Pengaruh biopestisida campuran daun mengkudu (Morinda citrifolia) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum L.) pada konsentrasi berbeda terhadap mortalitas belalang kembara (Locusta Migratoria).

(1)

(2)

(3)

PENGARUH BIOPESTISIDA CAMPURAN DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) DAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) PADA KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MORTALITAS BELALANG

KEMBARA (Locusta migratoria)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Ray Justin Eldi Anastasius NIM: 121434021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH BIOPESTISIDA CAMPURAN DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) DAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) PADA KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MORTALITAS BELALANG

KEMBARA (Locusta migratoria)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Ray Justin Eldi Anastasius NIM: 121434021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Jangan pernah melakukan atau mencoba

bertanggung jawab pada suatu hal sendirian.

Karena mereka yang berusaha melakukan

atau mencoba bertanggung jawab sendirian

adalah orang yang GAGAL!

-Itachi Uchiha

Ku Persembahkan untuk Ayah – ibuku Ungkapan terimakasih, hormat dan baktiku


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―PENGARUH BIOPESTISIDA CAMPURAN DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) DAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) PADA KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MORTALITAS BELALANG KEMBARA (Locusta

migratoria). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dari awal penelitian sampai selesai.

2. Kedua orang tua saya Bapak I Ketut Sudiana dan Ibu Dewi Saraswati elpi atas segala pengorbanan, doa serta dukungan yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Giovanni Eldi Anggasta, Delizia Eldi Anastasia, Kharisma Bianca Amaritsa selaku kakak dan adik-adik saya yang selalu memberikan semangat.

5. Maria Shinta Pramudya Hardhani yang telah memberikan semangat dan menemani dalam penelitian dari awal hingga akhir.

6. Marcela Widya, Lapida Yunianti, Darwis Lodifik Nahak, Ahmad Alfi Roidi, Seno Darmawan, Agustian Bandaso, Dani Letsoin, Emi Susila, Hisreidi Funome, Maya Kapu, Efisko putra yang telah banyak membantu selama proses penyusunan, pengambilan data hingga olah data.

7. I Putu Febriana Putra, I Kadek Pratama Putra, Gregorius Radiyto Hanindyo Putro, Edo Kharismayasa, Ernest Nazario, Kho Hong Sai, Marchel Tanuwijaya, Kadek Rendi Cahyadi selaku sahabat yang telah membantu memberikan semangat dari awal kuliah sampai akhir.


(11)

viii

8. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh Staf Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Teman-teman pendidikan Biologi angkatan 2012 yang telah bersedia menjadi teman dan partner kerja selama menjalani kegiatan kuliah.

10. Semua pihak yang memberi dukungan, bimbingan, bantuan, serta motivasi kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik.

Yogyakarta,

Ray Justin Eldi Anastasius


(12)

ix ABSTRAK

PENGARUH BIOPESTISIDA CAMPURAN DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) DAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) PADA KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MORTALITAS BELALANG

KEMBARA (Locusta migratoria) Ray Justin Eldi Anastasius

121434021

Universitas Sanata Dharma 2016

Pengendalian hama selama ini dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetik atau kimia. Namun jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan ternyata berbahaya bagi tanaman, hewan non target bahkan manusia. Maka, perlu alternatif lain yang lebih ramah lingkungan dengan membuat biopestisida. Biopestisida dapat diartikan sebagai semua bahan hayati yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyebab penyakit pada manusia, hewan dan tanaman. Bahan dasar dari biopestisida ialah daun mengkudu dan daun tembakau dikarenakan daun mengkudu dan daun tembakau memiliki senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida yaitu tanin pada daun mengkudu dan nikotin pada daun tembakau.

Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui pengaruh biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau terhadap kematian hama belalang serta pada konsentrasi berapa yang paling berpengaruh terhadap kematian hama belalang. Bahan yang digunakan ialah 300 gr daun mengkudu dan 300gr daun tembakau yang dicampurkan pada 600 ml air bersih. Setiap perlakuan dan kontrol dibuat 3 kali pengulangan. Biopestisida selanjutnya diuji selama 10 hari dengan cara disemprotkan pada hama belalang kembara untuk mengetahui tingkat kematian belalang sehabis disemprot. Selanjutnya hasil diuji menggunakan uji statistik dan dilakukan uji lanjut yaitu uji Tukey.

Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau berpengaruh terhadap kematian hama belalang kembara. Konsentrasi 30% yang paling berpengaruh pada kematian hama belalang kembara.

Kata kunci : biopestisida, ekstrak daun mengkudu, ekstrak daun tembakau, variansi konsentrasi, hama belalang kembara.


(13)

x ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DIFFERENT MIXED BIOPESTICIDE CONCENTRATION OF NONI (Morinda citrifolia) AND TOBACCO (Nicotiana tabacum L.) LEAVES

ON THE MORTALITY OF MIGRATORY LOCUST (Locusta migratoria)

Pest control was mostly practiced by using of synthetic or chemical pesticide. However, the effect of that pesticide threatened plants, non-target animals, and even humans. Therefore, making biopesticide was believed to be a more-friendly pest control substitute for environment. Biopesticide was generally known as all substance used to eliminate pests and diseases of human, animal, as well as plant. The basic material of biopesticide was noni and tobacco leaves because they contain a chemical compound—tannin in noni leaf; and nicotine in tobacco leaf—that can be utilized as insecticide.

The research was aimed to discover the influence of biopesticide made from noni and tobacco leaves on migratory locust death and the result of different concentration treatment which could lead the locust to mortality. The materials were 300 grams of noni leaf and 300 grams of tobacco leaf mixed with 600 ml of pure water. Every treatment and control were consisted of 3 repetitions. After that, each different biopesticide concentration started from 10%, then 20% and later 30% was tested for 10 occasions by spraying it toward locusts to find out the level of locusts’ death after being sprayed. Thereafter, the result would be examined using statistical test and a further test would be employed with Tukey Test.

