27
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Pabrik Gula Madukismo atau PG. Madukismo telah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, pada saat itu terdapat kurang lebih 17 pabrik gula
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain PG. Padokan, PG. Ganjuran, PG. Kedaton, PG. Melati, PG. Cebongan, PG. Mendari, PG. Gesikan dan lain
sebagainya. Semua perusahaan tersebut dipegang oleh pemerintahaan Hindia Belanda.
Pada tahun 1942, tentara Jepang masuk ke Indonesia dan mengambil alih seluruh pabrik gula tersebut. Karena pada saat itu situasi masih terjadi
peperangan, maka dari 17 pabrik gula yang ada di Yogyakarta, hanya tersisa 12 pabrik yang masih aktif beroperasi. Namun keduabelas pabrik tersebut tidak
semuanya menggiling tebu, karena lahan pertanian untuk menanam tebu telah digunakan oleh tentara Jepang untuk menanam tanaman selain tebu. Keadaan ini
berlangsung sampai diproklamasikan kemerdekanaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu pemerintah Republik Indonesia merebut
kembali semua pabrik gula dari tangan Jepang dan dibumihanguskan hingga hanya tertinggal puing-puingnya.
PT. Madubaru didirikan pertengahan tahun 1955 tepatnya pada tanggal 14 Juni dengan akte pendirian nomor 11, notaris Raden Mas Soerjanto Partaningrat,
SH di Yogyakarta, pendirian ini diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
28
IX. Pada tanggal 29 Mei 1958 pabrik gula ini diresmikan oleh presiden RI pertama, Ir. Soekarno dan telah mendapat pengesahaan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor J.A 5683 tanggal 10 Agustus 1958 mengenai anggaran dasar perusahaan, setelah pabrik tersebut diresmikan pada tahun 1958, pabrik gula
mulai beroperasi, karena pabrik gula ini baru pertama kali berproduksi, maka operasinya belum lancar oleh karena itu peralatan dan mesin-mesin serta
teknisinya masih bekerjasama dengan pemerintah Jerman timur. Namun akhirnya tebu yang siap digiling terpaksa dialihkan ke pabrik gula Gondang Baru di Klaten.
Untuk mengatasi hal tersebut beberapa mesin disempurnakan pengoperasiannya dan menambah tenaga kerja yang terlatih untuk menanganinya.
PG. Madukismo dapat beroperasi dengan lancar dan sempurna pada tahun 1960 atau kurang lebih 2 tahun setelah pendirian PG. Madukismo. Pada saat itu
kapasitas mesin dalam melakukan operasi penggilingan tebu sebesar 18.000 kwintal tebu per 24 jam. Tahun 1962 Pemerintah Republik Indonesia mengambil
alih semua perusahaan yang ada baik milik asing, swasta dan semi swasta, sehingga pada tahun tersebut PG. Madukismo berubah status perusahaan negara.
Suatu badan dibentuk dengan tujuan memimpin pabrik-pabrik tersebut, badan tersebut diberi nama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara
BPUPPN. Serah terima PG. Madukismo kepada Pemerintah Republik Indonesia dilakukan pada tanggal 11 Maret 1962 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX
selaku direktur pabrik gula PT. Madubaru. Pada tahun 1975 PG. Madukismo mengadakan ekspansi dan
menyempurnaan produksi dengan menambah peralatan produksi dari inggris