5. Pada multigravida dengan perineum yang kaku
6. Pada persalinan prematur atau letak sungsang
2.2.3 Jenis-Jenis Episiotomi
Benson dan Pernoll 2009 menyatakan, sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang digunakan yaitu episiotomi pada garis tengah midline
episiotomy dan episiotomi mediolateralis.
a. Median Midline episiotomy
Insisi ini merupakan insisi garis tengah yang mengikuti garis alami insersi otot perineal. Insisi median berkaitan dengan pendarahan yang lebih sedikit,
tetapi insiden kerusakan spingter anal yang lebih tinggi. Insisi ini lebih mudah diperbaiki dan hanya menimbulkan sedikit nyeri dan dispareunia.
Insisi ini lebih banyak dilakukan di AS Fraser Cooper, 2011. b.
Mediolateral Inisisi ini dimulai dari titik tengah fourchette dan diarahkan 45° dari garis
tengah menuju titik tengah antara tuberositas iskia dan anus. Garis ini dibuat untuk menghindari kerusakan sfingter anal dan kelenjar Bartholin, tetapi
lebih sulit untuk diperbaiki. Mediolateral adalah insisi yang paling banyak dilakukan di Inggris Fraser Cooper, 2011.
2.2.4 Derajat Luka Episiotomi
Luas luka perineum akibat episiotomi dalam Fraser Cooper 2011 dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Derajat I
Robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superfisial sampai ke otot, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, dan fourchette posterior
sekitar 1 – 1 ½ cm. b. Derajat II
Robekan mencapai otot-otot pineum yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterio, otot perineum, sehingga robekan lebih dalam.
c. Derajat III Robekan mencakup keseluruhan perineum hingga mencapai spingter
ekterna rektum, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterior, otot perineum, otot spinter ani eksterna rektum.
d. Derajat IV Robekan mencakup keseluruhan perineum, spinter rektum, hingga mencapai
dinding rektum anterior, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette
posterior, otot perineum,otot spinter ani eksterna rektum, hingga dinding mukosa rektum anterior.
2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Dilakukannya Episiotomi