Based on the statistical test, the result indicated that different biopesticide concentration which was made from noni and tobacco leaves could trigger the locusts’ death. Also at the concentration of 30%, the effect on locusts’ death was significant.

Keywords : biopesticide, noni leaf extract, tobacco leaf extract, concentrate variation, locust.


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING ... ….ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ….iii HALAMAN PERSEMBAHAN ... ….iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ….v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... ….vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... ….x

DAFTAR ISI ... ….xi

DAFTAR GAMBAR ... ….xv

DAFTAR TABEL ... ….xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... ….xv

BAB I : PENDAHULUAN ... ….1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... …3

C. Tujuan Penelitian ... ….4

D. Manfaat Penelitian... …4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... …5

A. Biopestisida ... ….5

1. Biofungisida ... …6

2. Bioherbisida ... ….6


(15)

xii

B. Daun Mengkudu ... ….11

C. Daun Tembakau ... ….13

D. Hama ... ….14

1. Belalang ... ….15

E. Penelitian yang relevan ... ….17

F. Kerangka berpikir ... ….19

BAB III : METODE PENELITIAN ... ….20

A. Jenis Penelitian dan Variabel ... ….20

B. Batasan Masalah ... ….21

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... ....21

D. Alat dan Bahan ... ....22

E. Cara kerja ... ….23

a. Penangkapan Belalang ... 23

b. Pembuatan Biopestisida ... 23

c. Uji Pengambilan Data ... 25

F. Teknik Pengambilan Data ... ….25

G. Desain Penelitian ... 26

H. Metode Analisis Data ... ….28

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ….30

A. Hasil Penelitian ... ….30

B. Pembahasan ... ….34

1. Biopestisida ... ….34

2. Kandungan Ekstrak Daun Tembakau ... ….36

3. Kandungan Ekstrak Daun Mengkudu ... ….37

C. Keterbatasan Peneletian... ….40


(16)

xiii

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... ….42

A. Kesimpulan ... ….42

B. Saran ... ….42

DAFTAR PUSTAKA ... ….43


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Daun Mengkudu ... 12

Gambar 2.2 : Daun Tembakau ... 14

Gambar 2.3 : Belalang Kembara ... 16

Gambar 2.4 :Bagan Kerangka Berpikir ... 19

Gambar 4.1 : Jumlah Kematian Belalang ... 30


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Format Pengambilan Data ... 27 Tabel 4.2 : Hasil Uji Anova (kontrol terhadap ketiga perlakuan) ... 31


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Tabel Pengambilan Data ... 45

Lampiran 2: Hasil Perhitungan Statistik ... 46

Lampiran 3: Proses Pembuatan Biopestisida ... 48

Lampiran 4 : Hasil Analisa Kandungan ... 50

Lampiran 5 : Silabus ... 52


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan yang sering muncul terkait dengan budidaya tanaman adalah hama. Akibat yang ditimbulkan oleh hama ini dapat menurunkan jumlah produksi tanaman dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi para petani. Pengendalian hama selama ini dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetik atau kimia. Penggunaan pestisida sintetik sebagai pengendali hama cukup efektif. Namun jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan ternyata berbahaya bagi tanaman, hewan non target bahkan manusia. Oleh sebab itu perlu alternatif lain yang lebih ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru terkait dengan pengendalian hama.

Berdasarkan hasil observasi ke salah satu desa pertanian di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ditemukan bahwa masalah hama dan penyakit menjadi masalah utama petani yang menyebabkan terjadinya gagal panen. Umumnya hama yang sering menyerang tanaman pertanian adalah hama walangsangit, jangkrik, kutu, belalang, dan hama lainnya yang diberi nama dengan nama lokal. Pengendalian hama belalang dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sintetik yang dibeli di toko-toko pertanian. Kurangnya pengetahuan dan juga pemahaman mengenai penggunaan pestisida membuat para petani menakar dosis sesuai


(21)

dengan keinginan tanpa mengikuti petunjuk penggunaan. Jika hama belalang yang disemprot belum mati, makan dosisnya akan ditambah lagi. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh bagi keberlanjutan pertanian. Penggunaan pestisida sintetik secara berlebihan dan terus-menerus dapat mendatangkan masalah yang lebih berat terutama terhadap kelangsungan makhluk hidup lain termasuk manusia (Yoakim, 2015).

Indonesia dikenal memiliki banyak kekayaan alam termasuk keanekaragaman makhluk hidupnya. Hampir di semua pelosok wilayah mempunyai kebiasaan menggunakan tanaman sebagai bahan untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk berbagai kepentingan manusia. Salah satunya yaitu penggunaan jenis tanaman yang dapat mengusir serangga. Dalam berbagai studi pustaka, kekayaan alam Indonesia memiliki berjuta-juta tanaman yang berkhasiat dalam berbagai bidang termasuk pada bidang pertanian yang dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan penyubur tanah maupun bahan dasar pembuatan pestisida. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji tingkat keefektifan dari konsentrasi ekstrak tanaman yang mempunyai kemampuan sebagai pengendali hama.

Pemanafaatan tanaman lokal yang dapat ditemui di lingkungan sekitar sebagai bahan penganti pestisida sintetis menjadi alternatif untuk mengendalikan hama dan penyakit yang lebih ramah lingkungan. Banyak penelitian yang telah


(22)

memanfaatkan tanaman seperti daun mengkudu dan daun tembakau sebagai bahan pengendalian hama secara organik.

