Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi diruang Nifas RSUD dr. Pirngadi

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN

DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN

LUKA EPISIOTOMI DI RUANG NIFAS

RSUD dr. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Ruth Masniari Haloho 101101099

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus karena penyertaan-Nya yang sempurna saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi diruang Nifas RSUD dr. Pirngadi”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa S-1 keperawatan sebelum memperoleh gelar sarjana keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada saat penyusunan skripsi saya telah mendapat banyak bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan Ikhsanuddin A Harahap selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Siti Saidah Nasution, SKep, MKep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberi arahan dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

4. Lufthiani, S.Kp, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu selama belajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Erniyati, S. selaku dosen penguji I dan Ikram S.kep, Ns, Mkep selaku dosen penguji II yang memberikan masukan dan saran.

6. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan yang memberikan izin penelitian dan Direktur Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan yang memberikan izin untuk reliabilitas.

7. Orang tua saya tersayang, bapak (T. Haloho) dan mama (E. Siahaan) tersayang yang selalu mengerti dan menyemangati Saya. Terimakasih banyak buat setiap doa dan dukungan yang sangat berarti bagi saya baik secara moril maupun materi. Dan juga kepada abang saya Daniel Haloho, dan Adik saya Yeremia Haloho yang selalu memberikan dukungan selama penyusunan skripsi.

8. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2010 S-1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya sahabat seperjuangan skripsi Benita,Ika, Widya, de Chabz, Malem, Christinayang telah memberikan semangat dan masukan. 9. Kepada Sahabat Pelayanan di KMK St. Lukas, Selsiloam, UKM KMK St.

Albertus Magnus, Kost Putri Sion, yang selalu mendoakan dan mengingatkan.

10. Semua pihak yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi yang tidak dapat disebut satu persatu.


(4)

Semoga Tuhan Yesus yang penuh kasih melimpahkan berkat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari tata bahasanya, maka dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2014


(5)

Judul penelitian : Hubungan Pengetahuan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi di ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Ruth Masniari Haloho

Nim : 101101099

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Luka episiotomi merupakan daerah yang rentan terjadi infeksi sehingga penting mempertahankan kondisinya agar tetap bersih dan kering. Perawat dan bidan perlu mengetahui dan memahami tentang episiotomi, prinsip dan tujuan tindakan episiotomi, serta cara perawatan luka episiotomi supaya dalam pengaplikasiannya perawat dan bidan dapat melakukan perawatan yang tepat dan benar. Desain Penelitian ini ialah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menganalisa hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan. Jumlah sampel yang diteliti ialah 33 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan Spearman rank. Hasil uji statistik pada penelitian ini didapat nilai r sebesar 0,351 dengan nilai signifikan(ρvalue =0,045) yang artinya terdapat hubungan yang lemah antara pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang nifas RSUD dr.Pirngadi Medan dengan arah korelasi positif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pengetahuan perawat dan bidan mempengaruhi pelaksanaannya dalam melakukan perawatan luka episiotomi. Oleh karena itu perawat dan bidan disarankan untuk meningkatkan layanan kesehatan dalam hal perawatan luka episiotomi untuk mencegah terjainya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka.


(6)

Title : Relationship of Nurses and Midwives Knowledge with the Implementation of Episiotomy Wound Care in Parturition Room of dr. Pirngadi General Hospital Medan

Name of Student : Ruth Masniari Haloho Student Number : 101101099

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Episiotomi wound is a vurnerable area occurs the infection so that is important to maintain its condition in order to stay clean and dry. Nurses and Midwives need to know and understand about episiotomy, principles and purposes of the act, as well as how to care episiotomy wound tnat nurses and midwives can perform the treatment approprately and correctly. It is a descriptive correlation design research taht aims to analyze the relationship of knowledge of nurses and midwives, with implementation in episiotomy wound care in parturition room of dr. Pirngadi General Hospital Medan. The number of sample examined was 33 people. The sample was taken using total sampling techniques. The data is analyzed by using Spearman rank. Statistics on the test results of this research were obtained the value of r is 0,351 with significant value (value ρ = 0,045) which means there is a week relationship between the nurse and midwife with knowledge implementation of episiotomy wound care in parturition room of dr. Pirngadi General Hospital Medan with positive correlation direction. From the results of this research were obtained conclusions that the knowledge of nurses and midwives affected the implementation in episiotomy wound care. It is therefore advisable to midwives and nurses to improve health services in terms of episiotomy wound care in order to prevent the infection and to speed wound healing.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Skema ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesa ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Pelayanan Keperawatan ... 7

1.5.2 Institusi Keperawatan ... 7

1.5.3 Penelitian Keperawatan yang Akan Datang ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengetahuan... 8

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 8

2.1.2 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif ... 8

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

2.2 Episiotomi ... 11


(8)

2.2.2 Tujuan dan Pertimbangan Melakukan Episiotomi ... 12

2.2.3 Jenis-Jenis Episiotomi ... 13

2.2.4 Derajat Luka Episiotomi ... 13

2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Dilakukannya Episiotomi ... 14

2.2.6 Komplikasi Luka Episiotomi... 15

2.2.7 Penatalaksanaan Luka Episiotomi ... 16

2.3 Nifas ... 18

2.3.1 Pengertian Nifas ... 18

2.3.2 Tahapan Masa Nifas ... 18

2.3.3 Perawatan Nifas ... 18

2.3.4 Perawatan Luka Episiotomi Di Rumah Sakit ... 20

2.3.5 Sikap Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episiotomi .... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 23

3.1 Kerangka Konseptual ... 23

3.2 Defenisi Operasional ... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 26

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.2.1 Populasi ... 26

4.2.2 Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.5.1 Kuesioner... 28

4.5.2 Lembar Observasi... 29

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.7 Pengumpulan Data ... 31

4.8 Analisa Data ... 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34


(9)

5.1.1 Karakteristik Responden ... 34

5.1.2 Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang Episiotomi dan Pera- -watan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi .... 36

5.1.3 Pelaksanaan Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episio- -tomi di Ruang Nifas dr. Pirngadi Medan ... 37

5.1.4 Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksana- - an Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pir- -ngadi Medan ... 37

5.2 Pembahasan ... 38

5.2.1 Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang Episiotomi dan Pe- -rawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan ... 38

5.2.2 Pelaksanaan Perwat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episio- -tomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan ... 41

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksana- -an Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pir- -ngadi Medan ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 46

6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan ... 46

6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 46

6.2.2 Bagi Peneliti Yang Akan Datang ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Hitung Reliabilitas KR 20 4. Master Data


(10)

5. Hasil Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi, Pengetahuan dan Pelaksanaan Perawat dan Bidan

6. Hasil Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kuesioner 7. Hasil Distribusi Frekuensi Tindakan Perawatan 8. Hasil Uji Normalitas Data Saphiro Wilk

9. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank (rho) 10.Taksasi Dana

11.Surat izin Survei Awal dari Fakultas Keperawatan

12.Surat Selesai Survei Awal dari RSUD dr.Pirngadi Medan 13.Surat Izin Uji Reliabilitas Instrumen dari Fakultas Keperawatan

14.Surat Selesai Melakukan Uji Reliabilitas Instrumen dari RSUP Adam Malik Medan

15.Surat Izin Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan

16.Surat Selesai Pengambilan Data dari RSUD dr. Pirngadi Medan

17.Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU

18.Jadwal Tentatif Penelitian 19. Riwayat Hidup

20. Lembar Persetujuan Uji Validitas


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 24 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Ruang Nifas

RSUD dr. Pirngadi Medan ... 35 Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Perawat dan Bidan tentang

Episiotomi dan Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan ... 36 Tabel 5.3 Distribusi dan Frekuensi Pelaksanaan Perawatan dan Bidan dalam

Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Me-

-dan ... 37 Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan

Perawatana Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi

Medan ... 38


(12)

DAFTAR SKEMA


(13)

Judul penelitian : Hubungan Pengetahuan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi di ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Ruth Masniari Haloho

Nim : 101101099

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Luka episiotomi merupakan daerah yang rentan terjadi infeksi sehingga penting mempertahankan kondisinya agar tetap bersih dan kering. Perawat dan bidan perlu mengetahui dan memahami tentang episiotomi, prinsip dan tujuan tindakan episiotomi, serta cara perawatan luka episiotomi supaya dalam pengaplikasiannya perawat dan bidan dapat melakukan perawatan yang tepat dan benar. Desain Penelitian ini ialah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menganalisa hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan. Jumlah sampel yang diteliti ialah 33 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan Spearman rank. Hasil uji statistik pada penelitian ini didapat nilai r sebesar 0,351 dengan nilai signifikan(ρvalue =0,045) yang artinya terdapat hubungan yang lemah antara pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang nifas RSUD dr.Pirngadi Medan dengan arah korelasi positif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pengetahuan perawat dan bidan mempengaruhi pelaksanaannya dalam melakukan perawatan luka episiotomi. Oleh karena itu perawat dan bidan disarankan untuk meningkatkan layanan kesehatan dalam hal perawatan luka episiotomi untuk mencegah terjainya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka.


