Perkembangan Teori Motivasi Teori Motivasi

2.2.1.2. Perkembangan Teori Motivasi

Perkembangan ini dapat dikatakan timbul karena semakin disadari bahwa manusia adalah makhluk yang sangat kompleks, termasuk dilihat dari sudut kebutuhannya. Artinya, konsep dasar yang terkandung pada hedonisme tidak hilang sama sekali akan tetapi telah dilengkapi dengan berbagai pandangan lain Siagian,2004 : 142. Karena itulah dapat dikatakan bahwa bagaimanapun motivasi didefinisikan, terdapat tiga komponen utamanya, yaitu : kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan, yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Dorongan, sebagai segi kedua motivasi, berorientasi pada tindakan tertentu yang sadar dilakukan oleh seseorang. Dorongan dapat bersumber dari dalam diri seseorang dan dapat pula bersumber dari luar diri orang tersebut. Tujuan, sebagai segi ke tiga dari motivasi. Dalam teori motivasi, tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Dengan perkataan lain, mencapai tujuan berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri seseorang Siagian,2004 : 142 - 143.

2.2.1.3. Teori Motivasi

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow 1934. Ia mengemukakan tentang hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Suryana 2006 : 52. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tetentu. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak menurut Sunarto,2003:132 di penelitian Yanto,2009 : 24. Model motivasi Kebutuhan – Tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan individu. Kebutuhan ini kemudian ditransformasikan menjadi perilaku yang diarahkan untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah untuk mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah sangat berkurang Wiratmo,1996 : 204 Model Ekspektasi Motivasi Vroom, pada kenyataan proses motivasi adalah situasi yang lebih rumit dibandingkan yang digambarkan oleh model motivasi kebutuhan – tujuan. Model ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan. Disamping itu, model ekspektasi Vroom mengungkapkan isu kekuatan motivasi. Kekuatan motivasi adalah tingkatan keinginan individu untuk menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat atau menurun, kekuatan motivasi dikatakan berfluktuasi. Menurut model motivasi Vroom ini kekuatan motivasi ditetukan oleh 1. nilai dari hasil menjalankan suatu suatu perilaku yang dirasakan dan, 2. kemungkinan yang dirasakan bahwa perilaku yang dijalankan oleh individudan menyebabkan diperolehnya hasil. Ketika kedua faktor tersebut meningkat, kekuatan motivasi atau keinginan individu untuk menjalankan perilaku akan meningkat. Pada umumnya, individu cenderung untuk menjalankan perilaku – perilaku yang memaksimumkan balas jasa pribadi dalam jangka panjang Wiratmo,1996 : 205. Model Motivasi Porter – Lawler ini telah mengembangkan suatu model motivasi yang menggambarkan uraian proses motivasi yang lebih lengkap dibandingkan model kebutuhan – tujuan atau model ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter – Lawler ini konsisten dengan dua model sebelumnya di mana model ini menerima premis bahwa 1 kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan perilaku kemanusiaan; dan 2 usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tugas ditentukan oleh nilai balas jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan menjadi nyata Wiratmo,1996 : 205. Teori Federick Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor yang membedakan, yaitu: faktor yang menyebabkan ketidakpuasan atau dissatisfier dan faktor yang menyebabkan kepuasan atau satisfier. Keberadaan dissatisfier tidaklah cukup, sebaliknya satisfier harus ada secara aktif untuk memotivasi suatu pembelian. Teori motivasi Herzberg memiliki dua implikasi. Pertama, penjual harus berusaha sebaik – baiknya untuk menghindari dissatisfier. Walaupun hal itu tidak menyebabkan lakunya sebuah produk, hal itu bisa dengan mudah menyebabkan produk tidak terjual. Kedua, produsen harus mengidentifikasi satisfier atau motivator terutama pembelian di pasar dan kemudian menyediakan faktor satisfier itu di dalam penelitian Yanto,2009 : 26. 2.2.2 Mental Kewirausahaan Mental kewirausahaan adalah jiwa atau mental yang dimiliki oleh para wirausahawan. Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting. Menurut Dusselman 1989:16, seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola – pola tingkah laku sebagai berikut : 1. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan, dan menerima ide – ide baru. 2. Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang dan menerima risiko dalam mengambil keputusan dan menghadapi ketidak pastian. 3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi – fungsi manajemen, meliputi : a. Perencanaan b. Koordinasi c. Menjaga kelancaran usaha d. Mengawasi dan mengevaluasi usaha 4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha. Suryana,2006 : 50.

2.2.2.1 Definisi Kewirausahaan

Dokumen yang terkait

PENGARUH MOTIVASI, EFIKASI DIRI DAN PENGALAMAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI DALAM BERWIRAUSAHA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

0 2 89

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MENGUNGKAPKAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) ( Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UPN Veteran Jatim ).

25 46 110

PENGARUH MEDIA PENDIDIKAN, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

1 3 107

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP MOTIVASI UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PROGDI AKUNTANSI UPN VETERAN JATIM).

4 20 72

PENGARUH PENGENDALIAN DIRI, MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

6 11 111

PENGARUH MOTIVASI DAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERWIRAUSAHA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “VETERAN” JATIM)

0 2 16

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP MOTIVASI UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PROGDI AKUNTANSI UPN VETERAN JATIM

0 0 11

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MENGUNGKAPKAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) ( Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UPN Veteran Jatim )

0 5 23

PENGARUH MEDIA PENDIDIKAN, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur) SKRIPSI

0 0 25

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPA) - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 12