Tanaman mengkudu ialah salah satu jenis tumbuhan Rubiaceae yang berpotensi sebagai sumber insektisida alami. Berdasarkan beberapa penelitian ekstrak daun mengkudu dapat mempengaruhi kelangsungan hidup hama serangga. Kandungan pestisida dari ekstrak daun mengkudu dengan pelarut methanol mengandung flavonoid, alkaloid, steroid, terpenoid, kuinon, saponin dan tannin. Bahan-bahan tersebut merupakan racun terhadap perut serangga (Kardinan, 2004).

Tanaman tembakau ialah tanaman yang ditanam pada berbagai macam kondisi iklim. Berdasarkan berbagai macam penelitian tanaman ini merupakan penghasil bahan beracun pembunuh hama serangga baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Tembakau yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigant atau racun perut. (Kardinan, 2004)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau mampu mempengaruhi mortalitas hama belalang?

2. Pada konsentrasi berapakah biopestisida yang paling berpengaruh pada mortalitas hama belalang?


(23)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau terhadap kelangsungan hidup hama belalang.

2. Mengetahui pada konsentrasi berapa biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau yang mempengaruhi terhadap kelangsungan hidup hama belalang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti dalam ilmu biologi serta, mempopulerkan kembali tentang biopestisida.

2. Bagi Pendidik

Menambah referensi bahan ajar untuk menjaga ekosistem agar tidak tercemar oleh hal-hal yang dapat merusak ekosistem di masa mendatang.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pembuatan pestisida alami. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun mengkudu sebagai bahan dasar pembuatan pestisida.


(24)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Biopestisida

Biopestisida terdiri dari tiga suku kata, yaitu bio, pest dan sida. Bio artinya hidup. Pest berarti hama atau organisme pengganggu yang dapat berupa penyakit atau bahkan menyebabkan kematian. Sida artinya pembunuh. Jadi biopestisida dapat diartikan sebagai semua bahan hayati yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyebab penyakit pada manusia, hewan dan tanaman. Biopestisida memiliki banyak jenisnya yaitu sesuai dengan target sasaran organisme pengganggu dan penyebab penyakit. Namun pestisida yang banyak digunakan dalam keseharian yaitu kelompok herbisida, fungisida dan insektisida.

Cakupan biopestisida sangat luas, yaitu mencakup semua organisme hidup yang dapat difungsikan sebagai agen pengendali hayati hama dan penyakit. Sementara jenis atau macamnya disesuaikan dengan sasaran target organisme pengganggu. Misalnya untuk jamur yang berlaku sebagai hama pada tanaman disebut fungisida untuk hama siput disebut biomolusksida, untuk gulma pengganggu disebut bioherbisida sedangkan untuk hama serangga disebut bioinsektisida. Namun biopestisida yang sering ditemukan untuk mengatasi sumber gangguan pada usaha-usaha budidaya pertanian adalah biofungisida, bioherbisida dan bioinsektisida. (Suwaryono, 2009)


(25)

1. Biofungisida

Biofungisida adalah semua jenis organisme hidup yang dapat digunakan untuk mengendalikan jamur yang berperan sebagai hama atau penyebab penyakit pada tanaman, hewan dan manusia. Penyakit yang dominan pada tanaman budidaya disebabkan oleh jamur ialah penyakit yang dapat mengakibatkan busuk pada akar atau pangkal batang tanaman.

Berbeda dengan bioinsektisida pengembangan biofungisida lebih banyak dilakukan oleh para ahli di bidang penyakit tanaman. Cara pengendalian jamur patogen dengan menggunakan jamur parasitik dikenal dengan biofungisida atau mikrobial fungisida berbahan aktif jamur. Salah satu contoh jenis mikroba yang menguntungkan untuk pengendalian hayati jamur patogen adalah jamur Trichoderma sp. untuk pengendalian hayati jamur patogen yang terdapat di dalam tanah atau diistilahkan dengan jamur tular tanah. (Rosma, 2015)

2. Bioherbisida

Bioherbisida ditujukan untuk pengendalian gulma atau tanaman pengganggu. Gangguan yang dimaksud pada umumnya karena faktor kompetisi akan kebutuhan hidup. Gulma umumnya mampu hidup pada kondisi lingkungan kritis dan cepat berkembang pada habitat yang subur. Selain itu, gulma juga mampu menghasilkan cairan tertentu untuk mematikan tanaman lain atau tanaman yang dibudidayakan.


(26)

Pengendalian gulma secara konversional pada konsep ―prae dan predator‖ telah dilakukan yaitu dengan menggunakan jenis serangga penggerek. Misalnya yang dilakukan di Afrika Selatan untuk memberantas gulma Sesbania punica.C dengan melepaskan serangga jenis Trichapion lativentre. Pengendalian gulma dengan menggunakan serangga di padang rumput, karena banyak faktor ekologi lingkungan yang berpengaruh. Kebalikan dengan biofungisida, mikroorganisme yang digunakan untuk bioherbisida justru mikroorganisme yang bersifat patogen terhadap tanaman sebagai pengendali hayati gulma. Mikroorganisme yang dipilih dan dikembangkan sudah tentu spesifik target tiap jenis gulma. Penggunaan mikroorganisme patogen sebagai herbisida karena banyak mikroorganisme patogen pada tanaman bersifat inang spesifik. Penggunaan mikroorganisme patogen ini diketahui mampu memusnahkan gulma dengan baik. (Suwaryono, 2009)