(14)

Title : Relationship of Nurses and Midwives Knowledge with the Implementation of Episiotomy Wound Care in Parturition Room of dr. Pirngadi General Hospital Medan

Name of Student : Ruth Masniari Haloho Student Number : 101101099

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Episiotomi wound is a vurnerable area occurs the infection so that is important to maintain its condition in order to stay clean and dry. Nurses and Midwives need to know and understand about episiotomy, principles and purposes of the act, as well as how to care episiotomy wound tnat nurses and midwives can perform the treatment approprately and correctly. It is a descriptive correlation design research taht aims to analyze the relationship of knowledge of nurses and midwives, with implementation in episiotomy wound care in parturition room of dr. Pirngadi General Hospital Medan. The number of sample examined was 33 people. The sample was taken using total sampling techniques. The data is analyzed by using Spearman rank. Statistics on the test results of this research were obtained the value of r is 0,351 with significant value (value ρ = 0,045) which means there is a week relationship between the nurse and midwife with knowledge implementation of episiotomy wound care in parturition room of dr. Pirngadi General Hospital Medan with positive correlation direction. From the results of this research were obtained conclusions that the knowledge of nurses and midwives affected the implementation in episiotomy wound care. It is therefore advisable to midwives and nurses to improve health services in terms of episiotomy wound care in order to prevent the infection and to speed wound healing.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang dinantikan ibu dan keluarga selama sembilan bulan. Menurut Jaringan Nasional Pelatihan Klinis Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) tahun 2008, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa di sertai penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi yang menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ketika plasenta sudah lahir dengan lengkap, maka pada saat itu ibu akan memulai masa nifas secara bertahap selama kira-kira 6 minggu sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula.

Masa Nifas merupakan masa yang cukup penting untuk dipantau oleh petugas kesehatan karena pelaksanaan yang kurang maskimal dapat menyebabkan berbagai masalah pada ibu seperti infeksi. Infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para petugas kesehatan memberikan perhatian yang besar pada masa ini (Sulistyawati, 2009).

Salah satu bentuk perhatian yang dilakukan petugas kesehatan selama masa nifas ialah memberikan perawatan. Perawatan yang diberikan harus mendukung dalam proses penyembuhan dan pengembalian kondisi tubuh kepada keadaan sebelum hamil. Perawatan yang memerlukan teknik khusus dan ketelitian dalam masa nifas ialah merawat luka pada perineum. Ada dua kemungkinan penyebab luka yang dijumpai, yaitu luka karena robekan dari dorongan kepala


(16)

janin yang spontan serta tidak terkontrol, dan luka karena episiotomi yang dilakukan secara sengaja oleh petugas kesehatan.

Luka episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir guna menghindari robekan yang tidak teratur. Tidak semua ibu bersalin normal dilakukan tindakan ini. Banyak juga ibu yang perineumnya mampu beradaptasi dan siap menerima kelahiran seorang bayi tanpa mengalami robekan. Namun tindakan episiotomi semakin sering terjadi. Dalam penelitian Molokulu, dkk (2013) diketahui data dari Rumah Sakit Umum (RSU) kota Yogyakarta tahun 2004, tentang persalinan dengan luka robekan perineum atau episiotomi sebanyak 208 kasus yaitu sekitar 65,61% dari jumlah persalinan pervaginam yang terjadi. Berdasarkan hasil survei pendahulu yang dilakukan oleh peneliti di RSUD dr.Pirngadi Medan data pasien persalinan pervaginam dan ekstraksi vakum tahun 2012 sebanyak 199 kasus dengan rata-rata pasien primigravida dan ekstraksi vakum dilakuan episiotomi.

Luka episiotomi merupakan daerah yang tidak mudah dijaga supaya tetap bersih dan kering sehingga rentan terjadi infeksi. Di Vietnam tahun 2005 infeksi terjadi 0,5-4,6%. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Romi (2009) di RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr.Pirngadi Medan, diketahui persentase pasien terkena infeksi luka episiotomi sebanyak 7,1% dari 42 sampel yang diteliti. Angka tersebut cukup bermakna mengingat Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPMRS) yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI No.129 tahun 2008 untuk angka kejadian infeksi sebesar ≤ 1,5 %. Infeksi menjadi faktor utama morbiditas pada ibu nifas bahkan menjadi salah satu sumber penyebab kematian pada ibu


(17)

pasca persalinan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dalam Depkes RI (2009), Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. Ditahun 2009 AKI masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 309 per 100.000 kelahiran hidup .

Infeksi luka episotomi terjadi karena daerah perineum yang tidak bersih serta perawatan yang kurang. Tanda-tanda infeksi dapat diketahui dari peningkatan suhu tubuh ibu dan teridentifikasinya tanda-tanda REEDA (redness, edema, ecchymosis/bruising, discharge & approximation of the wound) pada luka (Wheeler, 2004).

Perawatan khusus untuk luka episiotomi diperlukan untuk menjamin supaya daerah tersebut sembuh dengan cepat. Perawatan tersebut penting dilakukan supaya mikroorganisme tidak masuk ke dalam luka. Menurut Tarigan (2005), keberhasilan penyembuhan luka sangat tergantung pada penanganan yang tepat. Untuk penanganan yang tepat maka pemberi asuhan harus terampil dan memahami prinsip tentang perawatan luka episiotomi.

Dasar dalam memberikan asuhan pada ibu pasca persalinan khususnya luka episiotomi adalah mengetahui dan memahami tentang episiotomi, prinsip dan tujuan tindakan episiotomi, serta cara perawatan luka episiotomi. Sehingga dalam pengaplikasiannya perawat dan bidan sebagai pemberi asuhan dapat melakukan perawatan yang tepat dan benar. Perawat dan bidan bila sudah mencapai rentang pengetahuan yang demikian, maka secara bertahap masuk dalam kemampuan menemukan penyebab masalah, mencari hubungan yang terkait dengan tindakan


(18)

lalu menganalisisnya, kemudian dievaluasi tindakan lewat respon ibu, keadaan luka, dan penyembuhan luka.

Suatu metode yang sistematik dan mempunyai tujuan, dapat membantu pasien memperoleh kembali, mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya, terutama dalam hal memberi kepastian dan perencanaan pulang yang efektif. Mengkaji masalah kesehatan klien dan respon klien terhadap masalah tersebut, mengidentifikasi masalah tertentu yang memerlukan tindakan intervensi, mengembangkan suatu rencana untuk mengeliminasi atau memodifikasi masalah, serta menentukan intervensi yang tepat kepada pasien (Potter & Perry, 2005).

Pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang diberikan, kemungkinan memperoleh hasil yang tidak selalu seperti apa yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan. Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa dengan meningkatnya pemahaman konsumen terhadap masalah kesehatan mereka, maka pemberi layanan kesehatan berada dalam pengawasan yang semakin ketat. Pelayanan kesehatan yang aman, efektif dan ramah menjadi harapan masyarakat. Jadi jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk melawan pemberi pelayanan, dan berbagai dilema etik akan menjadi masalah besar.

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan


(19)

serta adanya kode etik dalam pekerjaannya yang memandang seluruh aspek kehidupan manusia secara holistik yakni bio, psiko, sosio, serta spiritual (Hidayat, 2007). Dan kebidanan merupakan profesi yang mengutamakan pelayanan kesehatan pada ibu, anak, dan keluarga berencana yang memiliki otonomi penuh dalam praktiknya (Syahfruddin, dkk., 2010).

Perawat dan bidan pada dasarnya sudah dibekali ilmu pengetahuan tentang episiotomi, prinsip dan tujuan tindakan serta dasar perawatan luka episiotomi di Pendidikan Tinggi. Sementara di tempat layanan kesehatan seperti rumah sakit, perawat dan bidan akan mengaplikasikan perawatan luka secara langsung pada ibu pasca bersalin yang mendapat luka episiotomi sesuai dengan protap rumah sakit dan standar operasional prosedur (SOP) yang ada. Berangkat dari hal-hal mendasar tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi pada Persalinan Normal di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan.

1.2Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan perawat dan bidan RSUD dr. Pirngadi tentang perawatan luka episiotomi pada persalinan nomal?

2. Bagaimana pelaksanaan perawatan luka episiotomi yang dilakukan perawat dan bidan di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan?

3. Adakah hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan?


(20)

1.3Hipotesa

Dalam Penelitian ini hipotesa yang akan dibuktikan ialah hipotesa Ho ditolak atau Ha diterima. Hipotesa Ho adalah tidak ada hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi sedangkan Ha adalah ada hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi. Hipotesa akan ditolak atau diterima ditentukan berdasarkan hasil hitung uji statistik terhadap data yang diperoleh. Apabila nilai hitung uji statistik dari hasil penelitian lebih besar dari nilai tabel dengan taraf signifikan (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.

