Faktor Ekonomi Tanggung Jawab Pemeliharaan Dan Nafkah Anak Anak Dalam Hal Kedua Orang Tuanya Pisah Ranjang Di Kalangan Warga Negara Indonesia Yang Beragama Hindu

110 C. Hambatan-Hambatan dan Upaya Penyelesaian Pemeliharaan Anak Yang Orang Tuanya Bercerai Menurut Ajaran Agama Hindu Suatu hal yang perlu diperhatikan tidak dilakukannya pemeliharaan anak yang orang tuanya bercerai menurut Agama Hindu dan juga merupakan faktor hambatan dalam pemeliharaan anak meliputi:

1. Faktor Ekonomi

Persoalan biaya nafkah anak setelah terjadinya perceraian merupakan masalah yang sangat penting untuk menjamin sebab anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan tidak mengerti dan tidak bersalah atas perceraian orang tuanya. Jika diperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun hukum Agama Hindu bahwa tanggung jawab tentang biaya nafkah anak setelah terjadinya perceraian pada prinsipnya membebankan kepada orang tua laki. Dan apabila dikaitkan dengan keadaan dan kondisi masyarakat Indonesia, lazimnya orang tua laki-laki ayah yang bertanggung jawab dalam memberikan biaya nafkah kepada keluarga karena pada umumnya kaum lelakilah yang bekerja. Seandainya dijumpai istri atau ibu yang bekerja, hal tersebut tidak lain adalah untuk menunjang kehidupan ekonomi keluarga, bukan merupakan tanggung jawab. Dalam hal ini terjadi perceraian, mengingat bahwa orang tua laki-laki ayah yang lazimnya mencari nafkah, maka biaya anak setelah terjadi perceraian adalah merupakan tanggung jawab orang tua laki-laki ayah. 143 143 Wawancara Dengan Muthu, Sekertaris PHDI Medan di Medan, tanggal 6 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara 111 Adapun yang menjadi penyebab tidak dilaksanakannya kewajiban orang tua untuk memberikan biaya nafkah anak oleh orang tua laki-laki ayah, sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Orang tua laki-laki ayah sama sekali tidak memberikan biaya nafkah anak disebabkan faktor ekonomi dimana orang tua laki-laki ayah kebanyakan berpenghasilan kecil dan ada juga orang tua laki-laki ayah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dengan penghasilan yang kecil apalagi tidak mempunyai pekerjaan tetap. 144 Kemiskinan dapat didefinisikan secara luas maupun sempit. Dalam pengertian yang sederhana kemiskinan dapat diterangkan sebagai kurangnya pemilikan materi atau ketidakcukupan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sementara itu dalam arti yang lebih luas kemiskinan dapat meliputi ketidakcukupan yang lain seperti rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya kesempatan kerja dan, keterbatasan akses terhadap berbagai hal dan lain-lain. 145 Kehidupan antara masyarakat yang beragama Hindu dengan budaya setempat tampak bersinergi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Agama Hindu menempati posisi sebagai jiwa dan sumber nilai budaya masyarakatnya. Dinamika Agama Hindu dan budaya masyarakatnya menghasilkan berbagai nilai budaya dan kearifan lokal yang ditengarai mampu mengantasipasi dampak negatif globalisasi, utamanya di bidang moralitas, kemisikinan dan kebodohan, semakin 144 Wawancara Dengan Muthu, Sekertaris PHDI Medan di Medan, tanggal 6 Juli 2013. 145 Ida Ayu Tary Puspa, “Kemiskinan Dalam Pandangan Agama Hindu”, http:tarypuspa.blogspot.com200903kemiskinan-dalam-pandangan-agama-hindu.html, Diakses tanggal 27 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara 112 berkurangnya lahan pertanian, dan kualitas sumber daya alam maupun sumber daya manusia. 146 Perubahan besar dalam masyarakat yakni dari masyarakat yang lebih menekankan pada kekayaan spiritual atau batiniah bergeser ke arah msyarakat yang lebih mengutamakan kekayaan materi atau lahiriah-homo hedonicus. Berkenaan dengan hal itu, maka orang yang dihargai dalam masyarakat bukan orang yang kaya secara batiniah atau mengembangkan pola hidup sederhana melainkan orang yang kaya secara materi sebagaimana tercermin pada benda-benda simbol; status sosial yang dimilikinya. 