3. Insektisida

Insektisida adalah zat kimia dan bahan lain serta jasad renik, serta virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah binatang serangga seperti lalat, kecoa dan nyamuk. yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Sekalipun insektisida

sebagai bahan beracun yang memiliki potensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, namun penggunaan insektisida masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena insektisida mempunyai kelebihan kelebihan antara lain: (a) dapat diaplikasi dengan mudah hampir pada semua tempat dan waktu, (b) hasilnya dapat dirasakan dalam waktu yang relatif singkat, (c) dapat diaplikasikan


(27)

dalam areal yang luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya racun insektisida adalah cara masuknya insektisida kedalam tubuh organisme target atau bagaiana serangga hama terpapar dengan insektisida. Berdasarkan cara masuknya racun ke dalam tubuh serangga hama, insektisida dibagi menjadi tiga golongan: (1) racun lambung (perut), (2) racun kontak, (3) racun pernapasan. (Fiedler and Bayard, 1997)

Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke sistem pencernaan melalui alat mulut bersamaan dengan makanan yang mereka makan. setelah masuk ke oragan pencernaan serangga, racun insektisida diserap dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida tersebut. (Rosma, 2015)

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui integumen. Insektisida golongan ini akan menyebabkan serangga target terbunuh apabila terkena langsung dengan insektisida tersebut. Oleh karena itu, insektisida harus diaplikasikan langsung pada integumen serangga. (Rosma, 2015)

Racun pernapasan adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan serangga. Insektisida racun pernapasan dapat terhirup melalui lubang pernapasan serangga. Insektisida pernapasan diformulasikan sedemikian rupa hingga memiliki bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati apabila menghirup partikel mikro insektisida tersebut dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernapasan berupa gas, asap maupun uap. (Rosma, 2015)


(28)

Insektisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan serangga dengan cara membunuh serangga yang menyerang jenis tanaman. (Subiyakto, 1991). Insektisida berfungsi untuk membunuh serangga. Ada bermacam-macam golongan insektisida, baik berasal dari bahan alami maupun bahan sintetik (Subiyakto, 1991). Insektisida yang biasa digunakan merupakan insektisida sintetis atau insektisida kimia yang menggunakan bahan kimia. Menurut Sudarmo, (2005) dalam Ratna Herawati, (2010) menyatakan bahwa insektisida nabati adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Insektisida nabati telah banyak digunakan oleh para petani. Misal penggunaan tembakau sebagai pestisida telah dilakukan 3 abad yang lalu. Petani Perancis pada tahun 1690 telah menggunakan perasan daun tembakau untuk mengendalikan hama sejenis kepik pada tanaman persik. Pada saat ini, penggunaan pestisida nabati menjadi tumpuan pengendalian hama. Selain tembakau (Nicotiana tabacum L.) jenis tanaman lain juga digunakan sebagai insektisida, misalnya bubuk pirtrum, tanaman Derris. Boko famili Lily dan akar Ryania, ranting dan kulit pacar cina (Aglaia odorata), daun dan bijimimba (Azaddirachta hispidia), biji sirkaya (Annona squamusa), biji jarak (Ricinus commiunis), daun sirih (Piper bettle L.).

Dalam Ajad . A, (2015) menjelaskan insektisida biotanikal adalah insektisida dari tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki senyawa kimia atau metabolit sekunder yang dapat mempertahankan dirinya terhadap gangguan serangga dan organisme berpotensi penyakit. Metabolik sekunder biasa disimpan dalam tumbuhan sebagai


(29)

cadangan makanan, maupun sebagai penangkal serangga. Insektisida alami adalah insektisida yang dibuat dengan memanfaatkan bahan yang di lingkungan sekitar dengan proses pembuatan yang mudah dan murah. Menurut Grainge and Ahmed (1988) secara global terdapat lebih dari 1500 jenis tumbuhan dan telah dilaporkan dapat mempunyai sifat beracun terhadap serangga. Namun, di Indonesia ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk kedalam 235 famili (Hamid dan Nuryani, 1992). Menurut Grainge and Ahmed (1988) insektisida biotanikal memiliki keunggulan antara lain:

1. Pada umumnya toksisitasnya rendah terhadap hewan dan relatif aman pada manusia.

2. Memiliki cara kerja yang luas seperti racun lambung dan racun syaraf. 3. Sifat meracuni tanaman yang rendah.

Menurut Ramulu (1979), insektisida biotanikal memiliki kelemahan antara lain, 1. Sifatnya tidak stabil karena mengalami penguraian yang sangat cepat oleh

sinar matahari,

2. Daya racunnya lebih cepat terurai sehingga aplikasinya harus dilakukan lebih sering

3. Kapasitas produknya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal karena bahan tanaman untuk pembuatan insektisida botanikal belum banyak dibudidayakan secara khusus.


(30)

B. Daun mengkudu (Morinda citrifolia)

Tanaman mengkudu berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 8 meter. Tanaman mengkudu tumbuh cepat dan mulai menghasilkan buah pada usia 3-4 tahun. Batang pendek dan bercabang banyak. Daun tersusun berhadapan dan bertangkai pendek. Tanaman mengkudu memiliki daun yang lebar, tebal dan mengkilap. Bentuk daun lonjong menyempit ke arah pangkal. (Mangoting dkk, 2005)

Tanaman mengkudu memiliki klasifikasi sebagai berikut :  Kingdom : Plantae

 Phylum : Magnoliophyta  Class : Magnoliopsida  Order : Rubiales  Family : Rubiaceae  Genus : Morinda

 Species : Morinda citrifolia L.

