaksi dan batu memberi gaya aksi, atau sebaliknya. Kedua gaya terjadi bersamaan dan arahnya berlawanan. Oleh karena itu, besar gaya aksi = gaya reaksi. Dapat disimpulkan bahwa besar gaya aksi sama dengan gaya reaksi. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum III Newton, yang berbunyi:


(43)

“Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A. Gaya tersebut besarnya sama tetapi arahnya berlawanan”.

Secara sistematis dapat dinyatakan:

aksi Aksi F

F = Re

Hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati pada peristiwa berikut.

1. Ketika kita berjalan kaki di atas lantai, telapak kaki mendorong lantai ke belakang sebagai aksi, dan lantai mendorong kaki ke depan sebagai reaksi.

2. Ketika kita berenang, kaki mendorong air ke belakang sebagai aksi, dan air mendorong kaki ke depan sebagai reaksi.

Gaya reaksi berbeda dengan keseimbangan. Perbedaan gaya aksi-reaksi dengan keseimbangan antara lain sebagai berikut.

1. Gaya aksi dan gaya reaksi tidak akan saling meniadakan karena gaya aksi dan gaya reaksi tidak pernah bekerja pada satu benda. Dengan kata lain, gaya aksi dan gaya reaksi tidak pernah membentuk keseimbangan.

2. Keseimbangan terjadi antara lain jika dua gaya sama besar dan berlawanan arah bekerja pada satu benda (bukan pada dua benda).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian dengan penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Qomariah melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penerapan Contextual Teaching and Learning dengan Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan pendekatan CTL dengan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa tersebut mengalami peningkatan.29

29

Qomariah, Pengaruh Penerapan Contextual Teaching andLearning dengan Metode EksperimenterhadapHasilBelajar, (skripsi UIN Jakarta, 2002)


(44)

Penelitian Syibromalisi mengenai “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Konsep Fungsi Makanan melalui LKS dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual” menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual melalui media LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.30

Penelitian Darmawan (2005), yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan”. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hal ini dapat dilhat dari hasil uji t pada data pretest yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas kontrol dengan kelas eksperimen, hasil dapat dilihat dari nilai rata-rata gain kelas kontrol sebesar 0,13 dan rata-rata gain kelas eksperimen 0,2631 dengan demikian terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Penelitian Farida (2009) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar pada Konsep Pencemaran Lingkungan Bernuansa Nilai” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen adalah sebesar 75,12 dan kelas kontrol adalah 60,05 serta hasil uji t diperoleh thit 5,43 dan ttab sebesar 1,91, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil biologi siswa yang diajar dengan CTL dengan siswa yang diajar dengan konvensional.32

Penelitian Rahmawati (2009) yang berjudul “ Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pengelolaan Lingkungan Terintegrasi Nilai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 57% dan kelas control sebesar 45%. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan kelas eksperimen lebih

30

Iib Syibromalisi, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Konsep Fungsi Makanan Melalui LKS dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, (skripsi UIN Jakarta, 2007)

31

Angga Adil Darmawan, Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan, tersedia di http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0314106-141730/

32

Ida Farida, Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar pada Konsep PencemaranLingkunganBernuansaNilai, (Skripsi UIN Jakarta, 2009)


(45)

efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan kelas kontrol. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. 33

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting, karena dengan pendidikan manusia bisa mendapat ilmu pengetahuan, mendapatkan tata cara bersosialisasi sehingga ia dapat mempelajari misteri-misteri yang terjadi di alam dan meningkatkan kualitas hidupnya sejajar dengan manusia lainnya di dunia.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada pada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran adalah hal yang paling utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka, sedangkan Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.

33

Lina Rahmawati, Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pengelolaan Lingkungan Terintegrasi Nilai, (Skripsi UIN Jakarta, 2009)


(46)

Seorang siswa apabila terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran, maka hal tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan pada diri siswa tentang materi yang dipelajari, selain itu siswa bisa menghubungkan antara materi yang telah dipelajari dengan melakukan eksperimen. Apabila pada diri siswa sudah paham dan mengerti tentang konsep materi yang akan dipelajari maka hal tersebut bisa meningkatkan hasil belajarnya.