147 Orang yang miskin secara material dapat melakukan perbuatan yang menyimpang kalau ia memiliki mental yang lemah. Oleh karena kemiskinannya ia menjadi hidup tertekan dalam memenuhi kebutuhannya. Kitab Sarasamucaya berulang-ulang menyebutkan agar kemiskinan sedapat mungkin dihindari dengan jalan bekerja dan hidup lebih teratur. Dalam Sarasamucaya juga disebutkan bahwa yang dimaksud orang miskin adalah orang yang tidak pernah berdana punya, meskipun ia memiliki harta benda berlimpah ruah. Kemiskinan ini dapat digolongkan kemiskinan rohani. Tidak ada sesuatu terjadi tanpa karma dan kehendak Tuhan. Ada beberapa sebab terjadinya kemiskinan diantaranya yang bersangkutan malas bekerja dan tidak punya keterampilan serta wawasan. Kemiskinan ekonomi terjadi karena Sancita 146 Ibid. 147 Ibid. Universitas Sumatera Utara 113 Karmapala, artinya kemungkinan penjelmaan terdahulu berbuat serakah. Tidak senang bekerja, tetapi loba sehingga dalam penjelamaan berikutnya menjadi miskin. Sifat kikir tidak pernah berdana punya dapat juga menimbulkan kemisikinan dalam penjelmaan berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tidak dilakukannya pemeliharaan anak yang orang tuanya bercerai dengan sebab faktor ekonomi adalah karena mempunyai kebiasan yang buruk suka mabuk-mabukan dengan uang hasil jerih payah kerja tanpa memperdulikan anak dan isteri. 148 Selain itu ada juga responden yang menyebutkan faktor ekonomi adalah kendala utama tidak dilakukannya pemeliharaan anak setelah dilakukannya perceraian. Sehingga setelah 5 lima tahun bercerai hanya mampu menanggung 20 – 30 biaya penghidupan isteri dan anak sedangkan selebihnya ditanggung oleh ibu mertua. 149 Kemiskinan adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi dan itu adalah karma. Untuk mengubahnya hanya dengan karma juga. Timbulnya kemiskinan akibat dari karma buruk yang pernah dilakukan entah pada saat kehidupan sekarang atau pada kehidupan yang dulu. Kemiskinan yang dihadapi dengan pemahaman yang benar berdasarkan agama, tidak akan mendorong munculnya perbuatan adharma. Pemahaman ajaran karma pala dapat mendorong upaya-upaya melakukan karma baik berdasarkan jnana dan bhakti atau berdoa pada Tuhan. Kemiskinan perlu dihadapi 148 Wawancara Dengan Pihak Yang Bercerai Nagendren Bekas Suami Selwi, Jalan Diski Km 12 Medan, tanggal 11 Juli 2013. 149 Wawancara Dengan Pihak Yang Bercerai Jaya Perkasa Bekas Suami Jaya Rani, Jalan Pasundan Gang Durian No. 7 Medan, tanggal 9 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara 114 dengan kegiatan beragama yang lebih baik, Salah satu hal yang menjadikan akar semua kejahatan adalah kondisi orang yang miskin. Dalam kitab Sarasamucaya dinyatakan bahwa orang miskin itu sama dengan orang mati seperti persembahan upakara tanpa daksina. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa betapa menderitanya bila orang miskin itu melakukan perbuatan buruk dan dosa, apalagi orang miskin itu bodoh, miskin dan kelaparan yang menyebabkan orang meninggalkan dharmakebajikan. Sebenarnya telah terjadi keruntuhan budaya masyarakat dalam masyarakat Hindu yang salah satunya disebabkan karena kultur pareiarki yang juga merambah lingkungan politik, ekonomi termasuk agama juga disebabkan oleh budaya kapitalisme yang telah mencekoki sistem keyakinan beragama misalnya bergesernya konsep pemaknaan ajaran karmapala dari ide untuk mentransformasi diri digantikan dengan ritual megah, tidak apa-apa melakukan tindak kejahatan yang bisa ditebus dengan upacara agama yang besar. Keruntuhan ini menjadi lebih buruk lagi dengan kelemahan orang yaitu suka pamer. Dalam urusan ritual orang Hindu masih kalah start dengan kompetiter lainnya, penyebab lainnya karena tidak dipraktikkannya falsafah tapak dara atau swastika melakukan hubungan dengan. Konsep ini ideal untuk melakukan hubungan dengan Tuhan yang sepatutnya sebanding dengan waktu dan biaya layanan sosial kemanusiaan, dan lingkungan Tri Hita Karana. Akan tetapi, ironisnya yang vertikal saja dipikirkan dan dilakukan sedangkan tindakan untuk sesama sangat kecil. Kemiskinan kasih sayang yang dimiliki manusia