25
akan dilakukanya atau dapat pula terjadi oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang akan dikerjakan atau
mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak pastian. Rasa gelisa akan berubah menjadi menggembirakan
manakala penyebab
rasa gelisah pertandingan
akan dimainkan tertunda pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan jalan
merasionalisasi emosi, yaitu segala hal yang negatif dianggap positif. Hal-hal demikian dapat dilatihkan, yaitu dengan
membiasakan untuk: 1.
Merumuskan persoalan-persoalan
yang sebenarnya
merupakan sebab kegelisahan secara jelas. 2.
Memperhitungkan segala kemungkinan yang menjadi akibatnya sejak yang paling ringan sampai pada yang
paling berat atau paling jelek. 3.
Membuat persiapan
untuk menghadapi
setiap kemungkinan yang biasanya terjadidengan segala rumus
pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun dengan orang lain.
4. Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan
tabah dan serta percaya pada kemampuan diri sendiri.
26
Dengan cara-cara tersebut di atas dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit demi sedikit bisa
dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b. Takut
Hampir semua orang mempunyai pengalaman- pengalaman yang menentukan. Takut biasanya berakar pada
pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang pengaruhnya pada tingkah laku dan kepribadian seseorang
yang membekas sepanjang hidupnya. Takut banyak macam- macamnya, misalnya takut pada binatang, takut sendirian
takut jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan sebagainya.
Kegelishan yang menjngkit pada atlit dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak mendapat penyelesaian yang
sebaik-baiknya. Rasa takut dapat memberi pengaruh yang negatif atau positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Dalam batas-batas yang masih normal rasa takut akan member pengruh yang positif, karena dengan rasa takut
tersebut seseorang akan lebih berhati-hati terhadap apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaiknya
mungkin dia lebih baik menghindari. Rasa takut lebih baik jangan dihindari sama sekali,
tetapi dikendalikan. misalnya seorang atlit yang tidak memiliki ketakutan terhadap kekalahan-kekalahan dalam
27
pertandingan yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehendakinya, akhirnya ia akan tersesat oleh perasaan
“kalah ya biar”. usaha yang kira-kira dirasa terlalu berat untuk meraih keunggulan nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan,
karena dipandang terlalu menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga menjadi berkurang. Konsentrasi
menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang sama sekali tidak takut jatuh dari pohon, maka
sikap hati-hati waktu memanjat pohon akan berurang kalau di bandingkan dengan anak-anak yang takut jatuh. Begitu pula
anak yang tidak takut jatuh dari sepeda motor, akan lebih berani dan terlalu berani sewaktu mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan tinggi yang kadang-kadang tidak
memikirkan kemungkinan adanya kecelakaan yang dapat ditimbulkan akaibat perbuatannya.
Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil
resiko, akhirnya orang tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang yang tidak
diperlukan. Akibatnya orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang
timbul.