Diagram Alir dari Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Diagram Alir dari Kerangka Berpikir

D. Pengajuan Hipotesis

Pengajuan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Ho : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Belajar

Faktor Internal

Melakukan Eksperimen

Hasil Belajar Penerimaan dan

Penguasaan Konsep

Meningkatkan Keterlibatan Siswa

Menghubungkan Pikiran dan

Tindakan

Mengaktifkan Siswa

Faktor Eksternal

CTL Melalui Metode Eksperimen


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, yaitu pada bulan Januari tahun ajaran 2009/2010.

B. Metode Penelitian

.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Dalam penelitian quasi eksperimen tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Sebelum pembelajaran dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pretest untuk melihat kemampuan awal siswa kemudian dilakukan posttest yaitu untuk melihat hasil belajar siswa.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu Nonrandomized Control Group Pretest-Postest Design, dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian ini terlihat pada tabel berikut:34

Tabel 3.1

Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design

Kelompok Tes Awal Perlakuan (X) Tes Akhir

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

34

Liche Seniati et.all, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 126


(48)

keterangan:

O1: Pretest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan

X1: Perlakuan berupa Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen

X2: Perlakuan berupa metode Demonstrasi

O2: Posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan

D. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.35 Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang terdaftar sebagai siswa pada tahun pelajaran 2009/2010. Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 6 Kota Tangerang selatan, tahun ajaran 2009/2010.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.36 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP sebanyak 60 siswa yang terdiri dari dua kelas yang masing-masing berjumlah 30 orang, yaitu 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa sebagai kelompok kontrol.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sample yang dilakukan dengan cara mengambil subjek tidak didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. 37

35

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), h. 130

36

Ibid, h. 131

37


(49)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian. Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat lebih jelas pada gambar 3.1

Gambar 3.1. Tahapan dalam Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan

a. Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.

Penarikan Kesimpulan Pengolahan dan Analisis

Data Penelitian

KBM dengan CTL melalui Metode

Eksperimen (Kelompok Eksperimen)

KBM dengan Metode Demonstrasi (Kelompok Kontrol) Survei Tempat Uji Coba

Instrumen dan Penelitian Penyusunan Instrumen

Penelitian dan RPP Uji Coba Instrumen Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen

Tahap Pelaksanaan

Penelitian

Pretest

Pelaksanaan Pembelajaran

Posttest

Tahap Akhir Penelitian Tahap Persiapan Sebelum Penelitian


(50)

c. Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang diujikan. Kemudian mempersiapkan LKS, desain alat evaluasi serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran di kelas eksperimen.

d. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan memperbaiki instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Memberikan tes awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan.

c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen.

d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dengan menggunakan metode demonstrasi.

e. Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3. Tahap Akhir Penelitian a. Analisis data

b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data

G. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk tes, tes yang digunakan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang memiliki 4 jawaban (a, b, c dan d). Skor yang digunakan untuk setiap soal adalah bernilai satu untuk jawaban


(51)

yang benar dan bernilai nol untuk jawaban yang salah. Instrumen penelitian akan di uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Sebelum di uji validitas, jumlahnya 36 soal dengan C1, C2, C3 dan C4 masing-masing berjumlah 9 soal, dengan taraf kesukaran soal mudah dan sukar masing-masing 25% dan soal sedang sebanyak 50%. Tabel kisi-kisi instrumen penelitian dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Aspek Kognitif Kompetensi

Dasar

Indikator

Pembelajaran C1 C2 C3 C4

Soal Mendemonstrasikan

Hukum I Newton secara sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 2, 11*, 16, 27*, 7*, 13* 8*, 17*, 23* 19*, 22, 26* 12 Mendemonstrasikan Hukum II Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 1*, 18, 31 12*, 21, 34 6*, 29, 36 14*, 15* 30 12 Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari Mendemonstrasikan Hukum III Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

