Hakikat Perempuan Dewasa Dinamika konsep diri pada perempuan dewasa yang pernah menjadi korban Child Abuse (studi fenomenologi)

20 Pengertian perempuan dewasa berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan diatas adalah ciptaan Tuhan memiliki seringkali dikenal sebagai cipataan yang lebih lemah daripada laki-laki. Memiliki karakteristik cantik, keibuan, lemah lembut, dan emosional yang berada pada rentang usia 10 sampai 40 tahun.

C. Hakikat

Child Abuse

1. Pengertian

Child Abuse Child abuse menurut Bagong Suyanto 2010: 28 merupakan peristiwa pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak; yang mana semuanya itu didesikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. Orang yang mempunyai tanggung jawab dalam kesejahteraan anak itu bisa jadi orang tua anak itu sendiri, saudara dekat, saudara kandung kakak, guru, tetangga, bahkan orang yang tidak dikenal yang seharusnya memiliki peranan untuk melindungi anak-anak. Child abuse menurut Siswanto 2007: 122 terdiri dari dua kata yaitu ” abuse ” yang memiliki arti penyalahgunaansalah pakai, perlakukan kejamsiksaan, makian, menyalahgunakan, memperlaku- kan dengan kejam, memaki- maki, menghianati. Sedangkan, “ child ” memiliki arti anak. Jadi child abuse merupakan penyalahgunaan anak. Yang dimaksud anak adalah seseorang yang berusia maksimal 17 21 tahun dan belum menikah sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia. Peneliti menyimpulkan bahwa child abuse merupakan peristiwa perlukaan atau penyalahgunaan fisik, mental, atau seksual pada anak berusia maksimal 17 tahun dan belum menikah yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki usia lebih daripada anak dewasa. Pelaku child abuse bisa orang yang memiliki hubungan dekat dengan anak ataupun orang yang sebelumnya tidak mengenal anak secara dekat.

2. Kategori

Child Abuse Kategori child abuse menurut American Medical Association tahun 1999 dalam Siswanto, 2007: 124-125 adalah sebagai berikut: a. Phyisical abuse perlakuan salah secara fisik adalah ketika anak mengalami pukulan, tamparan, gigitan, pembakaran, atau kekerasan fisik lainnya. Tindakan tersebut biasanya dilakukan kepada anak dalam waktu yang lama secara terus- menerusbeberapa kali. Dilakukan dengan niat menyakiti fisik anak seperti: memukul, menendang, mengigit, menyiram anak dengan air panas, mengikat anak, dan lain-lain. b. Sexual abuse perlakuan salah secara seksual adalah ketika anak diikutsertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua. Tindakan yang dilakukan biasanya seperti memaksa anak melakukan kontak seksual, menyuruh anak 22 menyentuh alat vital orang lain, memperlihatkan adegan pornografi, menjadikan anak objek video porno, dan lain-lain. c. Neglect diabaikandilalaikan adalah ketika kebutuhan-kebutuhan anak tidak dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi, tempat tinggal yang memadai, pakaian, kebersihan, dukungan emosional, cinta, afeksi, pendidikan, perawatan medis anak atau tindakan yang menyangkut masalah tumbuh kembang anak. d. Emosional abuse perlakuan salah secara emosinal adalah ketika anak secara teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, diabaikan, disalahkan, atau salah penanganan emosional lainnya, seperti membuat anak menjadi objek lelucon, selalu mencari-cari kesalahannya. Hal ini membuat anak merasa tidak berharga.

3. Gejala-Gejala

Child Abuse APA Public Interest Initiatives dan Hwang dalam Siswanto, 2007: 133-134 menyebutkan gejala-gejala atau tanda-tanda terjadinya abuse pada anak-anak, remaja, dan dewasa antara lain: a. Gambaran diri yang buruk. b. Sexual acting out . c. Tingkahlaku agresif, menggangu, dan kadang-kadang ilegal. d. Marah dan gusar, atau perasaan-perasaan kesedihan atau gejala- gejala lain yang merupakan tanda depresi. e. Tingkahlaku pasif atau menarik diri. 23 f. Kecemasan atau ketakutan, atau terkenang pengalaman masa lalu dan mimpi buruk. g. Masalah-masalah atau kegagalan-kegagalan sekolah. h. Penyalahgunaan obat dan alkohol. i. Terlukaterpotong atau memar-memar. j. Patah tulang atau luka-luka dalam. k. Terbakar. l. Kelaparan atau kehausan yang menetap. m. Kehilangan minat pada sekitarnya. n. Rambut dan kulit kotor. o. Kurang pengawasan. p. Luka, memar. pendarahan di kelamin. q. Lebih banyak pengetahuan mengenai seks dibandingkan anak-anak seusianya yang normal. r. Mengalami masalah dalam belajar. s. Takut pada orang atau tempat tertentu.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang konsep diri menunjukan bahwa konsep diri adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Berikut adalah penelitian yang pernah dilakukan tentang “ Konsep Diri dan Child Abuse ” dan perbedaanya dengan penelitian ini: