Berdasarkan uraian di atas pada dasarnya peneliti ingin melakukan penelitian menitikberatkan pada motif yang mendasari motif yang mendasari individu penonton
remaja menonton program Kata Maaf Terakhir di bioskop. Dari sini peneliti berusaha untuk mengetahui apa motif remaja Surabaya dalam menonton film Kata Maaf Terakhir.
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka di rumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana motif remaja di Surabaya menonton Film Kata maaf
terakhir?“
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini Bagaimana motif remaja di Surabaya menonton Film Kata maaf terakhir?
1.3 Kegunaan Penelitian
1. kegunaan teoritis Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikirian kepada ilmu
komunikasi dan remaja di Surabaya dalam memberi tambahan referensi, untuk bisa memberikan kata maaf pada setiap insan manusia.
2. kegunaan praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khalayak
media massa dalam melihat kecenderungan motif mahasiswa dan menonton film “ Kata Maaf Terakhir “.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa
Film adalah media komunikasi massa berisi gambar bergerak dan terbuat dari celluloid transparan dalam jumlah yang banyak, yang apabila di gerakkan melalui
cahayanya yang kuat akan tampak seperti gambar yan hidup. Menikmati cerita dalam film berlainan dengan dari buku. Cerita dalam buku di sajikan dengan perantara huruf –
huruf yang berderet secara mati. Huruf – huruf itu merupakan tanda, dan tanda – tanda ini mempunyai arti di dalam alam sadar. Sebaliknya film ini memberikan tanggapan
terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang di peruntukkan itu dengan jelas tingkah lakunya, dan dapat mendengarkan suara pekau itu beserta suara – suara lainya
yang bersangkutan dengan cerita yang di hidangkan. Apa yang di lihat Effendy, 2003 : 207
Sehubungan dengan itu, terdapat identifikasi psikologi yakni dengan melihat dan menghayati sebuah film. Sering kali penonton mengidentifikasi seluruh pribadinya
dengan salah seorang pemegang peranan dalam film itu. Bahkan karena penonton tenggelam dalam upayanya untuk memahami dan merasakan apa yang di pikirkan atau
di dalami si tokoh, ia mengira bahwa ia sendiri yang berada pada posisi si tokoh tersebut Effendy, 2003 207 – 208 .
Serial film film series adalah film yang biasanya di tayangkan melalui televisi secara berantai dalam jangka waktu tertentu dengan pemeran utama yang sama
15
tetapi kisah yang berbeda. Menurut sifatnya, film di bedakan menjadi : film cerita story film, film berita newsreel, film documenter documentary film dan film
kartun cartoon film Effendy, 2003 : 210 – 216 . Pada mulanya, dalam usahanya untuk memikat public yang keranjingan Tv agar
kembali ke gedung – gedung bioskop, agar kembali ke gedung – gedung bioskop, orang – orang film bukan saja melakukannya dalam bidang tekhnik guna kesempurnaan film
tetapi juga usaha – usaha psikologis. Di sadarinya bahwa anak – anak muda teenagers adalah golongan public yang lebih suka berjauhan dengan orang tua nya
masing – masing. Mereka lebih suka berkumpul dengan teman – temannya, maka di buatlah banyak – banyak film dengan cerita – cerita yang dapat menarik muda mudi.
Dan ini benar – benar berhasil menanjak kembali. Tv boleh menghidangkan program apapun, bahkan program – program film juga, akan tetapi public akan tetap keluar
rumah juga, karena tertarik oleh “ gapaian” bioskop yang menjanjikan film – film kolosal, spektakuler, berwarna dan romantis, bahkan pornografis, yang tidak mungkin
di pertunjukkan di layar TV Onong, 2000 : 205 . Dalam hal ini orang – orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton. Tekhnik perfilman, baik peralatan nya
maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar – gambar yang semakin mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap, di dalam gedung bioskop itu penonton
menyaksikan suatu cerita yang seolah – olah benar – benar terjadi di hadapannya. Pengaruh film itu besar sekali terhadap jiwa manusia.
