commit to user
Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS  RSUD Dr.Moewardi, 2012
25 akut.
16
Pasien  TB  yang  sedang  dalam  pengobatan  OAT  menunjukkan  gejala  hepatitis akut  maka  dapat  dijadikan  acuan  diagnosis  hepatotoksisitas  imbas  OAT  telah
terjadi.
16,27,31
Cidera  pada  hati  baik  akut  atau  kronis  akhirnya  menghasilkan  peningkatan konsentrasi  serum  aminotransferase.  Aspartate  aminotransferase  AST  dan  alanine
aminotransferase ALT adalah enzim-enzim yang mengkatalisis transfer grup
α-amino dari  aspartate  dan  alanine  ke  grup  α-keto  dari  ketoglutaric  acid  untuk  membentuk
oxaloacetic  acid dan pyruvic acid,  yang memberi kontribusi penting pada siklus  citric
acid .
19
Kedua  aminotransferase  terdapat  pada  konsentrasi  tinggi  di  dalam  hati. Aspartate  aminotransferase
AST  juga  secara  difus  digambarkan  di  dalam  jantung, otot skeletal, ginjal, otak, dan sel darah merah, ALT berada dalam konsentrasi rendah di
dalam otot skeletal dan ginjal, peningkatan serum ALT lebih spesifik untuk kerusakan hati.  Alanine  aminotransferase  berlokasi  hanya  di  dalam  sitoplasma  selular  di  hati,
berada  di  cytosolic  20  dari  aktivitas  total  dan  mitokondria  80  dari  aktivitas total.
19,35
Clearance  aminotransferase  dibawa  keluar  dari  hati  oleh  sel  sinusoidal. Waktu paruh ALT di dalam sirkulasi sekitar 47 jam dan untuk AST sekitar 17 jam.
19
2.8. PERAN N-ACETYLCYSTEINE MENCEGAH HEPATOTOKSISITAS
Penelitian  pada  binatang  telah  menunjukkan  bahwa  isoniazid  dan  rifampisin menginduksi  cidera  oksidatif  dapat  dicegah  dengan  N-acetylcysteine  NAC  yang
membantu  mekanisme  pertahanan  antioksidan  selular.
5
N-acetyl-cysteine  bahan  untuk sintesis  glutathione,  menghambat  cidera  hati  karena  isoniazid  pada  tikus,  dengan
hubungan  yang  tidak  diketahui  pada  manusia.
17
Observasi  efek  hepatoprotektif  N- acetylcysteine
pada  tikus  yang  diobati  dengan  isoniazid  dan  rifampisin  lebih mendukung  keterlibatan  stres  oksidatif.  Pasien  TB  dengan  antituberculosis  drug-
induced  hepatitis ATDH  memiliki  penurunan  kadar  glutathione  plasma  dan  kadar
malondialdehid lebih  tinggi,  yang  merupakan  parameter  dari  sebuah  stress  oksidatif,
mungkin sebagai akibat terapi antituberkulosis.
14
commit to user
Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS  RSUD Dr.Moewardi, 2012
26 Satu penelitian telah melaporkan perbaikan histopatologi hati dan pengurangan
stress oksidatif oleh NAC pada non-alcoholic fatty steatosis NASH pada tikus model. Penelitian baru telah melaporkan penurunan signifikan steatosis hati dan fibrosis pada
pasien  dengan  NASH  yang  mendapat  metformin  dan  NAC.  Kemampuan  NAC mengeblok perkembangan lipid peroksidase ditunjukkan dalam pencegahan onset non-
alcoholic  fatty  liver  disease NAFLD  dengan  pemberian  S-nitroso-N-acetylcysteine
pada tikus dan perbaikan histologi hati pada tikus dengan NASH setelah terapi NAC.
25
2.9. N-ACETYLCYSTEINE
SEBAGAI PREKURSOR GLUTATHIONE
N-acetylcysteine NAC dikenal sebagai antioksidan kimia nontoksik digunakan
mengobati  berbagai  gangguan.
15
N-acetylcysteine  adalah  bentuk  modifikasi  dari  asam amino  cysteine,  dengan  atom  nitrogen  dari  grup  amino  ditempelkan  ke  grup  acetyl.
Rumus  kimianya  adalah  C
5
H
9
NO
3
S,  berat  molekul  163,2  gmol.  Bentuk  N-acetyl  dari cysteine
mempermudah  penyerapan  oleh  tubuh.  Obat  bisa  diberikan  secara  oral, intravena,  dan  melalui  nebulizer  respiratorik.  N-acetylcysteine  diserap  cepat  setelah
pemberian  secara  oral  baik  pada  binatang  maupun  manusia.  Konsentrasi  plasma maksimum dicapai 2-3 jam setelah pemberian dan waktu paruh 6,3 jam.
39-41
Metabolisme  ekstensif  NAC  terjadi  di  hati  dan  usus  kecil  tempat  terjadi deasetilasi. Deasetilasi adalah proses enzimatik esensial untuk membentuk glutathione.
Metabolisme pada manusia terutama dikatalisis oleh enzim acylase I N-acylamino acid amidohydrolase  termasuk  kelompok  enzim  acylase,  yaitu  enzim  cytosolic  yang
mengkatalisis deasetilasi N-acyl-L-amino acids sehingga menghasilkan asam lemak dan asam amino.
42
Setelah dideasetilasi, NAC menjadi L-cysteine, masuk ke dalam sel dan berperan  sebagai  prekursor  sintesis  glutathione.  Cysteine  yang  terbentuk  bergabung
dengan  glutamate  membentuk  glutamylcysteine  dikatalisis  oleh  enzim  glutamate- cysteine  ligase
.  Selanjutnya  glutamylcysteine  bergabung  dengan  glycine  membentuk glutathione
GSH  dengan  dikatalisis  enzim  glutathione  synthase.  N-acetylcysteine bermanfaat  mencegah  deplesi  glutathione  dan  atau  meningkatkan  tingkat  glutathione
commit to user
Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS  RSUD Dr.Moewardi, 2012
27 hepatik.  Deasetilasi  sangat  efisien,  dalam  sirkulasi  vena  porta,  konsentrasi  metabolit
300 - 500 lebih tinggi dibanding obat induk.
42-46
Peran  klinis  utama  NAC  adalah  pengobatan  overdosis  acetaminophen. Acetaminophen
dimetabolisme  oleh  hati,  menghasilkan  N-acetylbenzoquinoneimine NAPQI yang menyebabkan deplesi glutathione hepatik. Pemberian NAC mengisi lagi
persediaan  glutathione  dan  mengurangi  cidera  hati.  Pengobatan  efektif  terutama  jika diberikan  dalam  10  jam  dari  overdosis.
41
Kecuali  penggunaan  NAC  untuk  keracunan acetaminophen
tidak ada antidotum spesifik terhadap setiap obat.
31
Dosis besar NAC biasanya diberikan untuk merespons overdosis acetaminophen yaitu  loading  dose  140  mgkg  dilanjutkan  dosis  maintenance  70  mgkg  tiap  4  jam
sampai acetaminophen serum tidak terdeteksi. Dosis tersebut dapat menyebabkan mual, muntah,  gangguan  gastrointestinal,  rash,  pruritus,  angioedema,  bronkospasme,
takikardi, hipotensi atau hipertensi, tetapi kejadian-kejadian tersebut jarang.
47,48
Efek antioksidan secara langsung dan tak langsung ditunjukkan oleh NAC. Efek langsung  ini  adalah  interaksi  dengan  kelompok  elektrofilik  [radikal  hidroksil  -OH]
reactive oxygen species ROS.  Interaksi dengan ROS ini menyebabkan pembentukan
intermediate thiol  NAC,  dengan  NAC  disulfide  sebagai  hasil  akhir  utama.  Efek
antioksidan  tak  langsung  NAC  berhubungan  dengan  perannya  sebagai  prekursor glutathione
. Glutathione adalah tripeptida yang terbuat dari glutamic acid, cysteine, dan glycine
.  Pemeliharaan  adekuat    kadar  glutathione  intraseluler  penting  untuk menanggulangi efek buruk zat toksik.