Salah satu kandungan mengkudu adalah antrakuinon dan scolopetin yang aktif sebagai anti mikroba, terutama bakteri dan jamur. senyawa scoplopetin pada daun mengkudu sangat efektif sebagai anti peradangan dan anti alergi (Bangun dan sarwono, 2002)


(31)

Daun mengkudu mengandung triterpen dan tanin. Tanin yang merupakan senyawa yang dapat bersifat racun. Daun yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat sebagai racun pada perut serangga (Kardinan, 2004).

Peracunan dari kulit saat pemberian insektisida atau melalui mulut seperti pemberian insektisida pada makanan serangga dapat mengakibatkan gangguan syaraf yang memberikan dampak perubahan perilaku pada belalang menjadi abnormal serta berujung pada kematian pada serangga yang terkena insektisida dari daun mengkudu. (Tarumingkeng, 2008)


(32)

C. Daun Tembakau

Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu sebagai bahan pembuatan utama dari rokok.

Tanaman tembakau diklasifikasi sebagai berikut :  Kingdom : Plantae

 Phylum : Magnoliophyta  Class : Magnoliopsida  Order : solanales  Family : solanaceae  Genus : nicotiana

 Species : Nicotiana tabacum L.

Nicotiana tabacum memiliki perbedaan yang jelas dari jenis tembakau lainnya seperti tembakau virginia dan tembakau vorstenia. Pada Nicotiana tabacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang dan daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing. Tembakau ini merupakan varietas induk tembakau yang tingginya sekitar 90 cm (Cahyono, 1998)

Tanaman tembakau menghasilkan nikotin, nikotin pertama kali diisolasi untuk pertama kali oleh Posselt dan Raiman pada tahun 1828.


(33)

Nikotin dapat diekstrak dari seluruh bagian tanaman, namun kandungan nikotin paling tinggi terdapat pada daun yang sudah tua. Nikotin mempunyai cara kerja yang luas dan telah digunakan sebagai racun kontak dan racun syaraf serta racun perut. (Ramulu, 1979)

Gambar 2.2 Tembakau

D. Hama

Hama adalah binatang perusak tanaman yang dibudidayakan, misalnya padi, gandum, kentang, mangga, apel, dan jambu. Pengelompokan hama seperti pengelompokan dunia binatang karena hama termasuk binatang. Pengelompokan hama berdasarkan filum, diantaranya sebagai berikut :

1. Filum Chordata. Binatang yang termasuk kedalam kelompok ini bertulang belakang. Jumlah spesies kurang lebih 60.000 spesies, diantaranya gajah, babi hutan, tupai, tikus, keluang, dan burung pipit.


(34)

2. Filum Arthropoda. Filum ini dibagi 6 kelas, yaitu serangga (Hexopoda), Arachinida, Diplopoda, Chilopoda, Peripatus, dan pauropoda.

3. Filum Mollusca. Jenisnya kurang lebih 80.000 macam, seperti keong mas, bekicot, dan siput.

4. Filum Annelida. Jenisnya kurang lebih 8.000 macam, diantaranya pacet. 5. Filum Nemathelminthes. Jenis yang termasuk dalam filum ini misalnya

nematoda. (Pracaya, 2007)

1. Belalang

Belalang dan kerabatnya ordo Orthoptera merupakan salah satu anggota dari kelompok serangga. Jenis-jenisnya mudah dikenal karena memiliki bentuk yang khusus seperti ranting. misalnya belalang, jangkrik, dan kecoa. Nama belalang sudah sangat terkenal dalam sejarah kuno sebagai penghancur pertanian. Jenis belalang yang terkenal di Nusa Tenggara Timur, Lampung dan beberapa daerah lainya di Indonesia adalah Locusta migratoria atau belalang kembara. Belalang kembara memiliki kemampuan untuk melakukan peledakan populasi (outbreak) yang dapat menghancurkan tanaman pertanian terutama padi dan jagung. Jenis-jenis belalang lainnya yang ada di Indonesia adalah belalang kayu, belalang ranting, belalang daun dan belalang sembah. Belalang dan kerabatnya hidup di berbagai tipe lingkungan atau ekosistem antara lain hutan, lingkungan perumahan dan lingkungan pertanian. (Erniwati, 2003)


(35)

Gambar 2.3 Belalang kembara

Belalang Kembara adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompatnya yang mencapai jarak hingga 20 kali panjang tubuhnya. Klasifikasi dari belalang kumbara ialah:

 Kingdom : Animalia  Phylum : Arthrapoda  Class : Insecta  Order : Orthoptera  Family : Acrididae  Genus : Locusta

 Species : Locusta migratoria

Pada fase hidup belalang jantan mempunyai ukuran panjang 30 – 40 mm dan betina 30 – 70 mm. Namun dalam fase berkelompok, ukuran belalang


(36)

jantan akan lebih besar yaitu 42 – 45 mm. Warna kulit belalang kembara ini beraneka warna, belalang dewasa berwarna hijau sampai hijau corak kehitaman namun belalang muda berwarna kehijauan dan bintik hitam pada bagian sayap. Belalang Kembara memiliki sifat untuk hidup berkemlompok dan suka berpindah sehingga dalam waktu singkat dapat menyebar pada areal yang luas. Kelompok migrasi dapat memakan tumbuhan yang dilewatinya. Perilaku makan belalang kembara terjadi diwaktu sore hingga pagi hari sebelum terbang untuk bermigrasi. (Sudarsono, 2008)

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Poerba (2003) dengan judul Efektifitas Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana tobacum) Sebagai Insektisida Hayati Dalam Membunuh Lalat Rumah (Musca domestica).Penelitian ini dilakukan dengan 4 dosis ekstrak daun tembakau yaitu: 90gr/L, 110g/L, 130gr/L dan 150gr/L serta kontrol dengan 4 kali ulangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan daya bunuh dosis perlakuan, menentukan dosis efektif perlakuan dan tingkat kerentanan lalat rumah terhadap zat pestisidik ekstrak daun tembakau. Hasilnya adalah ekstrak daun tembakau mengandung zat pestisidik yang dapat membunuh lalat rumah dan konsentrasi yang paling efektif adalah pada dosis 130gr/L.