2.1.2 Film Sebagai Realitas Sosial
Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu di buat, film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,dan memproyeksikannya ke
dalam layar Irawanto,1993 :13 dalam Alex Sobur 2002 :127 Film adalah dokumen kehidupan social sebuah komunitas. Film mewakili
realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas dalam bentik imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan pada jejak – jeak yang di
tinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan dating. Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi
sekedar usaha menampilkan “citra bergerak” moving image namun juga telah di ikuti oleh muatan – muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi
manusia atau gaya hidup. Film juga sudah di anggap bisa mewakili citra atau identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri. Karena sifatnya yang
universal. Meskipun demikian, film juga bukan tidak menimbulkan dampak negatif. Victor C.Mambor : http:fsituskunci.tripod.comiteksvictor1.htm
2.1.3 Khalayak Sebagai Penggemar Film di Indonesia
Film Indonesia sekarang ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa tradisional, masa penjajahan sampai masa kemerdekaan ini. Untuk meningkatkan
apresiasi penonton film Indonesia adalah menyempurnakan permainan trik – trik serealistis dan sehalus mungkin, seni acting yang lebih sungguh – sungguh, pembenahan
struktur cerita, pembenahan setting budaya yang lebih dapat di pertanggung jawabkan, penyuguhan gambar yang lebih estetis dan sebagainya
http:geocities.comParis7229film.htm, di akses 17 oktober 2009 . Peningkatan mutu film ini dari genre – genre film nasional yang laris sekarang ini
dapat meningkatkan daya apresiasi film bermutu di lingkungan penonton urban yang marjinal ini, tetapi mungkin juga dapat di tonton oleh golongan penonton yang terpelajar
dan intelektual. Ketidakadilan produksi film nasional sekarang ini terletak pada pelayanannya yang hanya kepada penonton “ berbudaya daerah “. Dugaan sementara
bahwa golongan terpelahar di Indonesia di penbuhi selera seni pertunjukkan oleh film – film yang kondisi atau referensi budayanya cukup baik di apresiasikan oleh mereka.
Namun kondisi semacam itu tidak dapat terus menerus di lakukan Karena film film import tersebut jauh dari sejarah mitos, kondisi dan masalah – masalah Indonesia sendiri.
Untuk membuat film bermutu yang laris di semua golongan dengan latar belakang budaya yang berbeda – beda adalah dengan memberikan kesempatan kepada para sineas
http:geocities.comParis7229film.htm, di akses 17 oktober 2009 . Beberapa karakteristik dari para penonton film Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Kelompok 1 Cenderung memilih mutu film sebab menonton film bukan sekedar mencari
hiburan tapi menikmati karya seni film dalam arti yang lebih luas. 2. Kelompok 2
Cendrung mengikuti arus. Pertimbangan mutu film tetap merupakan referensi 3. Kelompok 3
Tidak perlu terlalu memilih, sekedar mencari hiburan saja. Berdasarkan angket penonton 1988 dan 1989 yang di lakukan di Bandung,
penonton film Indonesia adalah sebagian besar berusia antara 15 -25 tahun 90 18
dengan tekanan usia pada 20 – 25 tahun 40 , lelaki 57 dan wanita 43 yang berpendidikan SMA dan perguruan tinggi sebanyak 42 sedangkan 50 mengaku
abstain. Mereka ini mengaku menonton film Indonesia lebih dari selama sebulan 59 adan ad a12 yang menonton lebih dari 5 kali dalam sebulan
http:geocities.comParis7229film.htm, di akses 17 oktober 2009 . Serial film film series adalah film yang biasanya di tayangkan melalui televise
secara berantai dalan jangka wakru tertentu dengan pemeran utama yang sama tetapi kisah yang berbeda. Menurut sifatnya, film di bedakan menjadi : film cerita film story,
film berita newsreel,film documenter documentary film dan film kartun cartoon film.Effendy,2000 : 210 – 216.