karena tidak mau memutar Universitas Sumatera Utara 115 roda yadnya dengan adil. Sebagaimana Bhagawadgita mengajarkan agar manusia aktif memutar roda-roda yadnya. Barang siapa yang tidak ikut memutar roda yadnya tersebut yang timbal balik itu sesungguhnya mereka itu adalah jahat. Untuk mengentaskan miskin perhatian dan miskin rasa keadilan pada nasib orang lain, maka dibutuhkan kepedulian dengan sesama sebagai perwujudan Tat twam asi. Pada masyarakat yang beragama Hindu yang senyatanya menganut sistem kekerabatan patrilinial, budaya patriarkinya masih sangat kental. Pada sistem kekerabatan seperti ini nilai anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Anak laki-laki yang karena kedudukannya sebagai pemikul dharma serta sebagai pewaris dan penerus keturunan purusa dalam keluarga, maka mereka akan merasa lebih superior dan berkuasa. Sementara itu perempuan ada pada posisi inperior. Hal ini pada akhirnya akan membatasi akses perempuan terhadap berbagai sumber daya Sumber permasalahan kemiskinan yang dihadapi perempuan terletak pada budaya patriarki yaitu nilai-nilai yang hidup di masyarakat yang memposisikan laki- laki sebagai superior dan perempuan subordinat. Budaya patriarki seperti ini tercermin pada kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara dan menjadi sumber pembenaran terhadap sistem distribusi kewenangan, sistem pengambilan keputusan, sistem pembagian kerja, sistem kepemilikan dan sistem distribusi resoursis yang bias gender. Kultur yang demikian akhirnya bermuara pada terjadinya perlakuan diskriminasi, marjinalisasi, eksploitasi, maupun kekerasan pada perempuan. Negara memiliki peran sangat penting dalam mengatasi kemiskinan. Menurut Universitas Sumatera Utara 116 Robert Chambers kemiskinan merupakan akibat dari pemusatan kekayaan dan kekuasaan. Pemusatan kekayaan dan kekuasaan memang merupakan sesuatu yang melekat dalam sistem politik dan ekonomi liberal. Hal itu bukan saja bertentangan pada konstitusi kita, tetapi juga bertentangan dengan Agama Hindu. Oleh sebab itu untuk aspek strategis yang menyangkut hayat hidup orang banyak negara tetap harus menjamin bahwa kepentingan nasional dan rakyat secara keseluruhan benar-benar terlindungi. 150 Selain negara berperan dalam mengentaskan kemiskinan, maka umat Hindu diharapkan untuk dapat melaksanakan dana punya terhadap sesama yang memerlukan. Dana punya adalah pemberian dengan tulus iklas sebagai salah satu bentuk pengamalan ajaran Dharma. Pemberian tersebut dapat berupa nasihatwejangan atau petunjuk hidup, yang mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik Dharmadana, berupa pendidikan Vidyadana, dan berupa harta benda Arthadana yang bertujuan untuk menolong atau menyelamatkan seseorang atau masyarakat. Ajaran dana punya bertujuan untuk membimbing manusia menuju kesempurnaan lahir batin yang akan mengantar manusia mencapai surga bahkan moksa. Jadi menurut hukum Hindu, ajaran dana punya ini wajib hukumnya, wajib dilaksanakan oleh setiap umat Hindu. Ajaran dana punya dilandasi oleh ajaran tat twam asi, yang memandang setiap 150 Ida Ayu Tary Puspa, Op.Cit. Universitas Sumatera Utara 117 orang seperti diri kita sendiri yang memerlukan pertolongan, bantuan atau perlindungan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup yang sejati seperti diamanatkan dalam kitab suci Veda, ”Vasudhaivakutumbakam” semua mahluk adalah bersaudara.

2. Faktor Orang Tua Menikah Lagi

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 0 13

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 0 1

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 1 38

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 1 29

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam Chapter III V

0 0 44

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 1 6

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 0 16

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 0 4

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 3 21

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 2 37