Penelitian lain mengenai daun tembakau yang digunakan sebagai insektisida juga dilakukan oleh Eka Yuni Susilowati (2006) dengan judul Identifikasi


(37)

Nikotin Dari Daun Tembakau (Nicotiana tobacum) Kering Dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi (Sciprpohaga innonata). Dalam penelitian ini dilakukan isolasi nikotin dari daun tembakau kering dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut metanol kemudian dilakukan penggaraman dengan asam dan ekstrasi alkaloid. Hasilnya adalah ekstrak daun tembakau efektif digunakan sebagai insektisida penggerek batang padi.


(38)

F. Kerangka Berpikir

Melakukan penelitian mengenai

insektisida alami dari daun mengkudu dan daun tembakau agar efektif dan

efisien untuk membasmi hama

belalang dan tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan

Menemukan konsentrasi ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau yang efektif dan efisien yang dapat membasmi hama belalang kembara, serta dapat diterapkan untuk para petani.

Hama belalang menyerang tamanan

bibit padi yang menyebabkan

kematian bagi bibit padi

Penggunaan insektisida kimia sangat

ampuh namun dapat merusak

kesehatan dan lingkungan sekitarnya


(39)

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori serta kerangka berfikir yang telah disampaikan, maka hipotesa dapat dirumuskan:

1) Adanya pengaruh dari campuran biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau terhadap kelangsungan hidup belalang kembara.

2) Konsentrasi yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan hidup belalang kembara adalah pada konsentrasi 30%.


(40)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan tiga macam konsentrasi daun mengkudu dan daun tembakau sebagai bahan dasar dalam pembuatan pestisida organik. Penelitian ini sendiri bersifat kuantitatif deskriptif. Pengaruh pemberian pestisida organik ini akan dilihat berdasarkan jumlah hama belalang yang mati pada saat penelitian. Adapun variabel variabel yang digunakan ialah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi biopestisida campuran daun mengkudu dan daun tembakau yaitu 10%, 20%, dan 30% serta digunakan 1 kontrol dengan 3 kali pengulangan.

2. Variabel terikat

Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah jumlah hama belalang kembara (Locusta migratoria) yang mati dalam setiap perlakuan yang dilakukan.


(41)

3. Variabel kontrol

Jumlah air dalam setiap perlakuan, tempat perlakuan dan belalang.

B. Batasan Penelitian

Batasan masalah pada eksperimen kali ini ialah

1. Jumlah hama belalang kembara (Locusta migratoria) yang digunakan 15 ekor setiap perlakuan

2. Konsentrasi campuran daun mengkudu dan daun tembakau yang digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu: 10%, 20%, dan 30%.

3. Bahan dasar yang digunakan ialah daun mengkudu dan daun tembakau.

4. Lama waktu perendaman yaitu 7 hari.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 hingga September 2016. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(42)

D. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Timbangan digital b. Gelas beker 500 ml c. Dirigen

d. Pisau e. Baskom f. Saringan g. Corong h. Semprotan i. Alat tulis j. Kertas label k. Plastik 500 gr 2. Bahan

a. Daun mengkudu b. Daun Tembakau


(43)

c. Air bersih d. Methanol

E. Cara Kerja

a. Penangkapan belalang

Belalang kembara (Locusta migratoria) didapatkan dengan cara menangkap secara langsung dari alam. Belalang dapat ditemukan di areal persawahan terutama saat tanaman padi masih hijau belum mengeluarkan bulir hal ini dikarenakan belalang kembara merupakan hama dari tanaman padi yang masih muda. Penangkapan belalang dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan jaring serangga. Belalang yang ditangkap kurang lebih 60 ekor dan diletakkan kedalam kandang serangga. kemudian dimasukkan ke dalam penangkaran belalang yang sudah disiapkan. Tempat penangkaran belalang berbentuk bulat yang memiliki diameter kurang lebih 15 cm, Untuk setiap pengulangan terdapat 5 ekor belalang sehingga dalam satu perlakuan terdapat 15 ekor belalang. Jumlah kandang yang digunakan sebanyak 12 buah.

b. Pembuatan pestisida

Daun mengkudu dan daun tembakau yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pohon mengkudu dan pohon tembakau yang berada di daerah Yogyakarta. Daun mengkudu dan daun tembakau digunakan merupakan campuran daun yang masih muda ataupun sudah tua. Cara


(44)

pembuatan ekstrak daun tembakau dan daun mengkudu adalah dengan memetik daun mengkudu dan daun tembakau, lalu mencuci daun sampai bersih. Setelah itu daun mengkudu dan daun tembakau di potong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 300 gram. Setelah ditimbang, daun mengkudu dan daun tembakau dihaluskan dengan cara diblander dengan penambahan air sebanyak 300 ml. Setelah diblander bahan dituangkan pada wadah yang akan digunakan sebagai media perendaman selama 7 hari. Setelah 7 hari biopestisida disaring sebanyak 2 kali untuk memperoleh hasil ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau.

Untuk mendapatkan ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sesuai dengan yang diperlukan, maka dilakukan pengenceran sebagai berikut : P1 = konsentrasi 10% (10 ml ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau +

90 ml air)

P2 = konsentrasi 20% (20 ml ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau + 80 ml air)

P3 = konsentrasi 30% (30 ml ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau + 70 ml air)

c. Pengambilan data

Guna menilai keberhasilan dari pestisida yang telah dibuat akan dilakukan tahap-tahap untuk pengambilan data sampel:


(45)

 Pestisida yang telah jadi dimasukan ke dalam semprotan yang memiliki ukuran 200 ml.