2.1.4 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa
Kebutuhan terhadap media massa di penuhi melalui surat kabar,majalah, radio, televise, dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya terpaan nya exposure secara
konteks social tempat dimana terpaan berlangsung. Secara umum Katz Gueviricth dan Haas berkeyakinan terhadap tipologi
kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang di klasifikasikan dalam lima kelompok,yaitu :
1. Kebutuhan kognitif Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk
memperkuat informasi, pengethauan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai
lingkungan ini. Kebutuhan kognitif juga dapat di penhui oleh adanya dorongan – 19
dorongan seperti keingintahuan curiosity dan penjelajahan exploratory pada diri kita.
2. Kebutuhan Afektif Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan dengan usaha – usaha untuk
memperkuat pengalaman – pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dam emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi pada umumnya
dapat di penuhi oleh media. 3. Kebutuhan Intergratif Personal
Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan denga usah – usaha untuk meperkuat kepercayaan, kestiaan, dan status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat
di peroleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri 4. Kebutuhan Intergratif Sosial
Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman – teman, dan dengan alam
sekelilingnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut di dasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi.
5. Kebutuhan Akan Pelarian Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari
kenyataan, melepaskan ketegangan, dan kebutuhan akan hiburan. 20
2.1.5 Motif
Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti di dasarkan pada motif – motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari pada kebutuhan
need. Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu. Sedikit banyak ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak di capai. Menurut
W.A Gerungan motif adalah: “motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak. Alasan –
alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan. Keinginan, hasrat, dan tenaga
penggerak lainnya yang berasal dari dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif – motif itu member tujuan dan arah kepada tingkah laku kita”.
Gerungan,1991:140 Menurut Teevan dan Smith mengatakan bahwa motivasi merupakan konstruksi
yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu di sebut motif. Selanjutnya mereka
berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi yaitu member daya untuk menggerakkan perilaku dan fungsi yang lain adalah menggerakkan perilaku
Martaniah,1984:13-14. Sedangkan menurut Purwanto 1996:193 motif adalah sebagai seluruh aktivitas mental yang di sarankan atau yang dialami dan memberikan
kondisi sehingga terjadi sesuatu perilaku. 21
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya motif itu timbuk karena adanya kebutuhan atau dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan dan
berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Woodworth dalam Purwanto 2002:64 menggolongkan motif menjadi tiga
golongan, yaitu: 1. Kebutuhan – kebutuhan organis, yakni motif – motif yang berhubungan
dengan kebutuhan bagian dalam tubuh seperti lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan istirahat.
2. Motif – motif yang di timbulkan secara tiba- tiba emergency motif , yakni motif – motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan
yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motif timbul bukan atas kemauan dirinya, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik, misalnya
motif melarikan dari bahaya, motif berkelahi, mengejar, dan motif berusaha atau berikhtiar mengatasi suatu rintangan .
3. Motif objektif, yakni motif yang di arahkan atau di tujukan ke seuatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar dirinya. Motif ini timbul Karena adanya
dorongan dari dalam dirinya, misalnya motif menyelidiki. Ada beberapa pengklasifikasikan motif dari berbagai ahli komunikasi, tetapi
dalam penelitian ini di gunakan kategori motif menurut Blumer dalam Rakhmat 2001:66 yaitu Kognitif, Personal Identity, Diversi. Adapun tiga jenis motif
menggunakan media secara umum dapat di jabarkan sebagai berikut: 1. Motif Kognitif kebutuhan akan informasi
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat.
Masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta
dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang di dapat. 2. Motif Identitas Personal Personal Identity
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak itu
sendiri menemukan model perilaku. Mengidentifikasi diri dengan nilai – nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri.
3. Motif Hiburan Diversi Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari
permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai. Memperolah kenikamatan jiwa dan penyaluran emosi.
2.1.6 Remaja
Di dalam kamus bahasa Indonesia remaja di definisikan sebagai satu fase dalm kehidupan mulai dewasa. Sudah samapi umur untuk kawin. Zakiyah darajat 1974
mengkategorikan bahwa masa remaja sebagai anak yang ada pada masa perlihan dari masa anak – anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ioni biasanya terjadi
percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik di tinjau dalam bentuk badan, sikap, cara berpikir, dan bertindak. Mereka bukan lagi anak – anak. Mereka juga
belum di katakana manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran. Pada masa 23
remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa diri nya.
