baik dari keluarga yang bersangkutan maupun dari seluruh anggota kelompoknya. Dengan peningkatan kesejahteraan tersebut, diharapkan
kesertaan dan kesinambungan ber-KB secara tidak langsung dapat ditingkatkan.
Program ini dikembangkan lebih luas tahun 1979 melalui pendekatan kelompok, dengan anggotanya yang mayoritas adalah ibu
– ibu akseptor KB dengan kegiatan yang dikenal sebagai UPPKA Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor. Pada tahun 1990 UPPKA diubah menjadi UPPKS Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera untuk mencakup sasaran yang lebih luas yaitu dengan melibatkan Pasangan Usia Subur PUS yang belum ber
–KB, Keluarga Pra Sejahtera KPS, Keluarga Sejahtera I KS I, dan Keluarga lain
yang berminat menjadi anggota Kelompok UPPKS. UPPKS merupakan kelompok yang anggotanya terdiri dari
peserta KB Keluarga Berencana yang mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga. Meskipun saat ini sudah digalakan peserta KB pria, namun
anggotanya masih sedikit karena masih kurangnya kesadaran ber-KB dari pria.
5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
a. Definisi UMKM
UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar yang telah terbukti kuat dan mampu
bertahan dari badai krisis pada tahun 1997. Sebagai pelaku ekonomi
yang paling dekat dengan rakyat memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi dan dalam penyerapan tenaga kerja.
Pengertian UMKM, dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan: 1
Usaha mikro adalah usaha dengan kriteria, a
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; b
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah.
2 Usaha kecil adalah usaha dengan kriteria,
a memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima
puluh juta
rupiah sampai
dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau b
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. 3
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 lima ratus
juta rupiah
sampai dengan
paling banyak
Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b memiliki
hasil penjualan
tahunan lebih
dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai
dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.
b. Kelemahan UMKM
Kelemahan UMKM di Indonesia dalam Rencana Strategis Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Tahun 2010 - 2014
1 Kelembagaan
kelembagaan UMKM merupakan aspek penting yang perlu dicermati dalam membedah permasalahan UMKM. Lebih dan 51
juta usaha yang ada, atau lebih dan 99,9 pelaku usaha adalah Usaha Mikro dan Kecil, dengan skala usaha yang sulit berkembang
karena tidak mencapai skala usaha yang ekonomis. Dengan badan usaha perorangan, kebanyakan usaha dikelola secara tertutup.
Dengan Legalitas usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak memadai. Upaya pemberdayaan UMKM makin rumit karena
jumlah dan jangkauan UMKM demikian banyak dan luas, terlebih bagi daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
2 Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia
Kebanyakan Sumber daya manusia UMKM berpendidikan rendah dengan
keahlian teknis,
kompetensi, kewirausahaan
dan manajemen yang seadanya.