20*, 35 10*, 24*, 32, 9 3*, 5*, 33 4, 25, 28*, 12

∑Soal 9 9 9 9 36

Presentase Soal 25% 25% 25% 25% 100

% Keterangan:*soal yang digunakan dalam penelitian


(52)

H. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu varibel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah variabel yang bersifat mempengaruhi variabel terikat sedangkan variabel terikat adalah variabel yang bersifat dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas dan variabel terikat itu adalah:

1. Variabel bebas: Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode ekperimen dan demonstrasi

2. Variabel terikat: Hasil belajar siswa I. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sejumlah tes dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi prasyarat tes yaitu memiliki validitas dan reabilitas yang baik. Dalam penelitian ini pengujian validitas yang digunakan adalah validitas isi, sebuah tes dikatakan validitas isi apabila tes tersebut mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi dan isi pelajaran yang diberikan.

1. Uji validitas butir soal

Pengujian validitas butir soal dengan menggunakan korelasi point biserial q p t t p S M M pbi − = γ keterangan: phi

γ = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = ruhsiswa jumlahselu nar iswayangbe banyaknyas p


(53)

(q = 1 - p)38 2. Uji Reliabilitas

Perhitungan reabilitas menggunakan rumus KR-20 yaitu sebagai berikut: ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

=

2

2 11 1 S pq S n n r keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(q = 1 - p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)39

Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3

Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Interval Koefisien Kriteria

0,8 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi 0,40 ≤ r < 0,70 Sedang

0,2 ≤ r < 0,40 Rendah

< 0,20 Kecil40

3. Taraf kesukaran

Pengujian terhadap derajat kesukaran tiap soal menggunakan rumus:

38

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 79

39

Ibid, h. 100-101

40

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.32


(54)

s J Β = Ρ keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah seluruh siswa peserta tes41

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Indeks Kesukaran Interval Koefisien Kriteria

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Soal mudah42

4. Daya pembeda

Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut:

B A B B A A

P P J B J B

D= − = −

keterangan:

D = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar43 Klasifikasi daya pembeda:

41

Suharsimi Arikunto, op. cit, h.207-208

42

Ibid, h. 110

43


(1)

983 , 1

0168 , 0 000 , 2 =

− =

Sehingga didapat ttabel = 1,983

Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung sebesar 1,983 dan thitung = 3,276. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel < thitung atau 1,983 < 3,276. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95 hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.


(2)

pretest skor

ideal skor Gain

N

− =

Eksperimen

No Pretest Posstest N-Gain Kategori

1 15 80 0,76 Tinggi 2 50 80 0,60 Sedang 3 35 85 0,77 Tinggi 4 35 75 0,62 Sedang 5 30 90 0,71 Tinggi 6 45 90 0,82 Tinggi 7 40 80 0,67 Sedang 8 35 85 0,77 Tinggi 9 25 95 0,93 Tinggi 10 35 80 0,69 Sedang 11 40 90 0,83 Tinggi 12 45 85 0,73 Tinggi 13 35 85 0,77 Tinggi 14 50 70 0,40 Sedang 15 50 70 0,40 Sedang 16 30 95 0,93 Tinggi 17 40 85 0,75 Tinggi 18 50 55 0,10 Rendah 19 40 70 0,50 Sedang 20 50 85 0,70 Sedang 21 40 80 0,67 Sedang 22 25 90 0,87 Tinggi 23 40 80 0,67 Sedang 24 40 70 0,50 Sedang 25 40 85 0,75 Tinggi 26 30 80 0,71 Tinggi 27 45 90 0,82 Tinggi 28 45 65 0,36 Sedang 29 45 65 0,36 Sedang 30 30 80 0,71 Tinggi


(3)

= 0,93 – 0,10 = 0,83

Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 Log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 1 + 4,85 = 5,85 ≈ 6 Panjang Kelas (i) = 0,13

6 83 , 0

= =

BK R

Tabel Distribusi Frekuensi

Kelas Nilai Tengah

(xi)

