PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB

SMK NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

ERVICA WIJAYANTI K 1507015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB

SMK NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

ERVICA WIJAYANTI K 1507015

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan

Jurusan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB

SMK NEGERI 2 SURAKARTA

Oleh :

ERVICA WIJAYANTI K 1507015

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan

Jurusan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(4)

(5)

(6)

commit to user

ABSTRAK

Ervica Wijayanti. K1507015. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA. Skripsi. Juni 2011. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui efektivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, 2) Untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran statika dengan mengupayakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada siswa kelas X TGB di SMK Negeri 2 Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dimulai dengan identifikasi permasalahan yang ada didalam kelas, perencanaan berupa penyusunan langkah-langkah pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking Stick, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, analisis dan refleksi untuk tindakan pada siklus II. Subyek penelitian ini adalah peneliti sebagai pemberi tindakan, guru statika, WKS sebagai subyek pembantu dalam perencanaan dan pengumpulan data, serta siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011 yang berjumlah 34 siswa sebagai subyek peneliti yang menerima tindakan. Data diperoleh melalui observasi kognitif, afektif dan psikomotor siswa, wawancara, observasi siswa, tes kognitif siklus I dan tes kognitif siklus II. Teknik analisa data menggunakan teknik analisis interaktif.

Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus, siklus I prosentase efektivitas belajar siswa adalah 58,82 % dan siklus II adalah 76,47 %. Untuk prosentase hasil belajar siswa pada siklus I adalah 64,70 %, dan siklus II adalah 88,24 %. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas X TGB Program Keahlian Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta dalam mata pelajaran statika meningkat.


(7)

commit to user

ABSRACT

Ervica Wijayanti. K1507015. APPLICATION OF LEARNING MODEL COOPERATIVE TALKING STICK TYPE OF IMPROVEMENT EFFORTS AS EYE LEARNING LESSONS IN STATICS CLASS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA. Thesis. June 2011. Surakarta: Faculty of Education and Pedagogy University of Surakarta Eleven March.

The purpose of this study were: 1) Determine the effectiveness of student learning through cooperative learning model types Talking Stick, 2) To improve learning outcomes in the subjects of statics by pursuing cooperative learning model types Talking Stick in class X TGB at SMK Negeri 2 Surakarta.

This study is a classroom action research (classroom action research) conducted in two cycles. Cycle I begins with the identification of existing problems in the classroom, planning the steps of the preparation of learning through the use of cooperative learning models Stick talking type, the implementation of the action, observation, evaluation, analysis and reflection for action on the cycle II. The subjects of this study is action research as a giver, teacher statics, WKS as the subject of considerable assistance in planning and data collection, as well as class X TGB SMK Negeri 2 Surakarta academic year 2010/2011, amounting to 34 students as research subjects who received the action. Data obtained through observation of cognitive, affective and psychomotor students, interviews, observation of students, cognitive tests and cognitive tests I cycle II cycle. Data analysis techniques using the interactive analysis techniques.

In the classroom action research was conducted two cycles, cycle I the percentage effectiveness of student learning is 58.82% and cycle II was 76.47%. For the percentage of student learning outcomes in the cycle I is 64.70%, and cycle II is 88.24%. The conclusion of this research is the application of cooperative learning model types Talking Stick can enhance the effectiveness of student learning and learning outcomes of students in class X TGB Building Skills Program SMK Negeri 2 Surakarta in the subjects of statics increased. Key words: Cooperative learning Talking Stick type, effectiveness, learning outcomes.


(8)

commit to user

MOTTO

“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah

kami mohon pertolongan”.

(Q.S Al Fatihah : 5)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu, ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

urusan) yang lain”. (Q.S Al-Insyirah : 6-7)

“Ketulusan akan membuat kita belajar dan bisa melupakan banyak hal”.

(Madame Swetchine)

“Pribadi yang baik adalah membuat orang tua bahagia dan bangga serta mau menghargai segala kenyataan yang ada dengan penuh kesabaran karena

perjuangan akan terlihat indah ketika peluang itu ada”. (Penulis)


(9)

commit to user

PERSEMBAHAN Terima kasih kepada….

Allah SWT, Sang Pemilik Luasan Ilmu, yang memberi perlindungan, kemudahan, inspirasi, dan membelahkan ide-ide sehingga menggerakkan jasad, ruh dan akal ini untuk berkarya, Dzat yang memilih hamba ini untuk mendapatkan Hidayah yang diperantarakan melalui Nabi Agung Muhammad SAW.

Karya ini dipersembahkan untuk:

Ibu dan Bapakku tercinta untuk setiap kasih dan cinta Beliau kepadaku yang akan selalu ada dalam setiap do’aku

Kakakku tersayang yang selalu memberiku semangat

Seseorang yang terkasih

Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan support untukku

Seluruh sahabat serta orang-orang yang ku sayang

Semua penghuni kos ABCD yang ku sayang

Teman-temanku di kampung halaman

tercinta

Rekan-rekan PTS/B FKIP UNS angkatan

2007


(10)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebagai upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran statika pada siswa kelas X TGB

SMK Negeri 2 Surakarta”, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar

Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

2. Bapak Drs. Sutrisno, ST., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

3. Bapak Ida Nugroho Saputro, ST., M.Eng. selaku Ketua Program

Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. AG.Thamrin, M.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

5. Ibu Rima Sri Agustin, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

6. Bapak Eko Supri Murtiono, S.T, M.T selaku Pembimbing Akademik, yang

telah memberikan arahan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Drs. Susanta selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Surakarta yang


(11)

commit to user

8. Bapak Drs. Slamet Purwoto selaku guru mata pelajaran Statika sekaligus pembimbing pada saat penelitian di kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta.

9. Siswa X TGB 2010/2011, yang telah bersedia menjadi subjek pengamatan.

10.Kedua orang Tuaku (Ibu Wagiyati dan bapak Gimin Slamet), kakakku (Mas Edwin), dan semua keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukung baik moril atau material yang telah diberikan selama ini.