WHO 1989 mendefinisikan remaja sebagai kurun waktu pada seseorang yang berangsur – angsur menunjukkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai
kematangan seks, jiwanya berkembang dari anak ke dewasa dan keadaan sosio – ekonimisnya berlaih dari ketergantungan menuju mandiri.
Salah satu tanda memasuki masa remaja adalah menstruasi pada perempuan dan mimpi basah laki – laki. Remaja putrid umumnya mengalami menstruasi pada usia 12
tahun. Namun kini telah bergeser kearah usia lebih muda yaitu : 10 – 11 tahun. Sedangkan mimpi basah terjadi pada usia 14 tahun.
Remaja mengalami pertumbuhan fisik sebagaimana pria dan wanita dewasa perubahan fisik tersebut berpengaruh secara psikologis. Emosi remaja yang berubah –
ubah dengan cepat cenderung secara psikologis. Emosi remaja yang berubah – ubah dengan cepat cenderung mengekspresikan perasaan melalui tindakan dan membentuk
kemandirian. Remaja juga ingin lepas dari orang tau dan mengembangkan kemampuan social dengan beraktifitas bersama teman sebayanya. Remaja membentuk rasa percaya
diri dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Tujuan akhirnya adalah pembentukan identitas diri Mumpuni , 1998 :13
Proses kedewasaan tersebut di lalui oleh secara bertaha. Hawley membagi dalam 3 tahap, yaitu :
a. Tahap remaja awal 11 – 13 b. Tahap remaja pertengahan 14 – 15 tahun, dan
c. Tahap remaja akhir 16 – 19 tahun Mumpuni, 1998 : 43 24
Selanjutnya ,Sarjono Soekanto 1993, dalam Susanti, 2003 : 14 , masa remaja cenderung memiliki karakteristik unuk melawan terhadap berbagai kemapanan, mereka
mencari alternative baru dalam kehidupan social nya. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi ketidakseimbangan antara kedewasaan social dengan kedewasaan
biologis terutama ketika mereka berada dalam proses modernisasi. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak – anak ke dewasa. Perbedaan
masa kanak – kanak dengan masa remaja adalah: http: www.sabda.orgc3ikategoripranikah-pernikahanisi”id=708mulai=0
1. Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan
hormonal misalkan munculnya hormone – hormone seksual yang membuat mereka itu menjadi makhluk atau menjadi manusia yang
harus bergumul dengan gejolak seksualnya. 2.
Mereka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak. Pola pikir ini membuat mereka mempertanyakan nilai – nilai yang mereka telah anut
sebelumnya 3.
Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang sedang “ in “ di kalangan mereka. Dan mungkin sekali apa yangt
sedang “ in” atau trend itu tidak cocok dengan apa yang kita sukai akibatnya sering kali terjadi pertengkaran, membuat hubungan orang
tua anak sering kali tegang. Kendati variatif, pengelompokkan usia remaja tidak pernah menjadi perdebatan
panjang. Inti permasalahannya, bukan pada usia tetapi apa yang terjadi pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak – anak menuju dewasa. Berdasarkan
uraian di atas, sesuaitujuan dalam penelitian ini, remaja pada penelitia ini di fokuskan pada definisi remaja menurut Zakiyah Darajat dengan kategori usia 11 hingga 24 tahun
karena masa remaja merupakan masa kehidupan masnusia yang paling menarik dan mengesankan. Usia 15 tahun merupakan usia di mana remaja menduduki tingkat
SMAsederajat dan pada tingkatan sudah dapat memilih dan menentukan sendiri apa yangt terbaik untuk mereka pola berfikirnya pun mulai matang sehingga banyak remaja
lebih mengesampingkan pendapat orang lain dalam menentukan pilihan termasuk dalam hal memilih suatu pergaulan atau teman. Dan usia 24 tahun merupakan batas maksimum
untuk memberikan kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah sebelumnya masih tergantung pada orang tua.
2.1.7 Film Kata Maaf Terakhir
Film ini berkisah mengenai drama keluarga dengan konflik dan penderitaan yang sukar untuk di lupakan.
