badan hukum adalah, bahwa manusia dapat melakukan apa saja yang tidak dilarang oleh hukum, sedangkan badan hukum hanya dapat melakukan apa
yang secara eksplisit atau implisit diizinkan oleh hukum atau anggaran dasarnya.
32
Badan hukum dapat menjadi subyek hukum dalam hal-hal yang menyangkut :
1 Sumber keuangan Negara perpajakan, bea impor, dan ekspor barang
dan lain sebagainya; 2
Pengaturan perekonomian pengendalian harga, penggunaan pengaturan perusahaan, dan sebagainya;
3 Pengaturan keamanan subversi, keadaan bahaya, dan lain sebagainya.
Perkembangan di bidang perpajakan, membawa dampak pada keterlibatan langsung korporasi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam
perbuatan-perbuatan melanggar
hukum yang
mengakibatkan kerugian bagi kepentingan orang banyak ataupun Negara berupa kerugian Negara. Dengan besarnya dampak negatif yang terjadi
akibat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh korporasi, maka dalam hukum pidana mulai dikenal istilah korporasi sebagai subjek hukum yang
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
1.7.2 Kerangka Berfikir
Badan Hukum atau Korporasi merupakan subjek hukum, yang tentu saja bila melakukan pelanggaran pidana akan dikenakan sanksi selayaknya
32
M Hamdan, 2000, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan, Bandung Mandar Maju, hal.
62.
subjek hukum manusia atau perorangan. Pengenaan sanksi pidana terhadap Wajib Pajak Badan diatur dalam UU Perpajakan. Namun baik dalam KUHP
maupun UU Perpajakan belum ada sanksi yang secara tegas mengatur tentang sanksi apa yang akan dikenakan bila Wajib Pajak Badan melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan. Sehingga dalam ranah penelitian normative hal tersebut dikenal sebagai adanya kekaburan norma. Dengan
adanya kekaburan norma maka akan menjadi ketidakjelasan suatu aturan dalam peraturan perundang-undangan sehingga mengakibatkan kesulitan
dalam penerapan norma tersebut jika terjadi pelanggaran di masyarakat. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang
digunakan untuk melakukan pembangunan, sehingga Negara diberikan kewenagan oleh undang-undang untuk memungut pajak yang tentunya di
gunakan untuk melakukan pembangunan sehingga apa yang dicita-citakan Negara untuk mewujudkan masyarakat yang makmur bisa terwujud.
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang telah ada sekarang ini belum bisa memberi efek jera kepada wajib Pajak Badan yang melakukan
tindak pidana perpajakan. Rumusan dan sanksi yang harus dikenakan kepada Wajib Pajak Badan yang melakukan pelanggaran di bidang perpajakan agar
esensi hukum pajak untuk menambah pendapatan Negara tercapai dan efek jera tanpa pembalasan sebagai roh dari pemidanaan bisa tercapai, sehingga
bisa memperkecil jumlah wajib pajak badan yang melakukan pelanggaran di bidang perpajakan.
Gambar Kerangka Berfikir Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Yang Melakukan Tindak Pidana
Perpajakan Permasalahan 1 :
Pengaturan Tindak Pidana Perpajakan yang dilakukan oleh
Korporasi sebagai Wajib Pajak Permasalahan 2 :
Bagaimanakan pengaturan pertanggungjawaban Wajib Pajak
Korporasi di masa mendatang ?
Metode penelitian Normatif : Terdapat kekaburan Norma
Psl. 38 dan 39 A UU Perpajakan
Konsep Kepastian Hukum Teori Pertanggungjawaban Pidana
Teori Keadilan restoratif Dokrin Fiksi
Stict Liability Konsep Pembenaran Pemungutan
Pajak
Kesimpulan 1 : Pengaturan
sanksi terhadap
Korporasi belumlah memberikan efek jera kepada korporasi yang
melakukan tindak
pidana perpajakan
sehingga sampai
sekarang masih banyak korporasi yang melakukan tindak pidana
perpajakan. Kesimpulan 2 :
Pembaruan pada UU Perpajakan, yang mana sanksi yang dikenakan
kepada korporasi lebih ditekankan kepada
pidana denda.
Pajak adalah merupakan salah satu
sumber pendapatan negara yang digunakan
untuk membangun
bangsa Indonesia.
Saran : Agar korporasi lebih taat dalam melaksanakan
kewajibannya untuk membayar pajak, serta
Pemerintah melakukan langkah persuasif, dengan memberikan insentif atau kemudahan bagi Wajib
Pajak Korporasi yang taat membayar pajak. Agar pihak legislatif menyempurnakan UU Perpajakan
dengan lebih mengedepankan upaya pengembalian pendapatan kerugian penerimaan Negara
1.8 Metode Penelitian