11.Keluarga Bapak Ton (Ibu Marmi, Mas Indra, Adek Adhit dan Adek Panji)

yang selalu mendoakan dan mendukung selama ini.

12.Kekasih hati yang selama ini setia dan selalu mendukung setiap langkahku.

13.Nia, Amirosi, Nining, Dayat, Anto', Wono, Fryta, Tika, Ukhti Fajar, Ides, Dita, Oshinta, Muky, Mail, Purwanto, Joni, Jumadi, Basori, Didik, Adi, Zainal, Sintani. Rekan-rekan PTS/B'07 untuk persahabatan dan kebersamaan selama ini.

14.Sahabatku Heny, Mbak Nani, Mbak Ana, Mbak Gotrek, Mbak siti, Mbak

Jeni, Riska, Uci, Nur, Rina serta bapak dan ibu kos. Rekan-rekan Kos ABCD untuk kebersamaannya selama ini.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kata sempurna. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, perkembangan dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 4 Juli 2011


(12)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Konsep Tentang Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Efektivitas Belajar ... 8


(13)

commit to user

Halaman

4. Pengertian Belajar Statika... 17

5. Pembelajaran Kooperatif... 17

6. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 20

7. Talking Stick ... 24

8. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick 27 B. Penalitian Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian... 33

2. Waktu Penelitian ... 33

B. Subjek Penelitian ... 34

C. Data dan Sumber Data ... 34

1. Data Penelitian ... 34

2. Sumber Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Wawancara ... 35

2. Observasi ... 35

3. Dokumentasi... ... 36

4. Tes... ... 36

E. Validitas Data ... 36

F. Analisis Data ... 38

G. Tolak Ukur Keberhasilan ... 39

F. Prosedur Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian ... 48


(14)

commit to user

Halaman

2. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta ... 49

3. Denah Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta ... 49

4. Data Siswa... ... 50

B. Sebelum Tindakan Kelas ... 50

C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 51

1. Tahap Perencanaan... 51

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 52

3. Tahap Observasi dan Analisis... 54

4. Tahap Refleksi... ... 60

5. Evaluasi... ... 62

D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 62

1. Tahap Perencanaan... 62

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 63

3. Tahap Observasi dan Analisis... 65

4. Tahap Refleksi... ... 70

E. Pembahasan ... 73

1. Efektivitas Belajar Siswa ... 73

2. Hasil Belajar ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76


(15)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jadwal Penelitian... 33

Tabel 2 Time Scedule ... 34

Tabel 3 Tolak Ukur Keberhasilan ... 39

Tabel 4 Efektivitas Belajar Siswa ... 72

Tabel 5 Hasil Belajar Siswa ... 72


(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Berfikir Penelitian ... 31

Gambar 2 Triangulasi Data ... 37

Gambar 3 Model Analisis Interaktif ... 38

Gambar 4 Proses Penelitian Tindakan ... 47

Gambar 5 Denah Lokasi SMK N 2 Surakarta ... 49

Gambar 6 Guru Menyampaikan Materi ... 53

Gambar 7 Siswa Berdiskusi Dalam Kelompok ... 53

Gambar 8 Diagram Efektivitas 1 Siswa Siklus I ... 55

Gambar 9 Diagram Efektivitas 2 Siswa Siklus I ... 56

Gambar 10 Diagram Efektivitas Belajar Siklus I ... 57

Gambar 1 1 Diagram Nilai Hasil Tes Siswa Siklus I ... 59

Gambar 12 Siswa Bermain Laptop dan Tertidur Saat Pelajaran ... 60

Gambar 13 Diagram Efektivitas 1 Siswa Siklus II ... 65

Gambar 14 Diagram Efektivitas 2 Siswa Siklus II ... 67

Gambar 15 Diagram Efektivitas Belajar Siklus II ... 68

Gambar 16 Diagram Nilai Hasil Tes Siswa Siklus II ... 69

Gambar 17 Suasana Siswa Saat Berdiskusi ... 71

Gambar 18 Siswa Aktif Dalam Kelompok ... 71


(17)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas Penelitian ... 79

Lampiran 2 Daftar Pembagian Kelompok Siswa ... 80

Lampiran 3 Daftar Pembagian Kelompok Dan Tugas Siswa ... 81

Lampiran 4 Dasar kompetensi ... 82

Lampiran 5 Silabus ... 84

Lampiran 6 Satuan Rencana Pembelajaran ... 85

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Siklus I ... 87

Lampiran 8 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara Guru Siklus I ... 90

Lampiran 9 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara Siklus II ... 93

Lampiran 10 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara Siswa ... 94

Lampiran 11 Pertanyaan dan Hasil Wawancara Tentang Respon Guru Terhadap Talking Stick ... 98

Lampiran 12 Soal Pra Siklus ... 99

Lampiran 13 Kunci Jawaban Pra Siklus ... 100

Lampiran 14 Kisi-Kisi Lembar Observasi Efektivitas Belajar Siswa 1 Pra Siklus ... 101

Lampiran 15 Butir-Butir Indikator Efektivitas Belajar Siswa 1 Pra Siklus ... 102

Lampiran 16 Penilaian Efektivitas Belajar Siswa 1 Pra Siklus ... 103

Lampiran 17 Hasil Indikator Efektivitas 1 Pra Siklus ... 105

Lampiran 18 Kisi-kisi Lembar Observasi Efektivitas Belajar Siswa 2 Pra Siklus ... 106

Lampiran 19 Butir – butir Indikator Efektivitas Belajar Siswa 2 Pra Siklus ... 107

