Hasil Pengamatan Pengaruh biopestisida campuran daun mengkudu (Morinda citrifolia) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum L.) pada konsentrasi berbeda terhadap mortalitas belalang kembara (Locusta Migratoria).

2. Kandungan Ekstrak Daun Tembakau

Kematian pada belalang kembara disebabkan oleh kandungan yang terdapat dalam ekstrak daun tembakau. Berdasarkan analisis yang dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta diperoleh hasil bahwa ekstrak daun tembakau mengandung senyawa nikotin sebesar 97,3 ppm pada konsentrasi 10. Sedangkan, pada konsentrasi 20 sebesar 129,7 ppm dan 194,6 ppm pada konsentrasi 30. lampiran 4. Menurut Megadomani 2006 nikotin merupakan zat aditif yang mempengaruhi sistem syaraf dan sistem peredaran darah. Berdasarkan hal ini tanaman tembakau digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biopestisida untuk melawan serangga-serangga pengganggu tanaman pertanian maupun perkebunan. Penggunaan biopestisida berbahan dasar tembakau tidak memiliki efek samping layaknya pestisida kimia yang diproduksi oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang dimana dapat merusak ekosistem keseimbangan tanah serta merusak ekosistem air. Menurut Rosma 2015 cara kerja nikotin menyerupai cara kerja pada asetilkolin acethylcholine mimics. Asetikolin adalah penghantar rangsangan pada sistem saraf pusat serangga. Nikotin memiliki efek mematikan pada serangga layaknya pestisida kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil grafik data pada gambar 4.1 yang menunjukan angka kematian pada perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian pada bagian kontrol. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Kandungan Ekstrak Daun Mengkudu

Daun mengkudu memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat menjadi zat karsinogen yaitu tanin. Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis kandungan tanin pada ekstrak daun mengkudu yang dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta sebanyak 12.8 ppm pada konsentrasi 10 lalu 34.2 ppm pada konsentrasi 20 dan 48,6 ppm pada konsentrasi 30. lampiran 4 Menurut Sukanti, 1981 efek dari tanin pada serangga adalah gangguan syaraf yang menyebabkan perubahan perilaku serangga atau abnormal, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu, menurut Yunita dkk, 2009 tanin juga dapat menyebabkan keracunan perut Oral Poison terhadap serangga, tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan oleh serangga untuk pertumbuhan dan penyerapan protein dalam sistem percernaan terganggu sehingga membuat serangga mengurangi porsi makan. Oleh sebab itu belalang yang terkena langsung cairan ekstrak daun mengkudu akan mengalami kematian karena cairan ekstrak daun mengkudu yang mengandung senyawa tanin masuk melalui dinding tubuh belalang atau makanan yang dimakan, sehingga mengakibatkan menyusutnya jaringan tubuh belalang dan mengalami keracunan perut sehingga belalang mengurangi porsi makannya.

4. Siklus hidup belalang

Siklus hidup belalang melalui tahap telur, larva, serangga dewasa. Belalang yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam tahap serangga dewasa. Tujuan penggunaan dari serangga dewasa agar belalang kembara mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga belalang tidak mati sebelum diberikan perlakuan. Jika harus mengembangbiakan belalang akan menghabiskan waktu yang cukup lama sampai menjadi tahap dewasa karena masa telur menjadi larva dibutuhkan waktu 30-50 hari. Menurut Sudarsono 2008 belalang memiliki sifat cenderung untuk memberntuk kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah migrasi. Perilaku makan belalang kembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari hingga pagi hari sebelum terbang. Berdasarkan perilaku belalang inilah pemberian makan serta perlakuan dilakukan pada pagi. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data pada sore hari. Belalang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari alam, sehingga usia yang digunakan berbeda-beda. Menurut Sudarsono 2008 usia belalang dewasa mencapai 50 hari. Oleh sebab itu kematian belalang dapat juga disebabkan oleh siklus hidup dari belalang tersebut. Proses pembuatan biopestisida ini tidak terlalu rumit, hanya melakukan perendaman bahan utama dengan air lalu memisahkan antara air yang digunakan sebagai pelarut dengan bahan baku. Namun, ada hal yang harus diperhatikan selama pembuatan biopestisida yaitu wadah yang digunakan untuk perendaman harus bersih lalu menutup rapat wadah yang digunakan sebagai media perendaman, serta menghindari sinar matahari secara langsung karena dapat merusak kandungan biopestisida. Bahan dasar pembuatan biopestisida yang berupa daun mengkudu dan daun tembakau didapat dari kebun farmasi dan kebun penelitian biologi Universitas Sanata Dharma. Penyemprotan dan pengambilan data dilakukan selama 10 hari. Penyemprotan dilakukan setiap pagi dan pengambilan data dilakukan pada sore hari, hal ini dimaksudkan agar pada penyeprotan terdapat sedikit angin sehingga setiap perlakuan sesuai dengan konsentrasinya masing-masing yang telah disesuaikan sebelumnya yakni ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebanyak 10 20 dan 30 serta kontrol berupa air. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada sore hari dikarenakan memberikan jeda waktu agar senyawa karsinogen dapat bereaksi didalam tubuh hama belalang yang telah disemprotkan. Pengambilan data dilakukan setiap hari untuk mengurangi efek kematian yang disebabkan oleh faktor lain. Adapun faktor-faktor lain yang harus diperhatikan untuk menjaga kelangsungan hidup belalang yang diberi perlakuan adalah pemberian makan yang berupa sayuran hijau segar dan mengatasi suhu sekitar tempat penelitian yaitu dengan cara melakukan penyiraman menggunakan air pada daerah sekitar sangkar belalang. Pemberian makan dilakukan pada setiap pagi dan sore hari karena apabila terlambat dalam pemberian makan belalang kembara akan menjadi kanibal dalam arti memakan belalang lain. Sedangkan penyemprotan air dilakukan pada siang hari agar menjaga kondisi suhu tidak terlalu panas karena suhu yang tinggi dapat membuat belalang stres dan kemudian mati. Sebelum dilakukan penelitian perlu diadakan aklimatisasi agar membuat hama belalang menjadi terbiasa dengan tempat tinggal barunya, pada penelitian ini telah dilakukan proses aklimatisasi selama 10 hari. Selama dilakukan penelitian, peneliti mengamati efek dari senyawa kimia yang telah disemprotkan kepada hama yaitu terjadi kaku lalu kejang beberapa saat setelah dilakukan penyeprotan pada tubuh hama belalang. Sesuai dengan ulasan tinjauan pustaka efek samping dari kandungan nikotin dan tanin yang dapat merusak sistem syaraf dan perubahan perlakuan pada serangga Megadomani, 2006.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan diantaranya : 1. Tidak setaranya usia belalang. 2. Terdapat gangguan dari faktor luar yaitu suhu dan semut. 3. Proses penghancuran daun yang dimana seharusnya dihaluskan namun hanya dicincang.

D. Rancangan Penerapan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

Hasil penelitian pemberian konsentrasi biopestisida dari daun mengkudu Morinda citrifolia dan daun tembakau Nicotiana tabacum L. terhadap serangga belalang kembara Locusta migratoria dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk pembelajara Biologi SMA kelas X pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Aplikasi dalam materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI