12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Terdapat dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian pertama adalah milik Qonita Fitra Yuni 2009 dan penelitian kedua milik Dini
Suryani 2013. Penelitian Qonita Fitra Yuni 2009 berjudul Pemanfaatan Daya Bahasa
pada Diksi Pidato Politik. Di dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ditemukan beberapa jenis daya bahasa yang ada dalam pidato politik K.H
Abdurrahman Wahid, Amien Rais, dan Megawati Soekarnoputri. Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dan segala kekuatannya dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan oleh siapa saja, diantaranya para tokoh politik. Mereka memanfaatkan daya bahasa pada diksi untuk berbagai keperluan, seperti
membujuk, mempengaruhi, mengkritik, membangkitkan semangat, atau bahkan memprovokasi. Hal itu membuktikan bahwa sebuah kata mempunyai kekuatan
yang tinggi dalam komunikasi Yuni,2006: 150. Peneliti menemukan beberapa daya bahasa pada pidato politik, yaitu daya bujuk, daya egosentrisme, daya „jelas‟
informatif, daya perintah, dan daya provokatif. Selain jenis daya bahasa, peneliti juga menemukan ciri-ciri yang menandai berbagai jenis daya bahasa yang
ditemukan. Penelitian Kedua, yaitu milik Dini Suryani 2013 yang berjudul Nilai
Rasa Bahasa pada Diksi dalam Dialog Interaktif di Mata Najwa, Metro TV Bulan
Oktober dan November 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nilai rasa bahasa pada Acara Mata Najwa, Metro TV. Ada 18 jenis nilai rasa yang
ditemukan dalam dialog interaktif tersebut, yaitu nilai rasa halus, nilai rasa kasar, nilai rasa sehat, nilai rasa takut, nilai rasa yakin, nilai rasa heran, nilai rasa merasa
bersalah, nilai rasa sedih, nilai rasa bahagia, nilai rasa marah, nilai rasa menerima, nilai rasa cinta, nilai rasa benci, nilai rasa tertekan, nilai rasa pesimis, nilai rasa
bebas, nilai rasa malu, dan nilai rasa bosan Suryani, 2013:100. Selain jenis nilai rasa bahasa, peneliti juga menemukan ciri-ciri diksi yang menandai berbagai jenis
nilai rasa bahasa yang ditemukan. Peneliti juga mengambil kesimpulan bahwa bahasa yang digunakan dalam dialog interaktif di televisi banyak menggunakan
tuturan yang mengandung nilai rasa dan jenis nilai rasa yang paling banyak adalah nilai rasa halus.
Perbedaan kedua penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada bidang kajian dan objek yang akan dikaji. Penelitian ini akan mengkaji tentang
unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang ada dalam tuturan-tuturan presenter dan bintang tamu sebagai penanda kesantunan
berkomunikasi. Objek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda, yaitu acara Sentilan Sentilun periode Agustus sampai September 2014. Penelitian yang
membahas mengenai kajian dan objek tersebut secara spesifik belum pernah dilakukan sebelumnya.
2.2 Kajian Teoretis