Lampiran 20 Penilaian Efektivitas Belajar Siswa 2 Pra Siklus... 109

Lampiran 21 Hasil Indikator Efektivitas 2 Pra Siklus ... 111

Lampiran 22 Daftar Nilai Efektivitas Belajar Siswa 1pra Siklus ... 112


(18)

commit to user

Halaman

Lampiran 24 Daftar Efektivitas Belajar Pra Siklus ... 116

Lampiran 25 Daftar Nilai Hasil Tes Belajar Siswa Pra Siklus ... 117

Lampiran 26 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 119

Lampiran 27 Soal Siklus I ... 125

Lampiran 28 Kunci Jawaban Siklus I ... 126

Lampiran 29 Soal Kelompok Siklus I ... 128

Lampiran 30 Kunci Jawaban Kelompok Siklus I ... 129

Lampiran 31 Kisi-kisi Lembar Observasi Efektivitas Belajar Siswa 1 siklus I ... 131

Lampiran 32 Butir – Butir Indikator Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus I ... 132

Lampiran 33 Penilaian Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus I ... 133

Lampiran 34 Hasil Indikator Efektivitas 1 Siklus I ... 135

Lampiran 35 Kisi-kisi Lembar Observasi Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus I ... 136

Lampiran 36 Butir – Butir Indikator Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus I ... 137

Lampiran 37 Penilaian Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus I ... 139

Lampiran 38 Hasil Indikator Efektivitas 2 Siklus I ... 141

Lampiran 39 Daftar Nilai Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus I ... 142

Lampiran 40 Daftar Nilai Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus I ... 144

Lampiran 41 Daftar Efektivitas Belajar Siswa Siklus I ... 146

Lampiran 42 Daftar Nilai Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ... 147

Lampiran 43 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 149

Lampiran 44 Soal Siklus II ... 155

Lampiran 45 Kunci Jawaban Siklus II ... 156

Lampiran 46 Soal Kelompok Siklus II ... 159

Lampiran 47 Kunci Jawaban Kelompok Siklus II ... 160

Lampiran 48 Kisi-kisi Lembar Observasi Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus II ... 162


(19)

commit to user

Halaman

Lampiran 49 Butir–Butir Indikator Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus II ... 163

Lampiran 50 Penilaian Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus II ... 164

Lampiran 51 Hasil Indikator Efektivitas 1 Silus II ... 166

Lampiran 52 Kisi-kisi Lembar Observasi Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus II ... 167

Lampiran 53 Butir-butir Indikator Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus II ... 168

Lampiran 54 Penilaian Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus II ... 170

Lampiran 55 Hasil Indikator Efektivitas 2 Siklus II ... 172

Lampiran 56 Daftar Nilai Efektivitas Belajar Siswa 1 Siklus II ... 173

Lampiran 57 Daftar Nilai Efektivitas Belajar Siswa 2 Siklus II ... 175

Lampiran 58 Daftar Efektivitas Belajar Siswa Siklus II ... 177

Lampiran 59 Daftar Nilai Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ... 178

Lampiran 60 Dokumentasi Wawancara Wks I dan Guru ... 180

Lampiran 61 Dokumentasi Wawancara Siswa ... 181

Lampiran 62 Dokumentasi Kelompok Siswa ... 182

Lampiran 63 Dokumentasi Siklus I... 184

Lampiran 64 Dokumentasi Siklus II ... 186

Lampiran Kelengkapan Surat Perijinan ... 189


(20)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing dijaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Statika penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.

Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya efektifitas belajar siswa dan perolehan hasil belajar mata pelajaran Statika siswa kelas X TGB SMK N 2 Surakarta, yang menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran Statika.


(21)

commit to user

Masih cukup banyak guru yang memakai gaya mengajar klasik atau model konvensional dalam melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut ditegaskan

Lik dalam Yasa (2008), menyatakan bahwa: “Model konvensional sudah tidak

sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan dalam model konvensional, siswa tidak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Siswa dituntut untuk lebih aktif dibanding guru, sedangkan peran guru sebagai fasilitator dan evaluator maka guru dituntut untuk dapat mengubah pola pengajaran”. Tentu model konvensional tersebut bukan satu kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru mengembangkan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Statika.

Data penilaian hasil tes belajar siswa pra siklus mata pelajaran produktif untuk pelajaran Statika pada standar kompetensi Keseimbangan, menunjukkan bahwa siswa yang nilainya kurang dari batas nilai minimal 75 sebanyak 18 siswa (52,90 %), sedangkan siswa yang nilainya lebih dari batas nilai minimal 75 hanya sebanyak 16 siswa (47,10 %) saja. Untuk keberhasilan efektivitas ditinjau dari penilaian afektif dan psikomotor menunjukkan bahwa siswa yang sudah efektif 7 siswa (20,59 %), sedangkan siswa yang belum efektif 27 siswa (79,41 %). Menurut Sigit Susilo, 2011 (WKS I SMK N 2 Surakarta) dalam wawancara, batas nilai kelulusan mata pelajaran produktif untuk Statika SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 adalah 75 (nilai KKM).

Menurut Drs. Slamet Purwoto, 2011 (guru statika SMK N 2 Surakarta) dalam wawancara, mata pelajaran Statika tingkat SMK pada dasarnya diarahkan agar siswa memiliki penguasaan konsep teori dan rumus. Pembelajaran Statika seyogyanya mampu membuat siswa secara aktif mengikuti proses belajar mengajar di kelas, karena siswa diberikan peluang sebesar-besarnya untuk menemukan konsep-konsep materi pelajaran.

Melihat kondisi tersebut, maka penggunaan model pembelajaran yang tepat menjadi daya dukung utama bagi guru sebagai upaya untuk menciptakan


(22)

commit to user

suasana belajar siswa secara aktif. Pada pembelajaran Statika di SMK, apabila

pelaksanaan pembelajarannya masih cenderung menggunakan model

pembelajaran konvensional/klasik tanpa mengembangkannya. Maka siswa akan merasa jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran. Terlebih lagi terlalu banyak tugas yang diberikan guru. Penyebabnya adalah guru hanya melakukan ceramah dan siswa sering kali disuruh membaca sendiri materi pelajaran, kemudian diberi tugas.

Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut guru harus mencari solusi dan alternatif-alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Dimana pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa (student oriented) terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia (Isjoni, 2009: 16-17).