41,43
Glutathione memainkan  peran  kunci  dalam  pertahanan  seluler  melawan
kerusakan  oksidatif.  Glutathione  tidak  dapat  masuk  sel  hepatik,  karena  itu  harus disintesis in situ dari prekursornya glycine, glutamate, dan cysteine. Komponen cysteine
terbatas,  dan  kelompok  sulfhidril  cysteine  memberikan  glutathione  kekuatan antioksidan.
41
Ketersediaan  asam  amino  untuk  pengaturan  sintesis  glutathione  adalah faktor fundamental. Glutamic acid dan glycine tersedia berlimpah-limpah dalam tingkat
seluler,  tetapi  tidak  demikian  dengan  cysteine,  maka  sintesis  glutathione  bergantung pada  ketersediaan  cysteine.  Tidak  mungkin  memberikan  cysteine  dalam  bentuk  aktif
commit to user
Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS  RSUD Dr.Moewardi, 2012
28 yaitu L-cysteine, sebab absorbsi yang rendah di usus, daya larut dalam air yang buruk
dan metabolisme hepatik yang cepat.
42,43
Glutathione γ-glutamylcysteinyl  glycine  diklasifikasikan  sebagai  tripeptida
yang ditemukan di setiap bagian tubuh, khususnya di paru, saluran intestinal, dan hati. Tubuh  memproduksi  dan  menyimpan  glutathione  paling  banyak  di  dalam  hati.
Glutathione tersebut  digunakan  untuk  detoksifikasi  komponen  berbahaya  sehingga
dapat dikeluarkan dari tubuh melalui empedu.
49,50
Homeostasis glutathione intraseluler memainkan  peran  utama  dalam  memelihara  lingkungan  reduksi—oksidasi  redoks
intraselular  dan  mengatur  sejumlah  fungsi  selular  penting.  Salah  satu  kejadian  awal pada banyak respons inflamasi adalah penurunan glutathione intraselular.
51
Glutathione berimplikasi  dalam  banyak  fungsi  selular,  termasuk  sintesis  dan
degradasi  protein  dan  deoxyribo  nucleic  acid  DNA.  Lingkungan  redoks  intraselular terutama dikontrol oleh glutathione-redox yang didefinisikan sebagai rasio glutathione
tereduksi  GSH  terhadap  glutathione  teroksidasi  GSSG  dan  memainkan  peran penting  dalam  memelihara  homeostasis  selular  dan  berbagai  fungsi  fisiologis.
51
Obat, infeksi,  dan  inflamasi  di  dalam  hati  dapat  meningkatkan  pembentukan  ROS  danatau
menurunkan  kadar  GSH  dan  menyebabkan  pergeseran  status  redoks  selular  hepatosit menjadi lebih teroksidasi. Perubahan keseimbangan redoks normal dapat mengganggu
jalur signaling dalam hepatosit dan bisa menjadi mekanisme penting dalam memediasi patogenesis banyak penyakit hati.
51,52
Sel-sel  eukariotik  mempunyai  tiga  reservoir  utama  GSH.  Hampir  90  GSH selular  berada  di  dalam  sitosol,  10  di  dalam  mitokondria,  dan  presentase  kecil  di
dalam retikulum endoplasma RE. Glutathione tereduksi GSH diimplikasikan dalam bentuk  ikatan  protein  disulfide  di  dalam  RE,  rasio  GSH:  GSSG  adalah  3:1.  Rasio
melebihi  10:1  di  dalam  sitoplasma  dan  mitokondria.
44-46
Keseimbangan  redoks glutathione
dalam  makrofag  penting  untuk  meningkatkan  respons  imun  alamiah  dan juga  berimplikasi  dalam  banyak  kondisi  patologis,  mengindikasikan  kemungkinan
potensi digunakan sebagai alat terapeutik.
51
commit to user
Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS  RSUD Dr.Moewardi, 2012
29
2.10. SINTESIS GLUTATHIONE