1.4Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan perawat dan bidan tentang perawatan luka episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan

b. Untuk mengetahui pelaksanaan perawatan luka episiotomi yang dilakukan perawat dan bidan pada persalinan normal di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan.


(21)

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan evaluasi untuk meningkatkan tindakan perawatan luka episiotomi di rumah sakit dalam upaya mempercepat penyembuhan luka dan memperpendek hari rawat pasien.

1.5.2 Institusi Keperawatan

Sebagai bahan acuan untuk penerapan ilmu keperawatan maternitas khususnya dalam perawatan luka episiotomi.

1.5.3 Penelitian Keperawatan yang Akan Datang

Hasil penelitian ini memberi masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan dan pelaksanaan perawatan luka episiotomi.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan tentang konsep terkait dengan permasalahan yang diteliti sebagai berikut.

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoadmodjo, 2005).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2005), secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.


(23)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau pengaplikasian prinsip yang diketahuinya tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.


(24)

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah berlangsung seumur hidup, menurut batasan ini proses pendidikan tidak hanya sampai pada kedewasaan saja, melainkan tetap berlangsung seumur hidup. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka hidup akan semakin berkualitas dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya. b. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran dari suatu pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Sikap yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap


(25)

perilaku berikutnya yang direalisasikan hanya apabila ada kondisi dan situasi yang memungkinkan.

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerja adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji, baik berupa uang atau barang, Sedangkan lapangan kerja adalah suatu pekerjaan yang ditugaskan pada seseorang.

d. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan keinginan yang berasal dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan dan dapat dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan. Untuk merubah kharakteristik yang lama seperti nilai, sikap, kepercayaan, dan pemahaman maka perlu dukungan dan dorongan dari orang sekitarnya.

2.2 Episiotomi

2.2.1 Pengertian Episiotomi

Episiotomi adalah insisi jaringan perineal yang bertujuan melebarkan pintu vulva selama pelahiran. Diskusi yang terperinci mengenai episiotomi harus dilakukan selama kehamilan sehingga ibu mengetahui indikasi dan implikasi intervensi tersebut. Tidak semua ibu bersalin dilakukan tindakan episiotomi. Hal ini membutuhkan pengalaman yang matang untuk menentukan kapan episiotomi tidak diperlukan saat persalinan (Liu, 2008). Prosedur ini dilakukan sebagian


(26)

besar bergantung pada kebutuhan dan bila ada risiko trauma maternal yang berat dan spontan, serta mempercepat kelahiran jika terjadi perburukan kondisi janin (Fraser & Cooper, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epidural (Saifuddin, 2006).

2.2.2 Tujuan dan Pertimbangan Melakukan Episiotomi

Tindakan episiotomi harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi selama proses persalinan. Menurut Sulityawati dan Nugraheny (2010), tujuan dan pertimbangan dalam melakukan episiotomi dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tujuan tindakan episiotomi

a. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak b. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit c. Menghindari robekan perineum spontan.

d. Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervagina Pertimbangan melakukan episiotomi dapat diketahui sebagai berikut:

1. Pada waktu puncak his dan saat pasien meneran 2. Perineum sudah tipis

3. Lingkar kepala pada perineum sekitar 4 cm

4. Hampir pada mayoritas primigravida, tapi evidanced based menyatakan, hal ini dapat dihindari dengan mempertimbangkan elastisitas perineum.


(27)

5. Pada multigravida dengan perineum yang kaku 6. Pada persalinan prematur atau letak sungsang

2.2.3 Jenis-Jenis Episiotomi

Benson dan Pernoll (2009) menyatakan, sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang digunakan yaitu episiotomi pada garis tengah (midline episiotomy) dan episiotomi mediolateralis.

a. Median (Midline episiotomy)

Insisi ini merupakan insisi garis tengah yang mengikuti garis alami insersi otot perineal. Insisi median berkaitan dengan pendarahan yang lebih sedikit, tetapi insiden kerusakan spingter anal yang lebih tinggi. Insisi ini lebih mudah diperbaiki dan hanya menimbulkan sedikit nyeri dan dispareunia. Insisi ini lebih banyak dilakukan di AS (Fraser & Cooper, 2011).

b. Mediolateral

Inisisi ini dimulai dari titik tengah fourchette dan diarahkan 45° dari garis tengah menuju titik tengah antara tuberositas iskia dan anus. Garis ini dibuat untuk menghindari kerusakan sfingter anal dan kelenjar Bartholin, tetapi lebih sulit untuk diperbaiki. Mediolateral adalah insisi yang paling banyak dilakukan di Inggris (Fraser & Cooper, 2011).

2.2.4 Derajat Luka Episiotomi

Luas luka perineum akibat episiotomi dalam Fraser & Cooper (2011) dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu :


(28)

a. Derajat I

Robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superfisial sampai ke otot, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, dan fourchette posterior sekitar 1 – 1 ½ cm.

b. Derajat II

Robekan mencapai otot-otot pineum yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterio, otot perineum, sehingga robekan lebih dalam. c. Derajat III

Robekan mencakup keseluruhan perineum hingga mencapai spingter ekterna rektum, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterior, otot perineum, otot spinter ani eksterna rektum.

d. Derajat IV

Robekan mencakup keseluruhan perineum, spinter rektum, hingga mencapai dinding rektum anterior, yaitu melibatkan mukosa vagina, kulit perineum, fourchette posterior, otot perineum,otot spinter ani eksterna rektum, hingga dinding mukosa rektum anterior.

2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Dilakukannya Episiotomi

Menurut Sumarrah, dkk. (2009) indikasi episiotomi ialah sebagai berikut: a. Untuk menolong keselamatan janin, sehingga persalinan harus segera diakhiri b. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, akan

dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum c. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina


(29)

d. Perineum kaku dan pendek

e. Adanya ruptur yang membakat pada perineum

f. Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin Kontra Indikasi Episiotomi

a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam

b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

2.2.6 Komplikasi Luka Episiotomi

Komplikasi episiotomi dapat diketahui sebagai berikut:

a. Episiotomi dapat memanjang sampai ke saluran rectum (saluran anus). Biasanya komplikasi terjadi karena adanya infeksi yang dapat diketahui dengan tanda-tanda REEDA (redness, edema, ecchymosis/bruising, discharge & approximation of the wound), kemudian komplikasi yang dapat terjadi yaitu memar atau pembentukan lubang baru antara vagina dan rectum yang sering disebut dengan fistula. Namun ini sangat jarang terjadi. b. Nyeri post partum dan dyspareunia. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih

sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit. Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat menyebabkan dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat. Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa.


(30)

c. Trauma perineum posterior berat ataupun trauma perineum anterior. Luka episiotomi dapat diperberat dengan adanya cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan alvi.

d. Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.

e. Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat,menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual.

(Liu, 2008)

2.2.7 Penatalaksanaan Luka Episiotomi

Penatalaksanaan Luka episiotomi merupakan bentuk intervensi yang dilakukan petugas kesehatan untuk melakukan perbaikan pada area luka. Saat perbaikan luka, posisi pasien litotomi ataupun dorso rekumben dan dalam proses perbaikan sedapat mungkin dijaga dan dipertahankan teknik aseptik (Liu, 2008).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada penatalaksanaan luka episiotomi yaitu sebagai berikut:

c. Bersihkan area bedah, tutupi dengan duk dan pertahankan teknik aseptik. Mulai menjahit dari bagian atas apeks dan menyatukan mukosa vagina yang dilanjutkan dengan mengunci stik jahitan yang berjarak antara 1 cm dan 1 cm dari ujung luka. Ikat pada taut mukokutaneus vagina dari kulit tipis dibelakang vulva. Pastikan aposisi anatomis khususnya pada sisa himen dan taut mukokutaneus.


(31)

d. Langkah ini dilanjutkan dengan memutuskan jahitan yang dibuat perpendikular terhadap kulit. Jahitan ini menghilangkan ruang rugi dan menyatukan jaringan subkutan, otot-otot levator ani serta perineal. Hindari membuat jahitan menembus mukosa rektal.

e. Jahitan subkutan dibuat dengan kedalaman 1 cm dan dengan jarak antara 1 cm untuk menutup luka kutaneus. Jahitan poliglikolik yang menghasilkan lebih sedikit reaksi jaringan direkomendasikan.

f. Periksa vagina untuk meyakinkan tidak ada kerenggangan pada garis jahitan dan hemostasis dapat tercapai. Lakukan pemeriksaan rektal untuk menyingkirkan stik jahitan yang dapat menembus mukosa rektal dan adanya hematoma. Semua stik jahitan harus digunting. Hematoma harus dihilangkan (Liu, 2008).