Menurut Deden M La Ode (2010), Talking Stick merupakan model

pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama behitung


(23)

commit to user

satu sampai sepuluh tertentu sambil menyerahkan tongkat dari kelompok satu ke kelompok lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick di SMK Negeri 2 Surakarta. Dengan model tersebut, diharapkan hasil belajar siswa dalam belajar Statika meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Penerapan model dan strategi pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Statika yang kurang bervariasi dan masih konvensional.

2. Rendahnya minat/ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran Statika, terutama kompetensi merencanakan yang menggunakan teori dan rumus. 3. Hasil belajar siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta yang belum tuntas. 4. Pembelajaran talking stick sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif

dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar secara maksimal siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta mata pelajaran Statika.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Kondisi persiapan guru dan siswa sekolah dalam melakukan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang meliputi penyusunan program semester dan jadwal pelajaran.

2. Sasaran penelitian diarahkan pada hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta, dengan jumlah kapasitas siswa 34 orang yang terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.


(24)

commit to user

3. Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk pembelajaran bidang produktif Statika. Dengan materi pokok yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipelajari siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

4. Tahapan pembelajaran yang meliputi penyampaian teori dan evaluasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah efektifitas belajar siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe talking stick dilaksanakan pada pelajaran Statika bagi siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar pelajaran Statika pada siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efektifitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan keterlaksanaan pembelajaran Statika pada siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran Statika dengan mengupayakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta.


(25)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan, manfaat yang ingin diperoleh adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait (Dinas

Pendidikan, sekolah, guru dan institusi pendidikan lainnya) dalam pengambilan kebijakan mutu pendidikan.

b. Sebagai upaya optimalisasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif,

peningkatan profesionalisme guru dan praktek pembelajaran di kelas.

2. Manfaat Praktis

a. Siswa, yaitu meningkatnya hasil belajar Statika karena adanya unsur bermain dan suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran Statika. b. Guru, yaitu tambahan pengetahuan dan keterampilan mengajar yang

lebih bervariatif dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata pelajaran Statika.

c. Sekolah, yaitu sebagai sumber informasi dan referensi kajian dalam pengambilan keputusan menyangkut peningkatan profesionalisme guru dan pencapaian kualitas pendidikan sekolah.

d. Peneliti, sebagai sarana pengimplementasian metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.


(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tentang Belajar dan Pembelajaran

Belajar bagi sebagian orang diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran. Namun demikian, belajar sesungguhnya bukan hanya terbatas pada pengertian di atas. Menurut Gagne (dalam Agus Suprijono,

2009: 2) “belajar adalah suatu perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas”. Menurut W.S.Winkel (2005: 360) : “belajar pada

manusia adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampian dan nilai sikap, yang mana perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas“. Sedangkan Witherington (dalam

Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:155) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

Dari beberapa pengertian tentang belajar di atas, disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu perubahan pada dirinya untuk lebih baik, baik dalam tingkah laku (perilaku) ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi.

Jika belajar sebagaimana diuraikan di atas lebih ditekankan kepada adanya perubahan tingkah laku pada diri murid, maka pembelajaran lebih mengarah pada upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui strategi, metode dan teknik tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran kepada murid.

Terkait dengan hal tersebut, maka pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga, harus disesuaikan dengan jenis materi pelajaran, tingkat peebedaan individu dan karakteristik murid, serta situasi


(27)

commit to user

atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Dengan demikian, jelaslah bahwa yang dimaksud pembelajaran dalam hal ini adalah suatu proses atau kegiatan belajar mengajar dan berhubungan dengan model mengajar ditinjau dari aspek pelaksana pembelajaran, yaitu guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sendiri, dikenal banyak jenis model dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih dan mengembangkan model atau teknik pembelajaran sesuai dengan kurikulum materi pelajaran yang diajarkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Djamarah dan Zain (2006: 5-6) mangemukakan 4 dasar dalam belajar mengajar, yaitu:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang

dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat menjadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan belajar dan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

2. Efektivitas Belajar

Pengajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari beberapa unsur. Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksananya tidaknya perencanaan. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif. Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu murid-murid dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan dalam mengajar.


(28)

commit to user

Menurut L.L Psaribu dan B. Simanjuntak,1993 (Dalam Suryosubroto, 2002: 9-10), di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: 1) Mengajar guru, dimana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar

yang direncana terlaksana

2) Belajar murid, yang menyangkut mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar.

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik/ Kurikulum IKIP

Surabaya, 1988. (Dalam Suryosubroto, 2002: 10), mengemukakan bahwa: “

efisiensi dan efektivitas mengajar dalam proses interaksi belajar mengajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu murid-murid agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui efektivitas mengajar, dengan memberikan tes sebagai hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. Hasil tes mengungkapkan kelemahan belajar siswa dan kelemahan pengajaran secara menyeluruh.

Untuk mengukur efektivitas belajar siswa digunakan 2 penilaian yaitu afektif dan psikomotor. Dimana keduanya saling berkaitan dengan penggabungan diantaranya, apabila salah satu belum memenuhi target keberhasilan skor 75 atau prosentase 70 % maka pembelajaran belum efektif. Keduanya tidak bisa dirata-rata karena jika salah satu belum efektif maka efektivitas belajar belum memenuhi target keberhasilan.

Pada penelitian ini, untuk mengukur efektivitas belajar siswa melalui penilaian afektif dan psikomotor akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Efektivitas Belajar yang Meliputi Penilaian Afektif

Penilaian afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tujuan pengajaran yang


(29)

commit to user

diarahkan pada kawasan afektif ini berorientasi pada faktor-faktor emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, dan sebagainya.

Kratwohl (W.S.Winkel, 2005: 245) memberikan batasan orientasi dan penggolongan aspek afektif yang meliputi: penerimaan (receiving), partisipasi (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (characterization).

a) Penerimaan (Receiving)

Menurut Nana Sudjana (2006: 30) semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Partisipasi (Responding)

Partisipasi atau penanggapan merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, mentaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium atau menolong orang lain.

c) Penilaian (Valuing)

Menurut Nana Sudjana (2006: 30) penilaian adalah suatu sikap yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Pengorganisasian (Organization)

Nana Sudjana (2006: 30) menjelaskan sebagai berikut: pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem lain.

e) Pembentukan Pola Hidup (Characterization)

Menurut Nana Sudjana (2006: 30) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.