Frekuensi (fi)

fi . xi fi . xi2

0,1 – 0,23 0,16 1 0,165 0,027 0,24 – 0,37 0,30 2 0,61 0,186 0,38 – 0,51 0,44 4 1,78 0,792 0,52 – 0,65 0,58 2 1,17 0,684 0,66 – 0,79 0,72 14 10,87 7,884 0,80 – 0,93 0,86 7 5,19 4,489

Jumlah

(∑) 3,09 30 19,79 14,06

a. Rata-Rata (x) 65 , 0 30

79 , 19

= =

=

n

fx

x i (termasuk kategori sedang)

b. Simpangan Standar (Standar Deviasi)

(

)

(

)

18 , 0 03 , 0 29

01 , 1 1

30 30

79 , 19 06 , 14 1

2 2

2

= =

= −

− =

− − =

fi fi fixi fixi

S


(4)

pretest skor

ideal skor Gain

N

− =

Kontrol

No Pretest Posstest N-Gain Kategori

1 25 65 0,53 Sedang 2 40 60 0,33 Sedang 3 40 50 0,17 Rendah 4 25 80 0,73 Tinggi 5 35 70 0,54 Sedang 6 25 70 0,60 Sedang 7 45 65 0,36 Sedang 8 45 80 0,64 Sedang

9 30 65 0,50 Sedng

10 30 80 0,71 Tinggi 11 45 70 0,45 Sedang 12 40 75 0,58 Sedang 13 35 80 0,69 Sedang 14 50 75 0,50 Sedang 15 35 85 0,77 Tinggi 16 50 75 0,50 Sedang 17 40 80 0,67 Sedang 18 50 60 0,20 Rendah 19 50 70 0,40 Sedang 20 35 90 0,85 Tinggi 21 50 65 0,30 Sedang 22 15 65 0,59 Sedang 23 35 80 0,69 Sedang 24 30 70 0,57 Sedang 25 35 85 0,77 Tinggi 26 25 60 0,47 Sedang 27 30 65 0,50 Sedang 28 45 80 0,64 Sedang 29 35 70 0,54 Sedang 30 30 90 0,86 Tinggi


(5)

= 0,86 – 0,17 = 0,69

Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 Log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 1 + 4,85 = 5,85 ≈ 6 Panjang Kelas (i) = 0,11

6 69 , 0

= =

BK R

Tabel Distribusi Frekuensi

Kelas Nilai Tengah

(xi)

Frekuensi (fi)

fi . xi fi . xi2

0,17 – 0,28 0,225 2 0,45 0,101 0,29 – 0,40 0,345 3 1,035 0,357 0,41 – 0,52 0,465 7 3,255 1,513 0,53 – 0,64 0,585 9 5,265 3,080 0,65 – 0,76 0,705 5 3,525 2,485 0,77 – 0,88 0,825 4 3.34 2,722

Jumlah

(∑) 3,15 30 16,83 10,25

c. Rata-Rata (x) 56 , 0 30

83 , 16

= =

=

n

fx

x i (termasuk kategori sedang)

d. Simpangan Standar (Standar Deviasi)

(

)

(

)

16 , 0 02 , 0 29

81 , 0 1

30 30

83 , 16 25 , 10 1

2 2

2

= =

= −

− =

− − =

fi fi fixi fixi

S


(6)

2 1 n n

Sg +

Dimana :

(

)

(

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − + − + − = n n S n S n Sg

(

)

(

)

15 , 0 02 , 0 58 45 , 1 2 30 30 02 , 0 1 30 03 , 0 1 30 = = = − + × − + × − = g S Sehingga: 4 , 2 25 , 0 15 , 0 09 , 0 30 1 30 1 56 , 0 65 , 0 = × = + − = g S t

ttabel untuk (dk) = (n1-1) + (n2-1) = 58 dengan α = 0,05 didapat ttabel = 1,982

Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung sebesar 2,4 dan ttabel = 1,982. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel < thitung atau 1,982 < 2,4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok kontrol.


Dokumen yang terkait

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi

2 12 149

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (ctl) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa

0 14 195

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141