Menurut Liu (2008), kerusakan episiotomi sering diikuti dengan infeksi dan hematoma. Prosedur berikut harus digunakan:

1. Ambil apusan dari luka yang terinfeksi dan vagina untuk kultur bakteri 2. Anastesia epidural atau umum memudahkan perbaikan yang benar

3. Episiotomi yang lama harus dibuka semuanya, hilangkan hematoma jika ditemukan, tepi luka dirapikan dan perbaikan diefektifkan dengan memutus jahitan untuk memungkinkan drainase.

4. Luka jahitan superfisial pada tepi luka tidak perlu dijahit ulang. Pertahankan luka tetap bersih, dengan mencucinya secara teratur dengan menggunakan garam dan air akan meningkatkan kecepatan penyembuh.


(32)

2.3 Nifas

2.3.1 Pengertian Nifas

Nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).

2.3.2 Tahapan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2009), Masa Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote pueperium.

a. Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan tahunan.

2.3.3 Perawatan Nifas

Ada banyak hal yang harus diperhatikan perawat dan bidan dalam proses penyembuhan dan pengembalian kondisi tubuh kebentuk semula sebelum hamil selama perawatan nifas. Perawat dan bidan sebagai petugas kesehatan yang


(33)

berperan dalam memberikan asuhan, memiliki tanggungjawab penting untuk merawat ibu nifas di rumah sakit. Sulistyawati (2009) menyatakan bahwa Bidan sangat dituntut kemampuannya dalam menerapkan teori yang telah didapatnya kepada pasien serta penguasaan dalam mengambil keputusan yang tepat terhadap kondisi pasien seperti penemuan dan penentuan kondisi pasien melalui proses pengkajian yang membutuhkan pelaksanaan tertentu seperti mengatasi nyeri post partum, mengenal dan mencegah terjadinya infeksi luka perineum dengan melakukan perawatan.

Perawat juga memiliki tanggungjawab penuh dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas bagi ibu postpartum dengan segala kondisi yang di temukan selama masa nifasnya, mulai dari mengidentifikasi permasalahan yang aktual dan potensial seperti kondisi-kondisi patologis dan komplikasi yang mungkin terjadi, menegakkan diagnosa, membuat perencanaan, dan memberikan intervensi terkait kondisi yang dialami (Mitayani, 2009). Di Rumah sakit setelah persalinan perawat dan bidan memberikan perawatan pada ibu nifas dalam perawatan perineumnya. Menurut Deswani (2010), perawatan ini adalah yang pertama kali harus diberikan untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan, keadaan lochea, dan keadaan jahitan di luka perineum pada 1-2 jam pertama setelah persalinan. Luka episiotomi perlu dipantau dan dijaga kebersihannya untuk menghindari kejadian infeksi di kemudian hari.


(34)

2.3.4 Perawatan Luka Episiotomi di Rumah sakit

Perawatan luka episiotomi pada jam- jam pertama setelah bersalin, biasanya dilakukan setelah mengkaji stabilitas fisik ibu, dan untuk 2 jam berikutnya perawatan luka episiotomi dilakukan setelah buang air kecil, buang air besar, ataupun pada saat personal higiene. Menurut Morison (2004), prinsip-prinsip pencegahan infeksi luka didasarkan pada pemutusan rantai kejadian yang menyebabkan organisme makin berkembang dan menginfeksi luka. Hal yang penting dilakukan untuk pencegahan infeksi luka tersebut ialah mengisolasi sumber infeksi potensial dengan barier perawatan, membersihkan dan melakukan desinfeksi secara efektif terhadap lingkungan fisik, perawat dan bidan melakukan cuci tangan yang benar, teknik pembalutan yang aseptik serta melindungi pasien yang rentan. Dalam Perawatan Luka epsiotomi dilakukan sesuai dengan standar operasional yang ada.

Menurut Sulistiawaty (2009), perawatan luka episiotomi dilakukan bersamaan dengan vulva hygiene sehingga perlu menyediakan botol berisi air hangat untuk membersihkan bagian vulva yang kotor karena lochea, bekas BAK, dan BAB. Rosyidi (2013), memfokuskan sebuah prosedur perawatan luka episiotomi dan menyatakan hal pertama dilakukan sebelum melakukan perawatan adalah mempersiapkan peralatan antara lain.

Peralatan steril : a. Gunting lurus /AJ b. Kapas lidi 2 c. Kassa steril


(35)

d. Kassa penekan e. Mangkok kecil f. Handscoen steril

Alat tidak steril: a. Gunting pembalut b. Handscoen non steril c. Bengkok/kantong plastik d. Pengalas

e. Pinset bersih

Menurut Sulistyawati (2009), handscoen DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) juga dapat digunakan dalam melakukan perawatan luka perineum sebagai pengganti bila tidak tersedia handscoen steril yang baru.

Persiapan pasien, perawat maupun bidan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian menutup pintu/jendela atau di pasang sampiran untuk menjaga privasi pasien. Langkah-langkah tindakan perawatan luka episiotomi adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan prosedur kepada pasien b. Menempatkan alat ke dekat pasien

c. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin

d. Mencuci tangan kemudian memakai handscoen bersih/pinset lepaskan balutan


(36)

f. Letakkan balutan kotor di tempat sampah, lepas sarung tangan g. Membuka perangkat alat steril disamping pasien

h. Memakai handscoen steril

i. Membersihkan luka sampai bersih dengan memakai pinset dan depress/kasa steril, desinfektan dari arah depan ke belakang.

j. Depress kotor dibuang pada tempatnya

k. Pinset yang tidak steril diletakkan di bengkok l. Luka dikeringkan dengan depress /kassa steril

m. Lalu di beri obat salep / antiseptik lalu ditutup dengan pembalut n. Sarung tangan dilepas

o. Rapikan alat dan pasien p. Mencuci tangan

q. Dokumentasikan : karakteristik luka (Rosyidi, 2013)

2.3.5 Sikap Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episiotomi

Sikap perawat dan bidan saat melakukan tindakan harus teliti, sopan, sabar dan percaya diri. Tindakan dilakukan dengan sistematis. Hasil yang akan dicapai dari intervensi ini ialah pasien berada pada posisi aman dan nyaman, tidak terjadi infeksi, dan penyembuhan luka jahitan (Rosyidi, 2013).


(37)

3.1 Keran Da bebas seda dalam pen bidan tent prinsip-pri luka episi dalam per dari pers pendokum KETERANG Skema 3.1 pelaksanaa Faktor-fa mempen -Pendidi -Pengala -Pekerjaa -Motivas Pengetah bidan ten perawata -Baik -Cukup -Kurang ngka Konse alam peneli angkan pela nelitian ini. tang pengert insip tindak iotomi. Ke rawatan luk iapan alat, mentasian. GAN: 1 Kerangka an perawata faktor yang ngaruhi: kan aman an si huan perawa ntang episio an luka epis

KERA

eptual tian ini pen aksanaan pe

Hal yang i tian episioto kan episioto emudian m

ka episiotom , tindakan

Konsep hub an luka epis

at dan otomi dan siotomi: BAB ANGKA PE

ngetahuan p erawatan lu ingin dident omi, tujuan omi, kompli mengidentifik

mi yang di dan sika bungan pen siotomi. 3 ENELITIA perawat dan uka episioto tifikasi iala n episiotomi ikasi keada kasi pelaks lakukan de ap saat m

= Varia = Vari = Gar ngetahuan p P lu -B -T AN

n bidan mer omi menjadi h pengetahu , waktu dila an luka dan sanaan pera engan prinsi elakukan p

abel yang dit iabel yang tid ris Hubungan erawat dan Pelaksanaan uka episioto Baik Tidak Baik rupakan var di variabel t

uan perawa akukan tind n cara peraw

awat dan ip steril dim perawatan teliti dak diteliti n bidan deng n perawatan omi : riabel erikat at dan dakan, watan bidan mulai serta gan


(38)

6.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan Perawat dan Bidan Pengetahuan perawat dan bidan adalah hal-hal yang sudah di ketahui dan dimengerti oleh perawat dan bidan yang bertugas di ruang nifas RSUD dr. Pirngadi Medan tentang tentang pengertian episiotomi, waktu tindakan, tujuan tindakan, kontraindikasi, komplikasi luka, serta perawatan luka episiotomi. Sehingga dengan demikian perawat dapat mengaplikasikan tindakan perawatan tersebut pada pasien yang memiliki luka episiotomi. Kuisioner pengetahuan perawat dan bidan tentang perawatan luka episiotomi yang terdiri dari 15 pertanyaan tertutup, dengan pilihan jawaban a,b,c,d,e Baik 11-15 Cukup 6-10 Kurang ≤ 5

Ordinal 2. Pelaksanaan perawatan luka episiotomi Pelaksanaan perawatan luka episiotomi ialah tindakan yang dilakukan perawat dan bidan dalam memberikan perawatan luka episiotomi dengan prinsip steril di ruang nifas yang terdiri dari persiapan alat, tindakan &

Lembar Observasi perawatan luka episiotomi yang terdiri dari 21 tindakan. Yakni: 1-4 Persiapan, 5-19 Tindakan dan Sikap, Dokumentasi Baik ≥80% Tidak baik <80% Ordinal


(39)

sikap, serta

pendokumentasian dengan maksud mengaplikasikan pengetahuan tentang perawatan luka episiotomi di RSUD dr. Pirngadi

20-21 dengan penilaian tindakan dilakukan dan tidak dilakukan

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan tindakan perawatan luka episiotomi di RSUD dr. Pirngadi Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Ruang Nifas di RSUD dr. Pirngadi Medan merupakan ruang rawat inap bagi pasien postpartum yang terdiri dari 2 ruangan yaitu ruang Tulip dan ruang Tanjung II. Melalui data yang berhasil dikumpulkan peneliti diketahui bahwa di ruang Tulip jumlah perawat pelaksana 9 orang dan bidan 8 orang di ruangan. Dan di ruang tanjung II hanya bidan yang bertugas yaitu sebanyak 16 orang. Dengan demikian Jumlah populasi perawat pelaksana dan bidan yang bertugas di ruang Nifas dr. Pirngadi Medan sebanyak 33 orang.