Seorang ayah ,DARMA Tio Pakusadewo, seorang perokok berat, didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium IV sehingga kemungkinan akan menjalani bulan
terakhir kehidupannya pada Ramadan tahun ini.
Darma Tio Pakusadewo sedang menjalani bulan terakhir kehidupannya. Oleh karenanya ia membuat daftar hal-hal yang harus dilakukannya. Salah satu keinginannya
yang paling sulit adalah memperoleh maaf dari ibu anak-anaknya, Dania Maia Estianty, putra sulungnya, Reza Ade Surya Akbar dan putrinya, Lara Rachel Amanda. Darma
tahu, dia telah melukai mereka sedemikian dalamnya, hingga rasanya tak mungkin 26
mereka akan bisa memaafkannya. Enam tahun yang lalu, Darma meninggalkan Dania, istrinya dan kedua anaknya, Reza dan Lara, karena menghamili Alina Kinaryosih,
sahabat Dania.
Darma tahu bahwa keluarganya sangatlah terpukul akan kejadian tersebut. Oleh karena itu selama ini, setiap Lebaran, dia tak pernah mencoba untuk datang menemui
mereka. Darma tidak sanggup jika harus menghadapi kemarahan keluarganya.
Namun maaf dari Dania yang belum didapatnya. Berbagai cara dilakukan Darma, Hingga suatu saat secara tak sengaja Darma bertemu dengan Lara. Ia berusaha keras
mendekati Lara. Lara yang awalnya bimbang akhirnya luluh akan keinginan ayahnya. Karena jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan peristiwa ini, di mana ia bisa
bercengkrama kembali dengan ayahnya. Darma pun menyampaikan kondisi yang sedang dihadapinya. Lara pun mengalami dilema, karena di dalam hatinya ia ingin memenuhi
keinginan ayahnya. http:www.kapanlagi.comakata-maaf-terakhir.html di akses 06 september 2009.
Lain halnya dengan Reza, ia marah luar biasa terhadap ayahnya sehingga tak mengakui bahkan menganggapnya tidak punya ayah. Sedangkan Dania, sebenarnya ia
masih peduli atau merasa trauma untuk memulai hidup baru. Mampunya Darma mewujudkan keinginan terakhirnya, mendapatkan kata maaf dari keluarga yang
disakitinya. http:www.astaga.comcontentkata-maaf-terakhir-jika-maaf-jadi-penenang- jiwa di akses pada tanggal 06 september 2009
2.1.8 Kata Maaf terhadap Remaja
Kemampuan melihat kesalahan adalah kesempatan untuk maju.Bila kita menganggap kesalahan sebagai hal yang tak bisa diperbaiki, maka secara otomatis
kitapun kehilangan rasa percaya diri dari teman dekat, atasan dan juga pasangan.
Tetapi bila dihadapi dengan baik, artinya dengan menyampaikan kata maaf pada tempatnya, kesalahan justru menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan sosial kita.
Karena keberanian mengucapkan kata maaf menunjukkan kita cukup rendah hati, sekaligus berbesar hati.
Namun, bagi beberapa orang kadang memulai untuk mengatakan kata maaf terasa berat untuk diucapkan, berikut beberapa langkah untuk memudahkan berkata maaf
SADARI KESALAHAN
Rela mengakui kesalahan dan mau bertanggung jawab.Mulailah dengan ucapan tulus dan langsung pada permasalahan. Ini membuat orang yang terluka mau menerima
dan memaafkan.
BERI PENJELASAN
Setelah mengaku, beri penjelasan pada orang yang telah anda sakiti. Yakinkan anda tidak bermaksud buruk.
Langsung minta maaf menunjukkan keseriusan anda. 28
TAWARKAN PERBAIKAN
Agar lebih sempurna, tawarkan mengganti kerugian yang terjadi walau hanya sebagai simbol.Bisa juga dengan mengirim pesan atau hadiah kecil.
