a. Derajat I
Robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superfisial sampai ke otot, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, dan fourchette posterior
sekitar 1 – 1 ½ cm. b. Derajat II
Robekan mencapai otot-otot pineum yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterio, otot perineum, sehingga robekan lebih dalam.
c. Derajat III Robekan mencakup keseluruhan perineum hingga mencapai spingter
ekterna rektum, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterior, otot perineum, otot spinter ani eksterna rektum.
d. Derajat IV Robekan mencakup keseluruhan perineum, spinter rektum, hingga mencapai
dinding rektum anterior, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette
posterior, otot perineum,otot spinter ani eksterna rektum, hingga dinding mukosa rektum anterior.
2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Dilakukannya Episiotomi
Menurut Sumarrah, dkk. 2009 indikasi episiotomi ialah sebagai berikut: a.
Untuk menolong keselamatan janin, sehingga persalinan harus segera diakhiri b.
Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum
c. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
Universitas Sumatera Utara
d. Perineum kaku dan pendek
e. Adanya ruptur yang membakat pada perineum
f. Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin
Kontra Indikasi Episiotomi a.
Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam b.
Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva
dan vagina.
2.2.6 Komplikasi Luka Episiotomi
Komplikasi episiotomi dapat diketahui sebagai berikut: a.
Episiotomi dapat memanjang sampai ke saluran rectum saluran anus. Biasanya komplikasi terjadi karena adanya infeksi yang dapat diketahui
dengan tanda-tanda REEDA redness, edema, ecchymosisbruising, discharge approximation of the wound
, kemudian komplikasi yang dapat terjadi yaitu memar atau pembentukan lubang baru antara vagina dan
rectum yang sering disebut dengan fistula. Namun ini sangat jarang terjadi. b.
Nyeri post partum dan dyspareunia. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan sutura
episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit. Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat menyebabkan dyspareunia apabila jahitannya
terlalu erat. Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa.
Universitas Sumatera Utara
c. Trauma perineum posterior berat ataupun trauma perineum anterior. Luka
episiotomi dapat diperberat dengan adanya cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan alvi.
d. Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial
akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi. e.
Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat,menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk
kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual. Liu, 2008
2.2.7 Penatalaksanaan Luka Episiotomi