(41)

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dimana sampel diambil ialah seluruh jumlah perawat pelaksana dan bidan yang bekerja di ruang Nifas yaitu sebanyak 33 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan, dengan pertimbangan bahwa RSUD dr. Pirngadi adalah rumah sakit umum tipe B yang memungkinkan peneliti mendapatkan sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini dan lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti. Pengambilan data penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2014-April 2014.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat izin dari pihak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari pihak RSUD dr. Pirngadi Medan. Pada saat penelitian ke lokasi, peneliti memulainya dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Calon responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitan, lalu kemudian memberikan lembar persetujuan kepada calon responden dan menanyakan kesediaan calon responden dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormat keputusannya.


(42)

Peneliti hanya mencantumkan inisial nama responden pada lembar kuesioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan pengetahuan perawat dan bidan tentang luka episiotomi dan prinsip tindakan perawatannya. Lembar observasi dibagi dalam tiga bagian perlakuan yaitu persiapan pasien, pelaksanaan dan sikap, serta dokumentasi.

4.5.1 Kuesioner A. Data Demografi

Data demografi digunakan untuk mengkaji data responden yang terdiri atas nama (inisial), umur, jenjang pendidikan, dan lama bekerja.

B. Kuesioner tentang pengetahuan perawat dan bidan tentang episiotomi dan tindakan perawatan luka episiotomi

Kuesioner ini disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, yang memuat tentang pertanyaan tentang pengertian, waktu tindakan, tujuan tindakan, kontraindikasi, komplikasi dan perawatan luka episiotomi. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban a,b,c,d,e yang cara menjawabnya dengan memberi tanda cross (x) pada pilihan jawaban yang tersedia. Jika jawaban benar skor 1 dan jika jawaban salah/tidak tahu skor 0. Skala


(43)

pengukuran yang digunakan ialah skala ordinal. Perhitungan hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002).

Panjang kelas = Rentang kelas = 15 = 5 Banyak kelas 3

Sehingga dengan demikian hasil pengetahuan perawat dan bidan tentang pengertian, waktu tindakan, tujuan tindakan, kontraindikasi, komplikasi dan perawatan luka episiotomi dikategorikan sebagai berikut :

Baik = 11-15

Cukup = 6-10

Kurang = ≤ 5

4.5.2 Lembar Observasi

Lembar Observasi dalam penelitian ini ialah tentang pelaksanaan perawatan luka episiotomi yang diambil dari buku referensi Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan luka episiotomi yang telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan data penelitian yang diambil. Yang terdiri dari tiga bagian perlakuan dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan sikap serta pendokumentasian. Dalam Lembar observasi ada 21 tindakan yang harus dilakukan oleh responden. Dalam metode pengambilan data tersebut pilihan jawaban yang disediakan ialah dilakukan dan tidak dilakukan dengan cara menjawab memberikan tanda Checklist (√ ) pada kolom yang sudah disediakan. Skor 1 jika dilakukan dengan benar, skor 0 bila dilakukan dengan salah atau tidak melakukan sama sekali.


(44)

Lembar observasi akan diisi oleh peneliti sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh responden saat melakukan perawatan luka episiotomi pada ibu postpartum. Penilaian praktik perawatan yang dilakukan sesuai SOP dengan formulasi:

Jumlah tindakan yang dilakukan x 100% Jumlah seluruh item tindakan

Sehingga perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan, Baik = ≥80 %,

Tidak Baik = <80%.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas yang dilakukan untuk kuesioner pengetahuan perawat dan bidan tentang luka episiotomi dan prinsip perawatannya dan lembar observasi pelaksanaan perawatan luka episiotomi dalam penelitian ini ialah validitas isi yaitu substansi pengukuran mewakili konsep yang sudah dirumuskan yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel secara tepat. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah divalidasi oleh dosen dari Departemen Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil uji validitas terhadap instrumen penelitian ini dinyatakan valid karena kuesioner telah relevan dengan isi instrumen penelitian yang mana dapat menggambarkan pengetahuan perawat dan bidan.


(45)

Peneliti menggunakan uji reliabilitas K-R 20 dimana uji ini digunakan pada instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ganjil dan cara pemberian skornya 1 dan 0. Uji reliabilitas K-R 20 menggunakan rumus:

r11 =( k ) (st2 - ∑piqi) k-1 st2 Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan st2= varians total

pi = proporsi subjek yang menjawab betul pada satu butir qi= proporsi subjek yang mendapat skor 0

qi = 1- pi

(Sugiyono, 2010)

Uji reliabilitas dilakukan kepada 20 orang perawat dan bidan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada penelitian ini hasil yang diperoleh untuk kuesioner pengetahuan sebesar 0,72. Hal ini sesuai dengan Polit & Hungler (2001) yang menyatakan bahwa hasil akan reliabel jika koefisien lebih besar dari 0,70.

4.7 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan penelitian setelah mendapat izin dari RSUD dr.Pirngadi Medan. Selanjutnya Peneliti menemui kepala ruang perawat dan bidan di ruang nifas untuk meminta izin melakukan pengumpulan data. Peneliti bekerjasama dengan kepala ruang tersebut dalam hal menemui responden yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Setelah menemui responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tersebut mengenai tujuan dan manfaat


(46)

penelitian serta proses pengisian kuesioner, kemudian responden diminta untuk menandatangi lembar persetujuan menjadi responden dan peneliti membagi kuesioner kepada responden.

Selama proses pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden. Apabila ada pertanyaan yang tidak jelas, peneliti dapat menjelaskan kepada responden maksud pernyataan dalam kuesioner. Setelah itu peneliti meminta nomor handphone salah satu responden, supaya dapat dihubungi untuk menanyakan apakah ada pasien nifas dengan luka episiotomi, agar peneliti bisa siap sedia datang ke rumah sakit untuk melakukan observasi perawatan luka episiotomi tersebut. Peneliti meminta kerjasama seluruh responden supaya bersedia diobservasi untuk melaksanakan perawatan. Perawatan dilakukan bersamaan dengan personal hygiene pagi pukul 07.00 dan sore pukul 17.00 sesuai dengan ketentuan RSUD dr.Pirngadi Medan. Peneliti lebih banyak melakukan pengobservasian pada sore hari dibandingkan pada pagi hari mengingat peneliti memiliki perkuliahan pagi dikampus.

Lembar observasi diisi oleh peneliti sendiri dan diberi nomor serta inisial nama responden yang telah mengisi kuesioner dan dikaji hal-hal yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan reponden sesuai dengan item yang ada di lembar observasi. Lembar observasi tidak ditunjukkan kepada responden dan dinilai secara objektif oleh peneliti sendiri. Setelah itu peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan lembar observasi yang telah diisi oleh peneliti. Kemudian data yang diperoleh diolah secara komputerisasi.


(47)

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu mengecek nomor responden dan kelengkapan jumlah kuesioner serta memastikan semua jawaban yang telah diisi sesuai petunjuk. Tahap yang kedua yaitu memberi kode numerik tertentu pada kuesioner terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Tahap yang ketiga yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer. Tahap yang keempat yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Dari hasil uji kenormalan data yang dilakukan peneliti, salah satu variabel tidak berdistribusi normal. Menurut Sugiyono (2010), data yang tidak berdistribusi normal dapat diuji statistiknya dengan menggunakan analisis non parametrik. Uji korelasi statistik non parametrik yang digunakan peneliti ialah uji korelasi Spearman Rank (Rho). Menurut Hidayat (2007) Uji ini digunakan untuk mengukur eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal.


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD dr.Pirngadi dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data mulai bulan februari 2014 sampai bulan mei 2014.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan dan pelaksanaan perawat dan bidan dalam hal perawatan luka episiotomi di RSUD dr.Pirngadi, serta hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang nifas RSUD dr.Pirngadi Medan.