WAKTU YANG TEPAT
Untuk masalah besar, hadapi orangnya, tatap matanya dan beri penjelasan yang diperlukan.Di kantor segeralah minta maaf sebelum bos atau klien menyadari kesalahan
anda. Hal ini membuat anda tampak lebih teliti.Hindari minta maaf saat seseorang sedang marah. Karena bisa tak diterima. Jangan ikut marah. Temui dan jelaskan duduk
perkaranya beberapa hari kemudian.Saat itu kemarahannya pasti sudah berkurang. Menurut Hurlock 1981 remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Monks, dkk 2000 memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall dalam Santrock, 2003 usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang
dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja
merupakan masa badai dan tekanan storm and stress sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved Santrock, 2003, Papalia, dkk,
2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa 1989 merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan. 10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, sosial dan pencapaian Fagan, 2006. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi
psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini
dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
2.1.9 Teori Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications menunjukkan yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan khalayak, tetapi bagaimana media
memenuhi kebutuhan pribadi dan social khalayak. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja menggunaan media untuk mencapai tujuan khusus.
Effendy,2003:289. Anggota khalayak di anggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan nya, sehingga timbul istilah uses and gratifications yang itu
penggunaan dan pemenuhan kebutuhan Rakmat.2002:65 Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna
utility:bahwa konsusmsi media diarahkan oleh motif intentionality:bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi selectivity: dan bahwa khalayak
sebenarnya kepala batu sturmborn, karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai salah satu sebagai
situasi ketika kebutuhan ini terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan need hierarcy yang di tampilkan oleh Abraham Maslow
1954 dalam Effendy2003:290, ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar yaitu: 31
1. Physiological needs kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis bagi organism manusia seperti kebutuhan pangan,
sandang, papan, dan kesehatan fisik. 2. Safety needs kebutuhan keamanan adalah kebutuhan mengenai
perlindungan dari bahaya. Perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.
3. Love needs kebutuhan Cinta kebutuhan akan di cintai. Di perhitungkan secara pribadi.
4. Esteem Needs kebutuhan cinta adalah kebutuhan akan di hargai secara prestasi. Kemampuan kedudukan atau status.
5. Self – actualization needs kebutuhan penghargaan adalah kebutuhan mempertinggi potensi –potensi yang di miliki. Pengembangan diri secara
maksimal. Kreativitas dan ekspesi diri. Teori Uses and Gratifications menurut Kats. Gurevitch dan Haas dalam Effendy
2003:294 di mulai dengan lingkungan social social environment yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan social tersebut meliputi ciri – ciri afiliasi kelompok dan
ciri – ciri berkepribadian. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Cognitive needs kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan informasi. Pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya.
2. Affective needs kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman – pengalaman estesis, menyenangkan dan
emosional 32
3. Personal integrative needs kebutuhan pribadi secara integrative adalah kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas
4. Social intergratif needs kebutuhan pribadi secara intergratif adalah kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.
5. Escaipt needs kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindari dari tekanan. Keteganan dan hasrat akan
keanekaragaman. Menurut para pendirinya Katz, Gurevitch dan Blumer, uses and gratifications
meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber – sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat – akibat lain. Lebih lanjut untuk memahami teori uses and gratifications maka sebagaimana
yang di kutip Rakhmat 2007:66 dari Katz, Gurevitch dan Blumer di jelaskan bahwa bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan social khalayak, bukan bagaimana
media mengubah sikap dan perilaku khayalak. Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Jadi jelaslah
penggunaan media massa karena di dorong oleh motif – motif tertentu dank arena adanya berbagai kebutuhan yang dapat di puaskan oleh media massa. Seseorang ingin mencari
kesenangan, media massa dapat memberikan hiburan. Seseorang mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari masalahnya. Dan
jika seseorang kesepian , maka media massa dapat berfungsi sebagai sahabat.
