Data Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

E. Data Penelitian

Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 15 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2008-2009. Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id berupa data keuangan sampel perusahaan dari tahun 2008 hingga tahun 2009.

F. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif dari variabel penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Selama Tahun 2008 sampai Tahun 2009 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation X1 30 1.77 105.00 12.9433 22.79270 X2 30 4.54 354.74 40.4363 86.57877 X3 30 .97 13.85 5.1973 3.61340 X4 30 2.19 206.42 40.4287 53.01827 Y 30 -8.36 35.19 9.3183 8.68641 Valid N listwise 30 Sumber: Output SPSS, diolah penulis Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa: a. Variabel X 1 Perputaran Persediaan memiliki nilai minimum 1,77 dan nilai maksimum 105 dengan rata-rata perputaran persediaan sebesar 12,9433 dan standar deviasi variabel ini adalah 22,79270 dengan jumlah sampel sebanyak 30, b. Variabel X 2 Perputaran Piutang memiliki nilai minimum 4,54 dan nilai maksimum 354,74 dengan rata-rata perputaran persediaan sebesar 40,4363 dan standar deviasi variabel ini adalah 86,57877 dengan jumlah sampel sebanyak 30, c. Variabel X 3 Perputaran Aktiva Tetap memiliki nilai minimum 0,97 dan nilai maksimum 13,85 dengan rata-rata perputaran persediaan sebesar 5,1973 dan standar deviasi variabel ini adalah 3,61340 dengan jumlah sampel sebanyak 30, d. Variabel X 4 Perputaran Kas memiliki nilai minimum 2,19 dan nilai maksimum 206,42 dengan rata-rata perputaran persediaan sebesar 40,4287 dan standar deviasi variabel ini adalah 53,01827 dengan jumlah sampel sebanyak 30, e. Variabel Y Profitabilitas memiliki nilai minimum -8,36 dan nilai maksimum 35,19 dengan rata-rata perputaran persediaan sebesar 9,3183 dan standar deviasi variabel ini adalah 8,68641 dengan jumlah sampel sebanyak 30,

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas pada penelitian ini menggunakan model Kolmogrov-Smirnov dan grafik histogram. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 30 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation 7.73501662 Most Extreme Differences Absolute .191 Positive .191 Negative -.115 Kolmogorov-Smirnov Z 1.044 Asymp. Sig. 2-tailed .225 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS, diolah penulis Pada tabel terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,225 dan diatas nilai signifikan 0,05, dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 2 Pada grafik histogram terlihat bahwa variabel Y Return on Assets berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng skewness ke kiri maupun ke kanan atau normal.

b. Uji Multikolinearitas

Ada atau tidak adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: 1 VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas 2 VIF 5 maka tidak terdapat multikolinearitas 3 Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas 4 Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas Dari hasil output terlihat bahwa semua data variabel tidak terkena multikolinearitas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 7.124 3.046 2.339 .028 X1 -.059 .080 -.154 -.733 .470 .723 1.384 X2 -.017 .034 -.168 -.495 .625 .274 3.646 X3 1.231 .852 .512 1.445 .161 .253 3.960 X4 -.068 .035 -.417 -1.934 .065 .683 1.465 a. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, diolah penulis

c. Uji Autokolerasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Masalah autokolerasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada table 4.4 berikut. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokolerasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 . 455 a .207 .080 8.33087 2.035 a. Predictors: Constant, X4, X1, X2, X3 b. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, diolah penulis Tabel 4.4 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Table di atas menunjukkan bahwa hasil Durbin Watson DW adalah sebesar 2,035 dan berada pada daerah No Autocorelation yaitu diantara nilai du 1,74 dan 4-du 2,26 yang artinya tidak terjadi autokolerasi pada model regresi karena 1,74 2,035 2,26.

d. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara lain prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID Ghozali, 2005. Dari grafik Scatterplot yang disajikan pada gambar 4.3, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan masukan variabel independennya. Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