5.1.1 Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden yang disajikan mencakup umur, jenjang pendidikan, dan lama bekerja perawat dan bidan di ruang nifas RSUD dr.Pirngadi Medan. Data ini disajikan berguna untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor eksternal dan internal mempengaruhi pengetahuan dan pelaksanaan responden dalam merawat luka episiotomi. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari tabel 5.1 berikut.


(49)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Ruang Nifas RSUD dr.Pirngadi Medan

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

20 tahun- 29 tahun 12 36,4

30 tahun- 39 tahun 9 27,3

40 tahun- 49 tahun 11 33,3

50 tahun- 60 tahun 1 3,0

Jenjang Pendidikan

D1 2 6,1

D3 20 60,6

D4 10 30,3

S1 1 3,0

Lama Bekerja

<1 tahun 2 6,1

3 tahun 1 3,0

>3 tahun 30 90,9

Total 33 100

Dari tabel diatas 33 orang responden yang seluruhnya adalah perempuan adalah perawat dan bidan dari dua ruangan nifas di RSUD dr. Pirngadi Medan. Hasil yang terkumpul untuk data umur, mayoritas pada rentang 20-29 tahun (36,4%), untuk data pendidikan mayoritas D3 (60,6%), dan lama bekerja mayoritas >3 tahun (90,9%).


(50)

5.1.2 Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang Episiotomi dan Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan

Pengetahuan diukur berdasarkan kemampuan responden menjawab kuesioner yang diberikan peneliti. Pengukuran pengetahuan dikategorikan baik, cukup, kurang dengan ketentuan seperti yang sudah dibahas di bab sebelumnya. hasil penelitian untuk pengetahuan perawat dan bidan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Distribusi dan frekuensi Pengetahuan Perawat dan Bidan tentang Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan (N=33).

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase(%)

Baik 20 60,6

Cukup 13 39,4

Kurang 0 0

Total 33 100

Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa 20 responden (60,6%) memiliki pengetahuan yang baik, 13 responden (39,4%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan untuk pengetahuan yang kurang tidak ada.


(51)

5.1.3 Pelaksanaan Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan

Pengukuran kemampuan responden dalam merawat luka episiotomi menggunakan panduan lembar SOP. Pelaksanaan perawatan luka episiotomi ini dinilai dengan metode observasi sehingga di peroleh hasil seperti pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Distribusi dan frekuensi Pelaksanaan Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan (N=33).

Pelaksanaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 28 84,8

Tidak Baik 5 15,2

Total 33 100

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa 28 responden (84,8%) melaksanakan perawatan luka episiotomi dengan baik, dan 5 responden (15,2%) melaksanakan perawatan luka episiotomi dengan tidak baik.

5.1.4 Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan.

Penentuan nilai hubungan dalam penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dengan uji korelasi Spearman Rho. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.


(52)

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan.

Variabel 1 Variabel 2 p r Pengetahuan perawat Pelaksanaan perawat- 0,045 0,351

dan bidan -an luka episiotomi

Dari tabel 5.4 maka di peroleh hasil nilai p sebesar 0,045. Angka ini lebih kecil dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Maka dapat di ketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi oleh perawat dan bidan yang bertugas di ruang nifas RSUD dr. Pirngadi Medan sehingga dalam hal ini hipotesa dapat diterima. Nilai koefisien yang di peroleh ialah r = 0,351 dimana korelasi antara 2 variabel dalam penelitian ini memiliki interpretasi kekuatan hubungan yang lemah dengan arah positif. Hubungan dengan arah positif menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan perawat dan bidan maka semakin baik pelaksanaan perawat dan bidan dalam perawatan luka episiotomi.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan

Hasil penelitian diperoleh responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 orang (60,6%), pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 13 orang (39,4%) dan kategori rendah tidak ada. Responden dengan yang


(53)

berpengetahuan baik ialah responden yang secara kognitif telah memahami hal-hal yang berkaitan dengan luka episiotomi dan perawatannya. Peneliti mengasumsikan hal ini berkaitan dengan mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan D3 sebanyak 60,6%, dimana perawat dan bidan dengan jenjang pendidikan D3 telah memiliki kemampuan kognitif dalam mengenal suatu permasalahan dalam layanan kesehatan maternitas, terutama keadaan ibu nifas yang memiliki jahitan perineum. Didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bakara (2007) di RSUD dr. Pirngadi yang mana bidan dengan jenjang pendidikan D3 telah mampu mengidentifkasi suatu masalah dan menemukan cara untuk mengatasinya dengan memberi asuhan yang tepat. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2005), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mampu seseorang berfikir logis dan memahami informasi yang didapat.

Kemampuan seseorang untuk berfikir logis dalam memahami suatu informasi didukung oleh usia responden yang mayoritas berada pada rentang 20-29 tahun (36,4%) dan 30-39 tahun (33,3%) dimana pada rentang usia tersebut memungkinkan responden dapat berfikir secara rasional dalam menjawab pertanyaan kuesioner. Menurut Hurlock (1999), usia 20-29 merupakan rentang usia dewasa muda yang mana seseorang telah menunjukkan kematangan jiwa dan kematangan intelektual dalam menganalisis dan mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan. Usia 30-39 tahun juga merupakan rentang usia yang cukup dewasa dan matang dalam berpikir dimana seperti yang dijelaskan Schaie (2000 dalam Papalia, Olds & Feldman 2001), bahwa perkembangan kognitif yang


(54)

berhubungan dengan pengetahuan akan berada pada tahap achieving stage dimana orang dewasa menggunakan pengetahuan untuk mencapai tujuan.

Faktor lain yang berkaitan dengan pengetahuan responden ialah pengalaman bekerja responden yang mayoritas >3 tahun (90,9%), dimana hal ini memungkinkan responden memperoleh pengetahuan tentang episiotomi dan cara perawatannya dari pengalaman selama ia bekerja. Pernyataan tentang pengalaman ini sejalan dengan Penelitian Eriawan dkk (2013) yang menyatakan bahwa masa kerja menentukan pengalaman dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan, dan menurut Swansburg (2000) semakin bertambah masa kerja maka semakin bertambah juga pengalaman kliniknya. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2005) yang mengatakan bahwa pengalaman menjadi suatu cara untuk memperoleh kebenaran dari suatu pengetahuan yang diupayakan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Hasil penelitian juga menunjukkan ada 39,4% responden berpengetahuan cukup. Hal ini diasumsikan ada faktor-faktor lain yang memungkinkan responden kurang mendapat informasi-informasi tentang luka episiotomi dan cara perawatannya misalnya jarang atau belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar dari luar yang terkait dengan luka episiotomi. Informasi dari luar lingkungan kerja berguna untuk menambah wawasan perawat dan bidan dalam mendukung layanan kesehatan kepada pasien. Menurut Jaringan Pelatihan Klinis Kesehatan Reproduksi (2008), fungsi pelatihan bagi tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan kesehatan reproduksi terutama kesehatan ibu. Didukung oleh penelitian yang dilakukan


(55)

Lumbanraja (2010) yang menyatakan bahwa dengan pelatihan yang didapat, berbagai kekurangan perawat dan bidan dalam menerapkan praktek-praktek keperawatan dan kebidanan dapat semakin ditingkatkan, sehingga dengan demikian prestasi kerja mereka akan semakin meningkat.

5.2.2 Pelaksanaan Perawat dan Bidan dalam Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD Dr. Pirngadi Medan

Hasil penelitian yang diperoleh dari responden dalam pelaksanaan perawatan luka episiotomi ialah mayoritas melakukan perawatan luka episiotomi dengan baik sebesar 84,8%, dan responden yang melakukan perawatan luka episiotomi dengan tidak baik sebesar 15,2%. Pelaksanaan responden yang baik memungkinkan responden mengetahui dan memahami langkah-langkah perawatan luka epsiotomi sesuai dengan standar perawatan yang berlaku. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2005) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang bila sudah berada pada tahap mengetahui dan memahami permasalahan yang dihadapi maka akan semakin mudah dalam mengaplikasikan tindakan untuk mengatasi permasalahannya. Pengetahuan responden yang baik akan membantu mempermudah responden untuk mengaplikasikan tindakan perawatan dengan tepat dan cepat. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Elita (2005) tentang peran perawat bidan dalam pelayanan perawatan nifas yang secara keseluruhan dikategorikan baik (78,6%) oleh karena perawat melakukan dengan cepat dan tepat sesuai standar prosedur.

Hasil penelitian juga menunjukkan pelaksanaan perawatan luka episiotomi, ada 15,2% responden melaksanakan perawatan luka episiotomi


(56)

dengan tidak baik. Responden dengan kategori tidak baik tersebut merupakan responden yang melakukan <80% tindakan perawatan luka episiotomi pada lembar observasi yang telah disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Menurut pengamatan peneliti, hal ini diasumsikan perawatan luka episiotomi dilaksanakan pada saat yang bersamaan dengan waktu melakukan personal hygine pada seluruh pasien nifas sebelum pergantian sift kerja. Dengan bertambahnya kesibukan responden, membuat perawatan yang dilakukan dalam beberapa hal menjadi tidak tepat seperti prinsip tindakan menjadi nonsteril, kurang teliti, dan komunikasi yang tidak terapeutik.