2.2 Kerangka Berpikir
Manusia mempunyai banyak kebutuhan seperti kebutuhan fisiologis, keamanan, social,penghargaan sampai kebutuhan aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan manusia
yang sangat mendadar baik sebagai indiviru maupun sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan penghargaan atau sebagai actualisasi dirinya adalah kebutuhan akan
informasi dan huburan. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dsar dan khalayak secara katif
memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media tersebut. Khalayak mempunai berbagai kebutuhan yang dapat di
puaskan dan berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagianda ri kebutuhannya. Kebutuhannya tersebut antara lain:
1. Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman atas lingkungan
2. Kebutuhan identitas personal. Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan mengidentifikasikan diri, meningkatkan harga diri dan
menigkatkan pemahaman diri 3. Kebutuhan Hiburan, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan untuk
melepaskan diri dari permasalahan atas ketegangan, dorongan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi
Menonton film keluarga didasarkan pada motif – motif tertentu dan motif timbul karena adanya kebutuhan. Menurut Blummer dalam Rakhmat 2001:65, motif
dapat di artikan sebagai keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan 34
baru. Keinginan untuk mencari hiburan dan keinginan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Dalam hal ini Kata Maaf Terakhir sebagai film yang telah memberikan tayangan film keluarga yang bias memberikan pengetahuan baru bagi para remaja. Tayangan
berdurasi 90 menit ini membawa pesan moral kepada semua penonton atau remaja yang mempersepsikan tentang kehidupan keluarga yang sangat rumit sekali dan memiliki
beberapa konflik keluarga, sebagai contoh nyata dalam kehidupan sehari – hari dalam keluarga. Dan selalu berusaha untuk meminta maaf ketika memiliki kesalahan terhadap
orang lain tanpa harus segan mengucapkannya, namun tak sekedar ucap saja tetapi tidak untuk di ulangi kembali kesalahan tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa penayangan
film ini seperti di dalam sinetron. Sayangnya, film yang menguras air mata tersebut dicap bergaya sinetron. Di film ini hanya mengambil makna dan menyampaikan sebuah pesan
tentang arti sebuah kata maaf. Meskipun demikian, di balik kesan sinetron yang sudah dirasakan jenuh oleh masyarakat Indonesia, sebagai warga Indonesia patut menghargai
ide cerita yang mengajak penonton merenungi arti permintaan maaf yang menjadi ritual Lebaran setiap tahunnya. Setidaknya bagi penulis, kata maaf merupakan sesuatu yang
indah bagi penerima dan memperkuat karakter keikhlasan seseorang yang telah memberikannya.
Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada kerangka berpikit sebagai berikut: 35
Kebutuhan para
Penonton Film:
1. Cognitive
needs 2. Affective
Needs 3. Personal
Intergative needs
4. Social Intergrative
needs Motif
Kebutuhan Media :
1. Kogniti f
2. Ide
ntitas Pribadi
3. hib
uran Remaja yang
menonton Film Kata Maaf
Terakhir di Surabaya
Analisis Data Menggunakan
Tabel Frekuensi
k e
s
i m
p u
l a
n
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengkuran variable 3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat di amati atau di operasionalkan. Sehubungan dengan
pernyataan di atas,maka pada penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antara variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. Penelitian ini di fokuskan pada
motif remaja dalam menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop, sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe analisis deskriptif untuk
menggambarkan dan menjelaskan motif remaja tersebut. Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan –
alasan atau dorongan – dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri
dari kebutuhan. Motif tidak dapat di pisahkan dengan kebutuhan needs seseorang atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan dari dalam dirinya dan berusaha
untuk mencapainya. Motif menonton yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif menonton
yang di kemukakan oleh Blummer yaitu motif kognitif, motif identitas, serta motif diversi. Adapun indikator dari ketiga motif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
36
1. Motif Kognitif keinginan untuk menambah pengetahuan baru Individu dalam menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop bertujuan untuk
mencari pengetahuan atau hal – hal baru , antara lain: a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang film drama
religi keluarga di Indonesia b. Ingin mendapatkan informasi tentang cerita keterbelakangan keluarga
yang memiliki konflik di Indonesia c. Ingin mendapatkan pesan moril yang terdapat dalam film Kata Maaf
Terakhir. d. Memuaskan rasa ingin tahu tentang keluarga, dan minat umum tentang
keluarga yang harmonis
2.
Motif Identitas Personal keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan untuk mengikuti keadaan sekitarnya, misalnya :
a. Ikut – ikutan tetangga atau teman yang menonton film kata maaf terakhir di bioskop
b. Ingin mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun tokoh dalam film Kata Maaf Terakhir di bioskop