(30)

commit to user

Kawasan afektif yang hendak diperbaiki pada penelitian tindakan kelas ini, mencakup seluruh pendapat Kratwohl (W.S.Winkel, 2005: 245) yang terdiri atas lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Tiap aspek akan diperinci melalui indikator kata kerja operasionalnya masing-masing aspek pada lembar observasi proses pembelajaran di kelas dan efektivitas belajar siswa.

b. Efektivitas Belajar yang Meliputi Penilaian Psikomotor

Kawasan ini berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Oleh Simpson (W.S.Winkel, 2005: 245), kawasan ini diklasifikasikan menjadi tujuh hal, yaitu:

a) Persepsi/perception

b) Kesiapan/set

Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab pertanyaan.

c) Gerakan terbimbing/guided response yaitu dapat diartikan pula sebagai peniruan.

d) Gerakan terbiasa/mechanical response yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.

e) Gerakan kompleks/complex response yaitu memahirkan.

f) Penyesuaian pola gerakan/adjustment yaitu di dalamnya mencakup

penyesuaian dengan kondisi setempat, dengan kata lain dinamakan taksonomi adaptasi.

g) Kreatifitas/creativity yaiu mencakup kemampuan melahirkan atau

menciptakan gerak-gerik baru sehingga dapat disebut juga taksonomi menciptakan (organition).


(31)

commit to user

Pada penelitian ini digunakan pendapat W.S.Winkel, (2005: 245), untuk mengukur efektifitas belajar peserta didik pada ranah psikomotor, yaitu terdapat tujuh klasifikasi. Tiap aspek akan dijabarkan melalui indikator kata kerja operasionalnya masing-masing pada lembar observasi proses pembelajaran di kelas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan siswa terhadap aspek afektif dan aspek psikomotor.

3. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2009: 46) yang dimaksud hasil belajar adalah perubahan prilaku akibat blajar. Perubahan prilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah behan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga disebut sebagai prestasi belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 106-107) prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

a. Tes formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu


(32)

commit to user

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki prses belajar mengajardan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tessumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

a. Penilaian Hasil belajar

Pada penelitian ini, untuk mengukur hasil belajar siswa hanya digunakan tiga tahap pada aspek kognitif yaitu tahap pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Pengukuran hasil belajar kognitif menggunakan tes tertulis pada tiap siklus. Penilaian Hasil belajar berkaitan aspek kognitif yang berdasarkan pada intelektual atau berfikir/nalar. Bloom dkk, (W.S.Winkel, 2005: 45) membagi aspek ini menjadi 6 tahap, yaitu:

a) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat digolongkan yaitu : (1) Mengetahui sesuatu secara khusus, (2) Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu.

b) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti, merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif


(33)

commit to user

yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi :

1) Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna.

2) Interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal.

3) Ekstrapolasi yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan suatu temuan.

c) Penerapan (application)

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.

d) Penguraian (analysis)

Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.

Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu: 1) Menganalisis unsur.

2) Menganalisis hubungan.

3) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi.

e) Memadukan (synthesis)

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini.

f) Penilaian (evaluation)

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat-tak bermanfaat berdasarkan kriteria tertentu, baik kualitatif maupun kuantitatif.


(34)

commit to user

Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan, yaitu :

1) Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.

2) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati.

Dari aspek kecakapan yang ditingkatkan tersebut yang memenuhi untuk tolak ukur sebagai penilaian hasil belajar siswa di kelas yaitu dilihat dari hasil tes siswa. Hasil belajar merupakan hasil akhir (umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai belajar) yang diperoleh siswa terhadap serangkaian kegiatan evaluasi yang dilakukan guru baik evaluasi harian, tengah semester maupun evaluasi akhir semester. Dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan. Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka siswa dapat diklasifikasikan prestasi belajarnya apakah berada pada kategori sangat baik, baik, sedang, cukup, atau kurang sesuai dengan standar penilaian yang digunakan di sekolah atau guru mata pelajaran itu sendiri.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Djamarah dan Zain (2006: 109) mengemukakan bahwa betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui; disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor yang dimaksud akan dijelaskan satu per satu sebagai berikut:

1) Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya pengajaran sama halnya keberhasilan pengajaran.


(35)

commit to user

2) Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik disekolah. Guru adalah orang berpengalaman dibidang profesinya. Pandangan guru terhadap anak didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru di kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan dan kesamaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam memandang anak didik ini akan melahirkan pendapatan yang berbeda pula. Tentu saja, hasil proses belajar mengajarnya pun berlainan.

3) Anak didik

Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Anak didik yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini mempengaruhi kegiatan belajar anak.

4) Kegiatan pengajaran

Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.

5) Bahan dan alat evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.

6) Suasana Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas masing-masing. Kelas I, kelas II, dan kelas III dikumpulkan menurut tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas.


(36)

commit to user

4. Pengertian Belajar Statika

Statika merupakan ilmu yang berisikan tentang penjelasan besaran vektor, dan sistem satuan. Penerapan besaran vektor pada gaya, momen dan kopel, membuat diagram gaya normal, momen gaya, kopel pada konstruksi bangunan, penerapan teori keseimbangan dan hukum Newton, penerapan teori tegangan pada konstruksi bangunan.