Data menunjukan dari keseluruhan responden, ditemukan 39,4% responden melakukan perawatan dengan prinsip tidak aseptik, dan ketelitian yang kurang 30,3%. Hal ini diasumsikan karena kebiasaan responden melakukannya berulang-ulang tanpa harus disertai dengan proses pikir yang panjang dan tidak lagi berdasarkan evidenbased ataupun kesadaran merawat luka. Sesuai dengan pendapat Rubenfeld dan Scheffer (1999) yang menyatakan bahwa kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak (Rubenfeld & Scheffer, 1999). Didukung oleh penelitian Hafizurrachman (2011), yang menyatakan kebiasaan mempengaruhi kinerja perawat dalam menjalankan kebijakan keperawatan untuk mendukung kepuasan pasien terhadap pelayananan. Prinsip tindakan perawatan perlu diperhatikan karena hal tersebut sangat penting dalam penentuan keadaan luka baik atau tidaknya dikemudian hari. Sebab Potter dan Perry (2005)


(57)

menyatakan bahwa Proses pengerjaan yang tidak baik akan berkenaan dengan outcome yang tidak baik.

Menurut pendapat Steen (2007) luka episiotomi merupakan luka akut yang memiliki banyak faktor pencetus terjadinya penundaan penyembuhan luka selain perawatan luka yang tidak baik seperti nutrisi kurang, kebersihan yang buruk, dan gaya hidup yang tidak sehat. Hal tersebut masih perlu diperhatikan mengingat kepmenkes no.129 tahun 2008 menyatakan standar pelayanan minimal rumah sakit dalam upaya meminimalkan kejadian infeksi sebesar ≤1,5%.

5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan.

Berdasarkan hasil analisa statistik hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan didapatkan nilai korelasi spearman rho sebesar 0,351. Ini berarti terdapat hubungan yang lemah dengan arah korelasi positif. Arah korelasi positif menandakan semakin baik pengetahuan responden maka semakin baik juga pelaksanaan perawatan luka episiotomi yang dilakukan. Dan dari hasil analisa statistik diperoleh nilai signifikan (p) sebesar 0,045. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05 (p< 0,05), yang berarti terdapat korelasi bermakna antara dua variabel, yakni ada hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang nifas RSUD dr. Pirngadi Medan. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) yang menyatakan bahwa seseorang akan mengaplikasikan suatu prinsip yang sudah diketahui dan dipahami pada


(58)

suatu situasi. Lebih mudah mengaplikasikan tindakan bila memiliki pengetahuan dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengetahuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnomo dkk (2012) tentang hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan universal precaution di RSUD Majenang yang menyatakan ada hubungan dengan arah korelasi positif antara pengetahuan dengan pelaksanaan. Namun hal yang membedakan ialah penelitian Purnomo memiliki kemaknaan hubungan dengan kekuatan sedang yaitu nilai r sebesar 0,456. Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena penentuan sikap perawat dan bidan dalam melakukan tindakannya berbeda-beda. Sikap positif ataupun negatif perawat dan bidan dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan perawatan. Hal ini didukung oleh penelitian Septiyanti dkk (2014) yang menyatakan bahwa perawat perlu memiliki sikap yang positif dalam melakukan perawatan luka untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka yang dimanifestasikan dalam bentuk tanggapan atau respon positif perawat terhadap tindakan-tindakan perawatan luka. Ia berpendapat bahwa sikap terbentuk karena dipengaruhi oleh kebijakan dukungan pemimpin, sarana dan prasarana, pendapatan, lingkungan kerja rumah sakit tempat ia bekerja serta keterampilan yang saling berpengaruh dan bersama-sama mewujudkan pelaksanaan yang baik.


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka epsiotomi di ruang nifas RSUD dr.Pirngadi Medan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik responden mayoritas pada rentang umur 20-29 tahun (36,4%), mayoritas memiliki jenjang pendidikan D3 (60,6%), dan mayoritas lama bekerja >3 tahun (90,9%). Hal tersebut mendukung pengetahuan responden yang mayoritas baik (60,6%) dan pelaksanaan yang juga baik (84,8%). Hubungan pengetahuan perawat dan bidan dengan pelaksanaan perawatan luka episiotomi di ruang nifas RSUD dr. Pirngadi Medan memiliki nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,045 yang artinya pengetahuan dan pelaksanaan memiliki hubungan yang bermakna. Hubungan antara dua variabel ini memiliki arah yang positif dengan kekuatan yang lemah. Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi baik atau tidaknya pengetahuan dan pelaksanaan perawat dan bidan dalam perawatan luka episiotomi. Hal tersebut menjadi keterbatasan peneliti yang kurang menggali faktor-faktor yang berhubungan seperti ada tidaknya sumber informasi terbaru yang didapat responden dari luar, penentuan sikap dalam melakukan perawatan, dan lain-lain sehingga hal tersebut menjadi rekomendasi untuk peneliti yang akan datang.


(60)

6.2 Saran

Dari hasil kesimpulan yang telah dirangkumkan pada pada penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Petugas kesehatan khususnya perawat dan bidan perlu meningkatkan layanan kesehatan dalam hal perawatan luka episiotomi. Hal ini berkenaan untuk mencegah terjadinya infeksi, memberi kepuasan layanan kesehatan, dan mempercepat pemulangan pasien.

6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Melalui Penelitian ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan pembelajaran tentang luka episiotomi dan perawatannya agar mahasiswa ketika berada dirumah sakit atau layanan kesehatan lain, mampu memberikan perawatan dengan baik dan benar kepada pasien.

6.2.3 Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk lebih banyak menggali faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan pelaksanaan perawat dan bidan yang berkaitan dalam perawatan luka episiotomi, serta menambahkan variabel independent tentang sikap perawat dan bidan terhadap perawatan luka episiotomi .


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Bakara, L. (2007). Karya Tulis Ilmiah Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara: Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan yang Bekerja di RSU Dr. Pirngadi Medan tentang Pelaksanaan Episiotomi tahun 2007.

Benson, R.C., Pernoll, M.L., (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: Susiani Wijaya. Jakarta: EGC

Steen, M. (May 2007). British Journal Of Midwifery: Perineal Care-Perineal tears and Episiotomi. United Kingdom. Diakses di http://bjm.ac.uk pada tanggal 9 Juni 2014

Depkes RI (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Diakses di http:// pppl.depkes.go.id pada tanggal 05 Desember 2013

Deswani (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Elita, F. (2005). Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera

Utara: Penilaian Ibu Nifas terhadap Kinerja Perawat Bidan di Ruang V Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan

Eriawan, R. D., Wanityah, Ardiana.A.(September 2013). Jurnal Pustaka Kesehatan Online: Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Keperawatan pada Pasien Pasca Operasi dengan GeneralAenesthesia di Ruang Pemulihan IBS RSD dr. Soebandi Jember. Diakses di jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/520/376 pada tanggal 01 Juli 2014.

Fraser, D.M, Cooper, M.A, (2011). Buku Ajar Kebidanan- Myles. Edisi 14. Jakarta: EGC

Hafizurrachman, dkk. (Oktober 2011). Artikel Penelitian Vol.61 No.10: Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah. Diakses di  http://indonesia.digitaljournals.org Pada tanggal 20 Juli 2014

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta.Salemba Medika


(62)

___________, (2007). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

JNPK-KR/POGI-JHPIEGO. (2008). Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Buku Acuan. Jakarta: JNPK

Kepmenkes No.129. (2008).Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Diakses di www. litbang.depkes.go.id/sites/.../kepmenkes/KMK_No._129_th_2008

pada tanggal 5 Desember 2013

Kozier, B. & Erb, G.L. (1987). Fundamental of Nursing; Concepts and procedures(3rd Ed). California: Addison Wesley Publishing Company Liu, D., (2008). Manual Persalinan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Lumbanraja, P. (September 2010).Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 12 No.2 : Pengaruh Pelatihan dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Prestasi Kerja Perawat di Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa diakses  di puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2040.pdf pada tanggal 20 Juli 2014.