 Pestisida disemprotkan pada makanan hama yang berupa sayur sawi hijau serta pada tubuh hama belalang.

 Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari dan pengambilan data diambil pada sore hari.

 Jumah hama yang mati dicatat sebagai data sampel.

F. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali selama 10 hari dan pengambilan data dilakukan setiap hari. Data diambil berdasarkan jumlah kematian hama belalang dan ditulis dalam bentuk persen. jumlah kematian hama belalang kembara dihitung dengan rumus:

%

100

BA

M

Keterangan:

M : sampel data A : jumlah yang mati


(46)

G. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Complete Randomized Design. Menurut Tanujaya (2013), Complete Randomized Design atau rancangan acak lengkap (RAL) merupakan rancangan dasar dengan berbeda perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh unit percobaan. Ciri khas percobaan ini yaitu bahan percobaan yang digunakan harus bersifat homogen. Dalam rancangan penelitian ini dilakukan pembuatan denah percobaan dengan pengacakan untuk memperoleh nilai acak yang tidak biasa, nilai tengah, maupun beda antar nilai tengah. Pengacakan dilakukan terhadap penempatan perlakuan satuan percobaan (Tanujaya, 2013).

Pada penelitian ini terdapat 3 perlakuan yaitu: perbedaan campuran konsentrasi daun mengkudu dan daun tembakau 10%, 20%, 30% dan kontrol. Data hasil percobaan akan dimasukan pada tabel seperti dibawah ini:


(47)

Tabel 3.1 Format Pengambilan Data

Keterangan:

P1 : Perlakuan 10% P2 : Perlakuan 20% P3 : Perlakuan 30% K : Kontrol

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel 2007. Data yang telah diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan merupakan data mentah yang meliputi jumlah kematian hama belalang hijau. Analisis data menggunakan uji Anova. Uji Anova merupakan salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) pada data yang lebih dari 2 kelompok. Dalam melakukan analisis

Perlakuan Pengambilan Data

1 2 3 4 5

P1

P2

P3


(48)

data dengan uji tersebut tentunya harus didukung dengan pengujian normalitas serta homogenitas, dalam arti bahwa kedua pengujian tersebut merupakan persyaratan analisis data sebelum melakukan uji Anova menggunakan Microsoft excel 2007.

Uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa ada penelitian yang dilakukan memiliki distribusi normal atau tidak. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan dengan taraf signifikan (α = 0,05). Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas adalah apabila nilai signifikansi lebih besar dari α, maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α, maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah apabila nilai signifikansi lebih dari α, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. Baik uji normalitas maupun uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan SPSS.

 Pengujian Hipotesis dan pengambilan keputusan a. Hipotesis

Ho: tidak ada perbedaan secara signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.


(49)

Hi: terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.

b. Pengambilan keputusan

Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan hasil statistik.  Apabila Asymp. Sig. > 0,05 maka Ho diterima. Artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.

 Apabila Asymp. Sig. < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan (Santoso,2013)


(50)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Pengamatan

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Kematian Belalang Keterangan:

K = Kontrol

10% = Perlakuan dengan konsentrasi 10% (10ml ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau + 90ml air)

20% = Perlakuan dengan konsentrasi 20% (20ml ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau + 80ml air)

30% = Perlakuan dengan konsentrasi 30% (30ml ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau + 70ml air)

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah kematian paling tinggi terdapat pada perlakuan 30% dengan jumlah kematian sebesar 10 ekor, lalu diikuti dengan perlakuan 20% dan 10% dengan jumlah kematian masing-masing


(51)

berjumlah 8 ekor dan 7 ekor. Hal ini menyatakan bahwa ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau mampu membunuh hama belalang dilihat dari meningkatnya grafik jumlah kematian pada setiap harinya.

Hasil Uji Anova

Hasil dari rata-rata perlakuan diuji dengan menggunakan Anova one factor between subject desain untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kontrol serta perlakuan 10%, 20% dan 30%. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Uji Anova (kontrol terhadap ketiga perlakuan)

ANOVA

perlakuan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 15.783 2 7.891 8.533 .001

Within Groups 34.217 37 .925

Total 50.000 39

Berdasarkan tabel hasil uji anova diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan menunjukan hasil 0.001 < 0.05 yang berarti Ho di tolak. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kontrol, serta ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebanyak 10%, 20% dan 30%. Guna untuk mengetahui di mana ditemukan perbedaan yang nyata dari keempat perlakuan, maka dilakukan uji tukey. Hasil uji tukey sebagai berikut:


(52)

Tabel 4.3 Hasil Uji Tukey jumlah_mati

Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J)

K 10 -.700*

20 -.800*

30 -1.000*

10 K .700*

20 -.100

30 -.300

20 K .800*

10 .100

30 -.200

30 K 1.000*

10 .300

20 .200

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya beda nyata ditandai dengan tanda bintang yang terdapat pada ujung angka. Jumlah kematian pada kontrol memiliki beda nyata dibandingkan dengan perlakuan 10 yaitu ektrak daun mengkudu dan ekstak daun tembakau sebesar 10%, 20 ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebesar 20% dan 30 ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau 30%.