Hakekat pembelajaran statika adalah belajar konsep. Untuk belajar statika diperlukan cara–cara khusus dalam belajar dan mengajarkannya. Belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa dengan guru dimana belajar berkaitan dengan siswa, sedangkan mengajar berkaitan dengan guru. Seorang guru berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat memahami konsep dan akan memperoleh hasil belajar yang baik. Sebaliknya apabila kurang menguasai konsep maka siswa akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik

Proses pembelajaran statika lebih menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan yaitu daya fikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir kreasi sebagai indikator dari perkembangan kognitif itu sendiri bukan merupakan akumulasi kepentingan perubahan perilaku terpisah melainkan merupakan pembentukan oleh anak, suatu kerangka teori belajar terhadap usaha seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

5. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Robert E Slavin (2010: 4), Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran kelompok dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2010: 12) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (dalam Isjoni, 2010: 12) menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam prilaku sosial. Anita Lie (2010: 31) menyebutkan cooperative learning


(37)

commit to user

dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif, dan tidak peduli pada yang lain.

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

Bennet (dalam Anita Lie, 2010: 42) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok yaitu: (1)


(38)

commit to user

Positive Interdependence (hubungan timbal balik), (2) Interaction Face to face (interaksi langsung), (3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, (4) Membutuhkan keluwesan, (5) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah.

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. 2) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

3) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. 4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang ada padanya. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini diterapkan. Guru dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran demikian dapat diatasi dengan cara pemberian pelatihan


(39)

commit to user

yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk menerapkannya pada saat pembelajaran.

Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan cara menyediakan panduan yang memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, dan sistem evaluasi. Kendala lain adalah waktu, strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar.

6. Peranan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati yang gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan (Isjoni, 2010: 61).

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka aspek-aspek yang mendukung efektifitas dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Sehingga dalam menggunakan model ini guru bukannya pasif, tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, mengatur kelas saat pelaksanaan pembelajaran, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya.


(40)

commit to user

Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Sebagai fasilitator seorang guru harus mempunyai sikap-sikap sebagai berikut: 1) mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, 2) membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individuan maupun kelompok, 3) membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka, 4) membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan 5) menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebarannnya dalam bertukar pendapat.

Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani mengkaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dalam pernyataan yang nyata ditemukan dilapangan. Peran ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), yaitu istilah yang ditemulkan Ausubel untuk menunjukkan bahan yang dipelajari memiliki\kaitan makna dan wawasan dengan apa yang sudah dimiliki siswa sehingga mangubah apa yang menjadi molik siswa (Hasan, dalam Isjoni, 2010: 63).

Sebagai director-moderator, guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Disamping itu, sebagai motivator guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipas. Peran ini sangat penting dalam rangka memberikan semangat dan dorongan belajar kepada siswa dalam mengembangkan keberanian siswa, baik dalam mengembangkan keahlian dalam bekerjasama yang meliputi mendengarkan dengan seksama, mengembangkan rasa simpati, maupun berkomunikasi saat bertanya, mengemukakan pendapat atau menyampaikan permasalahannya.

Berdasarkan teori motivasi, peranan teman sebaya dalam belajar bersama memegang peranan yang penting untuk memunculkan motivasi dan keberanian siswa agar mampu mengembangkan potensi belajarnya secara maksimal. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus menciptakan iklim yang kondusif, agar


(41)

commit to user

terjalin interaksi dan dialog yang hangat, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang lainnya.

Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun secara kelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas (Isjoni, 2010: 63-64).

Dalam pembelajaran kooperatif dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompokmnya sehingga masing-masing siswa harus memiliki kiat untuk bekerjasama dengan anggota lainnya. Di smping itu, juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lian. Dalam pengelolaan model kelas pembelajaran kooperatif ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang kelas (Anita Lie, 2010: 39-51).

a. Pembentukan Kelompok

Pada saat pembentukan kelompok guru membuat kelompok yang hiterogen. Pembentukan kelompok dibentuk dengan memperhatikan kemampuan akademis. Pada umumnya masing-masinh kelompok beranggotakan empat orang yang terdiri atas satu orang yang berkemampuan tinggi, dua orang yang berkemampuan sedang, dan satu orang berkemampuan rendah.

Alasan dibentuk kelompok heterogen adalah: pertama, memberikan

kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoryng) dan saling mendukung. Kedua, dapat meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik, dan gender. Ketiga, memudahkan mengelola kelas karena masing-masing kelompok memiliki anak yang berkemampuan tinggi (special hilper), yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok (Jarolimek dan Parkre, 1993. Dalam Isjoni, 2010: 65).

b. Pemberian Semangat Kelompok

Agar kelompok bisa bekerja secar efektif dalam proses pembelajran kooperatif maka masing-masing kelompok perlu memiliki semangat kelompok.


(42)

commit to user

Pemberian semangat ini sangat penting agar kelompoknya dapat bekerja lebih baik. Pemberian semangat ini bisa dibina dengan melakukan beberapa kegiatan yang bisa mempererat hubungan antara anggota kelompok, yaitu melaluikegiatan kesamaan kelompok, identitas kelompok, maupun sapaan atau sorak kelompok.

Dengan demikian, diharapkan tertanam perasaan saling memiliki diantara anggota kelompok. Rasa saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan, dan dukungan dalam belajar. Dengan membangun rasa memiliki akan mempercepat proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab dari pelajar (Porter, 2001. Dalam Isjoni, 2010: 66)

c. Penataan Ruang Kelas

Penataan ruang sangat mempengaruhi filsafal dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Pada umumnya penataan kelas diatur secara klasikal, karena hal ini sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini guru sebagau nara-sumber yang utama atau mungkin satu-satunya narasumber.

Sementara untuk model pembelajaran kooperatif guru tidak hanya satu-satunya narasumber, tetapi siswa juga dapat belajar dari temannya dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator. Sebagai konsekuensinya ruang kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang terjadinya dialog dalam pembelajaran kooperatif.

Peraturan bangku memainkan peranan penting dalam kegiatan pembelajaran kooperatif sehingga semua siswa bisa melihat guru atau papan tulis dengan jelas. Di samping itu, harus melihat dan menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.

Guru mempuyai peranan penting terutama pada saat proses belajar mengajar berlangsung seperti halnya penentuan topik, permasalahan apa saja yang akan didiskusikan, memberikan saran-saran dan juga kalau sudah selesai guru haruslah memberikan pujian terutama bagi mereka yang telah menyelesaikan tugasnya paling cepat, tepat, dan benar.

Beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan guru terutama dalam melaksanakan pembelajaran dikemukakan Stahl (dalam Isjoni, 2010: 68), yaitu: 1)


(43)

commit to user

kejelasan rumusan tujuan pembelajaran, 2) penerimaan siswa secara menyeluruh tentang tujuan belajar, 3) saling membutuhkan diantara sesama anggota, 4) keterbukaan dalam interaksi pembelajaran, 5) tanggung jawab individu, 6) hiterogenitas kelompok, 7) sikap dan perilaku sosial yang positif, 8) defriefing (refleksi), 9) kepuasan dalam belajar.

7. Talking Stick

Tujuan penting dari pembelajran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, mengingat yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kopleks. Apalagi tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global (Isjoni, 2010: 75).

a. Pengertian

Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Kemudian guru memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru menyiapkan tongkat yang sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Langkah akhir talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan (Agus Suprijono, 2009: 109-110).

Merujuk pada defenisi istilahnya, talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat.


(44)

commit to user

Talking Stick adalah model pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Teknis pelaksanaan Talking Stick sebagai mana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.

3) Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

5) Guru memberikan kesimpulan.

6) Melakukan evaluasi.

7) Menutup pelajaran.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Talking Stick

Menurut Rachmad Widodo (2010), model pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet


(45)

commit to user

tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.

4) Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru. 5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru

memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6) Guru memberikan kesimpulan.

7) Evaluasi.

8) Penutup.

Menurut Herdian (2007), pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan tongkat.

2) Sajian materi pokok.

3) Siswa mebaca materi lengkap pada wacana.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa

yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru.

5) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya.

6) Guru membimbing kesimpulan.

7) Refleksi. 8) evaluasi.


(46)

commit to user

Menurut Suherman (dalam Deden M. La Ode, 2010) pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan tongkat.

2) Guru menyajikan materi pokok.

3) Siswa menbaca materi lengkap pada wacana.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa

yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru.

5) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya.

6) Guru membimbing siswa.

7) Guru dan siswa menarik kesimpulan.

8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran

9) Siswa diberikan evaluasi.

8. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

Menurut Dahlan, 1990 (dalam Isjoni, 2010: 50), model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan menurut Surya, 2003 (dalam Isjoni, 2010: 50) merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran menurut Gagne, 1985 (dalam Isjoni, 2010: 50) bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran.

Berdasarkan pernyataan diatas Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Menurut Tarmizi (2010), model pembelajaran ini dilakukan secara kelompok (lima orang per kelompok) dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah


(47)

commit to user

siswa dan kelompok mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada pelajaran Statika siswa kelas X TGB SMK N 2 Surkarta dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap Awal Pembelajaran

1) Guru mengucapkan salam dan dilanjutkan membuka materi pelajaran.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.

3) Guru memotivasi siswa dengan mengajak siswa untuk sedikit santai, yang

selanjutnya dilakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi statika.

b. Tahap Inti Pembelajaran 1) Eksplorasi

a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang diberikan

b) Siswa mengajukan pertanyaan yang dirasa masih sulit untuk dipahami

c) Guru menyiapkan tongkat yang panjangnya 20cm.

2) Elaborasi

a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen yang

beranggotakan 5 anak dengan tingkat prestasi yang berbeda

b) Siswa duduk secara berkelompok sesuai dengan kelompoknya

masing-masing

c) Guru memberikan tugas kepada siswa.

d) Siswa mengerjakan pekerjaan tugas sesuai dengan materi yang sudah ada.

e) Siswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan kelompok yang nantinya akan terjadi diskusi kelas untuk menciptakan skenario.

f) Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan


(48)

commit to user

g) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

h) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota

kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 3) Konfirmasi

a) Siswa bersama guru mengevaluasi pekerjaan kelompok yang sudah

selesai.

b)Guru mengecek hasil kerja siswa dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok.

c. Tahap Akhir Pembelajaran

1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun

individu.

3) Guru menutup pembelajaran.

B. Penelitian Relevan

Adapun hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan Agustin Ratna Wulandari, 2010, berkesimpulan

bahwa penerapan Metode Pembelajaran TALKING STICK dapat

meningkatakan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran biologi yang meliputi keaktifan, perhatian, dan kemandirian dalam belajar siswa kelas XIII SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan Jamur.

2. Penelitian yang serupa dilaksanakan oleh Filein Sofiawati, 2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura, pada mata pelajaran Matematika pokok


(49)

commit to user

bahasan Persegi dan Persegi Panjang, setelah diterapkannya Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick.

C. Kerangka Berpikir

Guru sebagai input pelaksana proses pembelajaran harus mampu menggunakan model pembelajaran yang tepat dan memungkinkan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hakekat pembelajaran statika adalah belajar konsep. Untuk belajar statika diperlukan cara–cara khusus dalam belajar dan mengajarkannya. Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan guru harus dikembangkan dan diperkaya dengan memberikan nuansa permainan dalam pelaksanaanya. Hal tersebut perlu dilakukan karena karakteristik siswa SMK selalu saja masih ingin bermain walaupun dalam situasi pembelajaran.

Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada siswa, maka cara yang dapat ditempuh adalah:

1. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, dapat mengerahui efektivitas belajar siswa kelas X TGB.

2. Mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas X TGB melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini dalam pelaksanaannya penuh dengan nuansa permainan tetapi tidak meninggalkan esensi proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk memahami dan menguasai materi pelajaran karena akan digunakan sebagai jawaban saat diajukan pertanyaan oleh guru.

Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tercapai hasil belajar. Dengan penerapan prosedur pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini maka akan muncul keefektivitasan pembelajaran. Dalam keefektivitasan pembelajaran ini akan muncul pembelajaran yang berkualitas dan tidak berkualitas. Dikatakan berkualitas jika hasil dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick tersebut bisa meningkatkan hasil nilai statika siswa kelas X TGB Program Keahlian Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta.


(50)

commit to user

Sedangkan tidak berkualitas jika tidak ada peningkatan nilai statika pada siswa sehingga perlu diadakan evaluasi dan refleksi mulai dari perbaikan perencanaan tindakan sampai pelaksanaan tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Pembelajaran Tidak berkualitas

Pembelajaran Berkualitas

Evaluasi SMK N 2 Surakarta

Siswa Kelas X TGB

Kurang Efektif

Efektif Konvensional

Perencanaan Model pembelajaran Kooperatif

Talking Stick

Penerapan Prosedur Pembelajaran

Efektivitas belajar

Refleksi Revisi

Hasil Belajar Siswa Kelas X TGB Meningkat


(51)

commit to user

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan hasil penelitian. Berdasarkan gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

a. Jika mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, maka efektivitas belajar Statika siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta dapat ditingkatkan.

b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat

meningkatkan hasil belajar pelajaran statika pada siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta.


(52)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SMK Negeri 2 Surakarta yang beralamat di Jl. LU. Adisucipto 33 Telp. 0271-714901 Surakarta Kode Pos 57139. Pemilihan tempat penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta, dengan pertimbangan:

a. SMK Negeri 2 Surakarta merupakan tempat peneliti melaksanakan Program Penelitian Lapangan (PPL) selama ± 4 bulan.

b. Di kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta pada mata pelajaran Statika tahun

ajaran 2010/2011, memiliki permasalahan pada hasil belajar siswa, sehingga permasalahan ini memerlukan suatu alternatif pemecahan.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: pada bulan Oktober 2010–Juni 2011. Adapun perinciannya sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan Waktu Kegiatan

1 Pengajuan Judul 21 Oktober 2010

2 Pembuatan Proposal 1 November 2010–28 Januari 2011

3 Seminar Proposal 1 Februari 2011

4 Perijinan Penelitian 21 Februari 2011–11 Maret 2011

5 Pelaksanaan Penelitian 11 Maret 2011–13 Mei 2011


(53)

commit to user

Tabel 2. Time Scedule

Bulan Oktober “10 Nop “10 Des “10 Januari “11 Februari ”11 Maret “11 April “11 Mei “11 Juni “11 Minggu 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

judul

Pembuatan

proposal

Seminar

Proposal

Perijinan

penelitian

Penelitian

Penulisan laporan penelitian

B. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta Tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 34 orang. Terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 4 siswi perempuan. Alasan peneliti memilih sampel kelas X TGB yaitu karena peneliti pernah mengajar dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas X TGB selama ± 4 bulan sehingga mengetahui karakteristik belajar siswa.

C. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan hasil observasi dengan berpedoman pada lembar pengamatan (untuk ranah afektif dan psikomotor), dan data dari penilaian hasil belajar siswa (aspek kognitif) yang dilakukan terhadap siswa kelas X TGB Program Keahlian Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran statika setelah diterapkanya model pembelajaran talking stick.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini informan yang direncanakan yaitu:

a. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan


(54)

commit to user

b. Guru mata pelajaran Statika kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta.

c. Siswa kelas X TGB tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 34 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini melalui : wawancara, observasi dan kajian arsip atau dokumen dan tes siswa.

1. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Wawancara dilaksanakan secara tidak formal terstruktur. Dalam hal ini, peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, dan mengarah pada kedalaman informasi dengan suasana yang lentur, terbuka dan dalam suasana santai namun tetap serius guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal. Kemudian satu per satu pertanyaan diperdalam untuk memperoleh keterangan lebih jauh, lengkap dan mendalam (HB. Sutopo, 2006: 69). Kelonggaran dan kelenturan cara pengumpulan data ini diharapkan akan mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya.

Peneliti lebih mengarahkan jalannya wawancara mendalam pada masing-masing responden untuk mendapat informasi tentang:

a. Sistem kegiatan belajar mengajar di kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta pada mata pelajaran Statika.

b. Kendala-kendala yang dihadapi kelas X TGB SMK Negeri 2 Surakarta pada mata pelajaran Statika.

c. Efektivitas penerapan model pembelajaran talking stick di kelas X TGB SMK

Negeri 2 Surakarta pada mata pelajaran Statika. 2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 156-157), observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluru alat indra. Dapat dikatakan dengan pengamatan langsung. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan peneliti pada kelas X


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

Lampiran 62. Dokumentasi Kelompok Siswa

DOKUMENTASI KELOMPOK SISWA

Kelompok A Kelompok B


(2)

commit to user

Kelompok E Kelompok F


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

Lampiran 63. Dokumentasi Siklus I

DOKUMENTASI SIKLUS I

Guru Menyampaikan Materi Guru Memberi Contoh Pemainan Tongkat

Siswa Bemalas-malasan Guru Memberikan tugas kelompok


(4)

commit to user

Guru Membimbing Diskusi Siswa Memainkan Tongkat

Siswa Mengerjakan Hasil Kelompok Siswa Mempresentasikan Hasil Kelompok


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

Lampiran 64. Dokumentasi Siklus II

DOKUMENTASI SIKLUS II

Guru Memotivasi Siswa Guru Memberikan Materi

Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru Siswa Aktif Bertanya


(6)

commit to user

Guru Membimbing Diskusi Peneliti Mengobservasi Siswa

Guru Memberikan Tongkat Siswa Mengerjakan Hasil Pekerjaan Kelompok


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS VII DI SMP NEGERI 3 UNGARAN

0 10 193

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATIKA SISWA KELAS X TGB PROGRAM KEAHLIAN BANGUNAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20092010

0 4 150

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA

0 4 70

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA Penerapan Metode Kooperatif Tipe Talking Stick Sebagai Upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosi

0 0 16

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMK Puragabaya.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TGB.B SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR ADMINISTRASI PERKANTORAN DI KELAS XI AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 1 17

IMLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MULTIMEDIA KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 2 SEWON.

0 5 337

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS I SDN 35 SUNGAI LIMAU

0 0 10