Mitayani. (2009).Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika Morison, M.J. (2004). Manajemen Luka. Alih Bahasa: Tyasmono A.F. Jakarta:

EGC

Moloku, F., Walouw, B., dan Sambeka, J., (Agustus, 2013). Ejournal Keperawatan (e-KP): Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan dengan Penyembuhan Luka Episiotomi pada Ibu Postpartum di Ruangan Irina D Bawah RSUP Prof. Dr.R.D Kandou Malalayang. Diakses di http://ejournal Keperawatan.co.id. pada tanggal 23 September 2013 Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

_____________, (2005). Promosi  Kesehatan Teori dan Apliokasi. Jakarta : Rineka Cipta

Papalia, D.E, Olds, S. W & Feldman, R. D. (2001). Human Development (8th Ed).USA: Mc. Graw Hill

Polit, D. F., Hungler, B.P. (2001). Esential of Nursing Research Method, Apprasial, and Utilization. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins


(63)

Potter, P.A., Perry, A.G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa : Yasmin Asih dkk. Jakarta: EGC

Purnomo, S. W. A., Prabowo. T., Setiawan.D.I. (2012). Jurnal Keperawatan Online Universitas Respati Yogyakarta: Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Universal Precaution dengan Pelaksanaan Universal Precaution di RSUD Majenang. Diakses di e-journal.respati.ac.id/sites/default/files/.../Jurnal%20Sri%20Wisnu.docx pada tanggal 01 Juli 2014

Rosyidi, K. (2013). Prosedur Praktik Keperawatan. Jilid 1. Jakarta: Trans Info Media

Romi, S. (2009). Tesis: Kejadian Infeksi Luka Episiotomi dan Pola Bakteri pada Persalinan Normal di RSUP Haji Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. di akses di http://repository.usu.ac.id/. pada tanggal 22 September 2013

Rubenfeld. M. G., & Scheffer, B. K. (1999). Critical thinking in nursing: An interactive approach (2nd ed.). Philadelphia: Lippincott

Saifuddin, A.B. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Septiyanti, M., Damanik, S.R.H., Arneliwati. (February 2014) Jurnal Keperawatan Online Universitas Riau: Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat tentang Perawatan Luka Diabetes Menggunakan Teknik Moist Wound Healing. Diakses di jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/2060 pada tanggal 01 juli 2014.

Sudjana, S. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:Andi Publisher

_____________, Nugraheny, E. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Empat

Sumarrah, Widyastuti, Y., dan Wiyati, N. (2008). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya

Swanburg R.C. (2000) Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta:EGC


(64)

Syahfruddin, Masitoh, S., Rosyanawaty, T. (2010). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan untuk Bidan. Jakarta: Trans Info Media

Tarigan, R. (November 2005). Ejournal USU: Peran Perawat dalam Penanganan Luka. Diakses di http://repository.usu.ac.id/ pada tanggal 22 september 2013

Wheeler, L. (2004). Perawatan Pranatal dan Pasca Partum. Alih Bahasa : Endah Prakayaningsih. Jakarta: EGC

                                       


(65)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Hubungan

Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan

Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas

RSUD dr. Pirngadi Medan

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan dengan Pelaksanaan Perawatan Luka Episiotomi di Ruang Nifas RSUD dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian ini nantinya akan berguna sebagai data untuk meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD dr. Pirngadi Medan dan Sebagai bahan acuan untuk penerapan ilmu pengetahuan di Institusi Pendidikan Tinggi.

Kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan ada pihak yang dirugikan. Saya mengharapkan kesediaan anda untuk menjawab pertanyaan secara jujur dan sesuai dengan kemampuan yang anda miliki. Jawaban yang anda berikan dan semua data yang ada didalam kuesioner di jaga kerahasiaannya oleh peneliti.

Terima kasih atas kerja sama, kepercayaan dan kesediaan yang anda berikan.

Medan,... Peneliti Responden

(Ruth Masniari Haloho ) ( ) NIM. 101101099


(66)

Lampiran 2

KUESIONER PENGUMPULAN DATA HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RUANG NIFAS RSUD dr.PIRNGADI MEDAN

No :

Tgl :

A. DATA DEMOGRAFI 1. Nama ( Inisial) :

2. Umur : Tahun

3. Jenjang Pendidikan : ( ) D1 ( ) D3 ( ) D4 ( ) S1

4. Lama Bekerja : ( ) < 1 tahun ( ) 1 tahun ( ) 2 tahun ( ) 3 tahun ( ) > 3 tahun

B. KUESIONER PENGETAHUAN

PETUNJUK: a. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling benar. b. Berilah jawaban untuk setiap pertanyaan dan jangan dikosongi

c. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti, responden dapat bertanya kepada peneliti

1. Tindakan insisi jaringan perineal dengan memperlebar pintu vulva selama pelahiran disebut.

a. Amniotomi c. Episiotomi e. Tidak tahu b. Kuretase d. Histerektomi

2. Waktu yang tepat melakukan insisi perineum ialah ketika... a. Rahim berkontraksi pada waktu puncak his


(67)

b. Rahim tidak berkontraksi c. Rahim berinvolusi d. Kompresi

e. Tidak tahu

3. Prosedur insisi perineum akan dilakukan bila....

a. Meminimalkan risiko trauma maternal yang berat dan spontan

b. Meminimalkan tekanan pada kepala bayi dengan kelahiran >2000 gram c. Meminimalkan resiko pendarahan

d. Meminimalkan nyeri persalinan e. Tidak tahu

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat tindakan insisi perineum selama pelahiran, karena pada kenyataannya dapat menyebabkan komplikasi seperti hal dibawah ini kecuali...

a. Pembentukan lubang baru antara vagina dan rektum b. Inkontinesia alvi

c. Jaringan parut yang menyebabkan dyspareunia d. Nifas

e. tidak tahu

5. Langkah-langkah perawatan luka insisi perineum adalah ...

a. Membersihkan luka sampai bersih dengan menggunakan pinset dan depress desinfektan dari arah depan ke belakang

b. Membersihkan luka dengan menggunakan air DTT, dengan arah memutar c. Membersihkan luka dengan menggunakan alkohol dari arah belakang ke

depan

d. Memberikan obat topikal kulit anti alergik e. tidak tahu

6. Jenis Posisi Pasien yang dapat diatur selama perawatan luka insisi perineum adalah...

a. Dorso rekumben dan Litotomi b. Tredelenburg dan Litotomi

c. Dorso rekumben dan tredelenburg d. Tredelenburg dan supinasi

e. Tidak tahu

7. Jenis insisi garis tengah yang mengikuti garis alami insersi otot perineal disebut dengan...

a. Mediolateral b. Median

c. Dekstra Lateral d. Mediosinistra e. Tidak tahu


(68)

8. Jenis inisisi mediolateral diarahkan 45° menuju titik tengah antara tuberositas iskia dan anus untuk menghindari...

a. Perdarahan

b. Kerusakan sfingter anal dan kelenjar bartholini c. Paralisis

d. Jaringan Parut e. Tidak tahu

9. Kontraindikasi insisi perineum selama pelahiran adalah... a. Kelahiran prematur

b. Kelahiran dengan menggunakan ekstraksi vakum c. Ibu Multigravida dengan perineum kaku

d. Ibu Primigravida dengan perineum elastis e. Tidak tahu

10.Perawatan luka insisi perineum dilakukan dengan prinsip... a. Septik

b. Aseptik c. Non steril d. Kontaminasi e. Tidak tahu

11.Peralatan Steril yang digunakan dalam perawatan luka Insisi perineum adalah... a. Kasa penekan, kom berisi desinfektan,

b. gunting plester, kasa penekan c. Kom berisi desinfektan, nierbekken d. Nierbekken, gunting plester

e. Tidak tahu

12. Peralatan Non steril yang digunakan dalam perawatan luka insisi perineum adalah..

a. Kasa penekan, kom berisi desinfektan, b. gunting plester, kasa penekan

c. Kom berisi desinfektan, nierbekken d. Nierbekken, gunting plester

e. Tidak tahu

13.Hal-hal yang dilakukan dalam mempersiapkan pasien untuk perawatan Luka insisi perineum adalah sebagai berikut kecuali..

a. Komunikasi terupetik dan bina trust b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan c. Melakukan pendokumentasian

d. Mengatur posisi pasien dan menganjurkan membuka pakaian bagian bawah


(1)

(2)

Lampiran 18 Jadwal Penelitian Tentative

Jenis Kegiatan Sept '13 Okt '13 Nov '13 Des '13 Jan '14 Feb '14 Mar '14 Apr '14 Mei '14 Jun '14 Jul' 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan Judul            

Menetapkan Judul            

Menyiapkan Proposal            

Mengajukan sidang

proposal            

Sidang Proposal            

Revisi Proposal            

Validitas dan Reabilitas            

Pengumpulan data            

Analisa Data            

Penyusunan Laporan

Skripsi            

Ujian Skripsi            

Revisi            


(3)

Lampiran 19

CURICULUM VITAE

Nama : Ruth Masniari Haloho

NIM : 101101099

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 11 Desember 1991

Agama : Katolik

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat : Jl. Darussalam, Gg. Silindung, Kel. Pondok Sayur Kec. Siantar Martoba Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan :

1. 1997 – 2003 : SD Cinta Rakyat 7 Pematangsiantar 2. 2003 - 2006 : SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar 3. 2007- 2010 : SMA Negeri 3 Pematangsiantar

4. 2010- Sekarang : S-1 Fakultas Keperawatan USU

       


(4)

(5)

(6)