35
pada siklus I pertemuan 1 sebesar 52,32, siklus II pertemuan 3 mencapai 88,54. Aspek menyelesaikan semua tugas kelompok pada siklus I
pertemuan 1 sebesar 53,21, siklus II pertemuan 3 mencapai 89,64. Aspek kerjasama kelompok pada siklus I pertemuan 1 sebesar 51,79, siklus
II pertemuan 3 mencapai 89,46. 2 Aspek kognitif siswa mengalami peningkatan dilihat dari nilai rata-rata
pretest siklus I sebesar 5,51, posttest siklus II mencapai 8,01. 3 Aspek Psikomotor mengalami peningkatan, nilai
rata-rata LKS pertama sebesar 8,12, LKS keempat meningkat menjadi 9,19. Hasil prestasi belajar siswa tersebut sudah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model Creative Problem Solving CPS dapat meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa melalui tahapan-tahapan yang terdapat dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran ini dapat lebih optimal lagi dalam
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa bila diikuti dengan pengelolaan kelas yang baik oleh guru dan perencanaan pembelajaran yang
matang. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama memberikan tindakan dengan model
Creative Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar dan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Sedangkan yang berbeda adalah variabel penelitiannya.
G. Kerangka Berfikir
Berdasarkan observasi kelas, pengamatan sewaktu kegiatan PPL dan wawancara yang dilakukan kepada guru mata pelajaran Ilmu Ukur Tanah jurusa
TGB SMK Negeri 2 depok, keanekaragaman karakter masing-masing individu
36
siswa mewarnai kondisi kelas X TGB saat kegiatan pembelajaran, di dalam kelas ada yang siswanya begitu aktif, ada siswanya yang kadang aktif kadang pasif,
dan ada juga siswa yang sangat pasif. Dalam proses pembelajaran masih terlihat jelas banyak siswa yang masih
kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, para siswa masih banyak yang bermain sendiri atau dengan teman, tidur didalam kelas, bermain
dengan gadget dan kegiatan yang lainya. Kegiatan-kegiatan yang tidak mendukung seperti diatas sangat memungkinkan untuk menyulitkan guru untuk
mengetahui daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Sikap siswa yang lebih banyak pasif tentunya bukan yang diharapkan dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Kreativitas siswa tentunya harapan yang ingin dicapai, tetapi masih belum
dapat terlihat dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas, hal tersebut dapat dilihat pada saat sesi Tanya jawab atau diskusi yang terlihat dari jawaban-
jawaban siswa yang masih texts book. Hal-hal tersebut jelas akan berpengaruh
pada kompetensi siswa yang rendah. Maka dari permasalahan-permasalahan yang terjadi diperlukan upaya Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga
dipilih dengan penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving. Model
Creative Problem Solving merupakan model dengan pendekatan kontruksivisme, di mana yang menjadi pusat pembelajaran adalah siswa, siswa akan lebih
dituntut aktif, kreatif dan inovatif untuk memunculkan ide dan gagasan untuk mencari pemecahan dari permasalahan yang ada. Dengan penerapan model ini
diharapkan akan ada peningkatan dari kompetensi siswa. Dapat dilihat dalam
37
table siklus penerapan model creative problem solving pada gambar 1 sebagai
berikut.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
H. Hipotesis Tindakan