3. Analisis Regresi

Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linier Unbiased Estimator BLUE dan layak dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS, maka diperoleh hasil berikut ini:

a. Persamaan Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linier barganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Koefisien Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 7.124 3.046 2.339 .028 X1 -.059 .080 -.154 -.733 .470 .723 1.384 X2 -.017 .034 -.168 -.495 .625 .274 3.646 X3 1.231 .852 .512 1.445 .161 .253 3.960 X4 -.068 .035 -.417 -1.934 .065 .683 1.465 a. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, diolah penulis Berdasarkan tabel di atas, didapatlah persamaan regresi sebagai berikut : Y= 7.124 – 0.059 X 1 – 0.017 X 2 + 1.231 X 3 – 0.068 X 4 + e Dimana: Y = Return on Assets ROA X 1 = perputaran persediaan X 2 = perputaran piutang X 3 = perputaran aktiva tetap X 4 = koefisien regresi e = variabel penganggu Pada unstandardized coefficients, diperoleh nilai a, b 1 , b 2, b 3, b 4. 1 Nilai B Constant a = 7,124 = konstanta Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel independen X 1 =0, X 2 =0, X 3 =0, X 4 =0 maka perubahan nilai profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan tetap sebesar 7,124. 2 Nilai b 1 = - 0,059 = perputaran persediaan Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran persediaan sebesar 1 satuan, maka perubahan profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,059 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 3 Nilai b 2 = - 0,017 = perputaran piutang Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran piutang sebesar 1 satuan, maka perubahan profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,017 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 4 Nilai b 3 = 1,231 = perputaran aktiva tetap Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran piutang sebesar 1 satuan, maka perubahan profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 1,231 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 5 Nilai b 4 = - 0,068 = perputaran kas Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran piutang sebesar 1 satuan, maka perubahan profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,06 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

b. Analisis Koefisien Korelasi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 . 455 a .207 .080 8.33087 2.035 a. Predictors: Constant, X4, X1, X2, X3 b. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, diolah penulis Pada model summary tersebut dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0,455 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara profitabilitas variabel dependen dengan perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas variabel independen mempunyai hubungan yang cukup erat yaitu sebesar 45,5. Tipe hubungan antar variabel dapat dipastikan sebagai berikut Situmorang, 2010: 1 0,0 – 0,19 : sangat tidak erat 2 0,2 – 0,399: tidak erat 3 0,4 – 0,59 : cukup erat 4 0,6 – 0,79 : erat 5 0,8 – 0,99 : sangat erat Nilai adjusted R square sebesar 0,08 atau 8 mengindikasikan bahwa variasi dari keempat variabel independen hanya mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 8 dan sisanya 92 dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

c. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka melakukan pengujian dengan menggunakan uji t. 1 Uji t t-test Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel- variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial individu, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak jika t hitung t tabel maka H diterima atau H a ditolak, sedangkan jika t hitung t tabel maka H ditolak dan H a diterima. Jika tingkat signifikansi di bawah 0,05 maka H ditolak dan H a diterima Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 7.124 3.046 2.339 .028 X1 -.059 .080 -.154 -.733 .470 X2 -.017 .034 -.168 -.495 .625 X3 1.231 .852 .512 1.445 .161 X4 -.068 .035 -.417 -1.934 .065 a. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, diolah penulis. a Nilai signifikansi = 0.47 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual lebih besar dari 0.05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu variabel X 1 Perputaran Persediaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets pada tingkat kepercayaan 95. Variabel X 1 Perputaran Persediaan memiliki t hitung -0.733. Dengan menggunakan tabel t diperoleh t tabel sebesar 2.0595. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung t tabel -0.733 2.0595, yang berarti bahwa H diterima dan H a ditolak artinya perputaran persediaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. b Nilai signifikansi = 0.625 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual lebih besar dari 0.05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu variabel X 2 Perputaran Piutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets pada tingkat kepercayaan 95. Variabel X 2 Perputaran Piutang memiliki t hitung sebesar -0.495. Dengan menggunakan tabel t diperoleh t tabel sebesar 2.0595. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung t tabel -0.495 2.0595, yang berarti bahwa H diterima dan H a ditolak artinya perputaran piutang secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. c Nilai signifikansi = 0.161 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual lebih besar dari 0.05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu variabel X 3 Perputaran Aktiva Tetap secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets pada tingkat kepercayaan 95. Variabel X 3 Perputaran Aktiva Tetap memiliki t hitung 1.445. Dengan menggunakan tabel t diperoleh t tabel sebesar 2.0595. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung t tabel 1.445 2.0595, yang berarti bahwa H diterima dan H a ditolak artinya perputaran aktiva tetap secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. d Nilai signifikansi = 0.065 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual lebih besar dari 0.05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu variabel X 4 Perputaran Kas secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets pada tingkat kepercayaan 95. Variabel X 4 Perputaran Kas memiliki t hitung sebesar -1.934. Dengan menggunakan tabel t diperoleh t tabel sebesar 2.0595. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung t tabel -1.934 2.0595 , yang berarti bahwa H diterima dan H a ditolak artinya perputaran kas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. 2 Uji F Uji F dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik F uji F. Jika F hitung F tabel maka H diterima atau H a ditolak, sedangkan jika F hitung F tabel maka H ditolak dan H a diterima. Jika tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka H ditolak dan H a diterima. Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.8 terlihat hasil sebagai berikut. Tabel 4.8 Hasil Uji F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 453.071 4 113.268 1.632 .197 a Residual 1735.084 25 69.403 Total 2188.155 29 a. Predictors: Constant, X4, X1, X2, X3 b. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, diolah penulis. Tabel di atas mengungkapkan bahwa nilai F hitung adalah 1.632 dengan tingkat signifikan 0.197. sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 α = 0.05 adalah 2.759. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung F tabel yang berarti bahwa H diterima dan H a ditolak, artinya variabel bebas perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

G. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian secara statistik dengan menggunakan program SPSS maka dapat dilihat secara parsial diketahui bahwa perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung t tabel -0.733 2.0595 . Nilai adjusted R Square sebesar 0.08 atau 8 yang mengindikasikan bahwa variasi dari profitabilitas dapat dijelaskan oleh variasi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas hanya sebesar 8 dan sisanya 92 dijelaskan oleh faktor lain. Dari segi teori, hasil penelitian ini tidak mendukung teori perputaran persediaan yang mengindikasikan bahwa perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola persediaannya. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan, serta risiko dan biaya persediaan dapat diminimalkan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang yang tinggi pula. Volume penjualan yang tinggi akan meningkatkan laba yang diterima. Peningkatan laba yang diterima akan menaikkan tingkat profitabililtas. Namun dari hasil penelitian ini, ternyata efisiensi persediaan yang diukur dengan tingkat perputaran persediaan tidak mampu menggambarkan kemampuan memperoleh laba profitabilitas secara signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sipangkar 2009 yang menyatakan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan sesuai dengan penelitian Sitanggang 2008 yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Gunarto 2007 yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi dan bertentangan dengan penelitian Sinurat 2007 yang menyatakan bahwa tingkat perputaran aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi adalah perbedaan periode yang digunakan dalam penelitian dan berbedanya objek yang diteliti dalam penelitian dimana penelitian terdahulu yang menunjukkan rasio perputaran berpengaruh terhadap profitabilitas dimana objek penelitian yang dilakukan hanya pada 1 perusahaan seperti pada KPRI cabang Semarang dan PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk SBU Distribusi Wilayah III Sumbagut Distrik Medan, sementara penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu laporan keuangan 15 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2009. Disamping itu, perbedaan hasil penelitian ini dengan teori yang ada dan penelitian terdahulu dapat terjadi karena meskipun perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman memiliki perputaran persediaan yang tinggi, namun perusahaan yang bergerak dalam bidang ini sering menghadapi permasalahan dalam pengadaan bahan bakunya. Permasalahan yang umum terjadi antara lain bahan baku yang lebih mudah rusak apabila dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang lain, karena bahan baku perusahaan makanan dan minuman memiliki masa kadaluarsa yang lebih cepat dan penurunan kualitas persediaan yang singkat. Disamping masalah tersebut perusahaan makanan dan minuman juga sering mengalami kenaikan harga bahan baku yang fluktuatif, tiba- tiba mengalami kenaikan harga. Pada tahun 2009 misalnya terjadi kenaikan pada harga gula yang diketahui bersama pada beberapa perusahaan makanan dan minuman, gula menjadi bahan baku pokok dari produk yang akan dihasilkan perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. Perputaran piutang secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung t tabel -0.495 2.0595. Nilai adjusted R Square sebesar 0.08 atau 8 yang mengindikasikan bahwa variasi dari profitabilitas dapat dijelaskan oleh variasi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas hanya sebesar 8 dan sisanya 92 dijelaskan oleh faktor lain. Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya praktik penjualan kredit. Tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti pengembalian dana yang tertanam dalam piutang berlangsung secara cepat sehingga risiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Kas yang kembali tersebut dapat digunakan kembali untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman kembali sehingga kredit yang diberikan menjadi tinggi. Kas yang kembali tersebut dapat meliputi unsur pokok pinjaman atau harga pokok penjualan, laba penjualan dan jasa pinjaman bunga. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi maka dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan, sehingga laba bersih yang diterima akan tinggi jumlahnya. Tingginya laba akan mempertinggi pula tingkat profitabilitas. Namun dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi adalah semakin besar jumlah piutang perusahaan maka semakin besar pula beban penyisihan piutang. Beban penyisihan akan menambah biaya yang harus dikeluarkan akibat adanya piutang tersebut. Sehingga perusahaan sebaiknya mampu menentukan persyaratan penjualan kredit, tidak hanya mempertimbangkan jumlah penjualan tetapi juga jumlah maksimal pemberian penjualan kredit. Perputaran aktiva tetap secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung t tabel 1.445 2.0595. Nilai adjusted R Square sebesar 0.08 atau 8 yang mengindikasikan bahwa variasi dari profitabilitas dapat dijelaskan oleh variasi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas hanya sebesar 8 dan sisanya 92 dijelaskan oleh faktor lain Semakin tinggi perputaran aktiva tetap suatu perusahaan maka semakin efisien perusahaan tersebut dalam menggunakan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Efisiensi dalam menggunakan aktiva tetap akan mengurangi biaya operasi dan akan mempertinggi jumlah laba yang akan diperoleh, yang pada akhirnya akan mempertinggi tingkat profitabilitas. Namun, dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa perputaran aktiva tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi adalah perusahaan tidak memanfaatkan aktiva tetapnya dengan efektif dan efisien sehingga penambahan aktiva tetap tidak dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Kas yang cepat kembali berarti kas akan segera digunakan kembali dan akan menghindarkan kesulitan keuangan, yaitu meminimalkan biaya atau risiko tidak kembalinya kas yang telah diinvestasikan pada aktiva. Kemampuan untuk meminimalkan biaya atau risiko tersebut pada akhirnya akan meningkatkan laba. Sedangkan jumlah kas yang terlalu besar berarti makin besarnya uang yang menganggur dalam perusahaan sehingga tingkat profitabilitas perusahaan akan turun. Namun, dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa perputaran kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas Perputaran kas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung t tabel -1.934 2.0595. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Nilai adjusted R Square sebesar 0.08 atau 8 yang mengindikasikan bahwa variasi dari profitabilitas dapat dijelaskan oleh variasi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas hanya sebesar 8 dan sisanya 92 dijelaskan oleh faktor lain. Hasil pengujian secara simultan, perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

H. Kesimpulan

Penelitian ini menguji apakah perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran kas memiliki pengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel 15 perusahaan yang memenuhi kriteria selama periode 2008-2009. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: 1. Perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95. Perputaran persediaan memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0.059, artinya apabila terjadi perubahan variabel perputaran persediaan sebesar 1 satuan akan menurunkan ROA sebesar 0.059 satuan, 2. Perputaran piutang secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95. Perputaran persediaan memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0.017, artinya apabila terjadi perubahan variabel perputaran piutang sebesar 1 satuan akan menurunkan ROA sebesar 0.017 satuan,