Perlakuan diuji dengan menggunakan Anova one factor between subject desain untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap perlakuan yaitu


(53)

ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebanyak 10%, 20% dan 30%. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Anova (ketiga perlakuan)

ANOVA

kematian

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .467 2 .233 .538 .590

Within Groups 11.700 27 .433

Total 12.167 29

Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada uji ANOVA, untuk nilai probabilitas adalah sig 0,590 > 0,05, dengan demikian hipotesis Hi ditolak. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan dalam pemberian biopestisida yang berbeda-beda pada mortalitas belalang berpengaruh tetapi tidak memiliki beda nyata (P>0,05) dengan perlakuan 10%, 20% dan 30% karena selisih kematian sangat kecil.


(54)

B. Pembahasan

1. Biopestisida

Biopestisida adalah pestisida yang memiliki bahan dasar dari bahan hidup. Biopestisida cenderung mengakibatkan perubahan aktivitas serangga, misalnya seperti menolak atau menahan nafsu makan, penghambat peneluran serangga (Rosma, 2015). Namun begitu biopestisida tidak sepenuhnya sempurna. Biopestisida memiliki kelemahan selain cara pembuatan yang kurang praktis serta aroma yang menyengat, biopestisida juga memiliki daya kerja yang relatif lambat dan bahan kimia yang terdapat pada biopestisida tidak dapat membunuh hama secara langsung. Pada penelitian ini bahan dasar yang digunakan yakni daun tembakau dan daun mengkudu, di mana kandungan nikotin yang terdapat pada daun tembakau dan zat tanin pada daun mengkudu dimanfaatkan sebagai racun serangga. Proses yang digunakan untuk mendapatkan kedua senyawa yang akan digunakan sebagai pestisida alami ialah melalui proses perendaman dengan menggunakan air (Liptan, 2004). Berdasarkan yang telah tercantum dalam latar belakang banyak masyarakat yang kurang memahami keefektifitasan dari biopestisida sendiri, padahal biopestisida memiliki manfaat yang cukup efektif dalam melawan hama pengganggu tanaman contohnya hama belalang. Menurut Rosma (2015) penentuan toksisitas pada serangga hama dinyatakan dalam LC50 (Lethal Concentration) yaitu besarnya konsentrasi insektisida

yang dapat mematikan 50% populasi serangga uji. Berdasarkan teori tersebut maka lethal concentration biopestisida ini memiliki LC30 untuk kematian 66% lalu pada LC20 kematian menunjukan pada angka 50% dan LC10 jumlah kematian hama


(55)

belalang kembara sebesar 40%. Data LC didapat dari jumlah kematian serangga uji dalam masa percobaan selama 10 hari yang di mana jumlah total serangga yang digunakan sebanyak 15 ekor. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji anova yang signifikan sehingga dilakukan uji lanjut untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan yaitu, kontrol, pemberian ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebesar 10%, 20% dan 30%. Berdasarkan uji tukey (lampiran 2) bahwa perlakuan kontrol memiliki beda nyata terhadap perlakuan penambahan ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebanyak 10%, 20% dan 30%. Hipotesis menyatakan penggunaan ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau efektif membunuh hama belalang, sehingga dapat diterima.

Gambar 4.2:

A. Belalang mati B. Belalang hidup C. Tempat penangkaran

A

C


(56)

2. Kandungan Ekstrak Daun Tembakau

Kematian pada belalang kembara disebabkan oleh kandungan yang terdapat dalam ekstrak daun tembakau. Berdasarkan analisis yang dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta diperoleh hasil bahwa ekstrak daun tembakau mengandung senyawa nikotin sebesar 97,3 ppm pada konsentrasi 10%. Sedangkan, pada konsentrasi 20% sebesar 129,7 ppm dan 194,6 ppm pada konsentrasi 30%. (lampiran 4).

Menurut Megadomani (2006) nikotin merupakan zat aditif yang mempengaruhi sistem syaraf dan sistem peredaran darah. Berdasarkan hal ini tanaman tembakau digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biopestisida untuk melawan serangga-serangga pengganggu tanaman pertanian maupun perkebunan. Penggunaan biopestisida berbahan dasar tembakau tidak memiliki efek samping layaknya pestisida kimia yang diproduksi oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang dimana dapat merusak ekosistem keseimbangan tanah serta merusak ekosistem air. Menurut Rosma (2015) cara kerja nikotin menyerupai cara kerja pada asetilkolin (acethylcholine mimics). Asetikolin adalah penghantar rangsangan pada sistem saraf pusat serangga. Nikotin memiliki efek mematikan pada serangga layaknya pestisida kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil grafik data pada gambar 4.1 yang menunjukan angka kematian pada perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian pada bagian kontrol.


(57)

3. Kandungan Ekstrak Daun Mengkudu

Daun mengkudu memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat menjadi zat karsinogen yaitu tanin. Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis kandungan tanin pada ekstrak daun mengkudu yang dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta sebanyak 12.8 ppm pada konsentrasi 10% lalu 34.2 ppm pada konsentrasi 20% dan 48,6 ppm pada konsentrasi 30%. (lampiran 4)

Menurut (Sukanti, 1981) efek dari tanin pada serangga adalah gangguan syaraf yang menyebabkan perubahan perilaku serangga atau abnormal, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu, menurut Yunita dkk, (2009) tanin juga dapat menyebabkan keracunan perut (Oral Poison) terhadap serangga, tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan oleh serangga untuk pertumbuhan dan penyerapan protein dalam sistem percernaan terganggu sehingga membuat serangga mengurangi porsi makan. Oleh sebab itu belalang yang terkena langsung cairan ekstrak daun mengkudu akan mengalami kematian karena cairan ekstrak daun mengkudu yang mengandung senyawa tanin masuk melalui dinding tubuh belalang atau makanan yang dimakan, sehingga mengakibatkan menyusutnya jaringan tubuh belalang dan mengalami keracunan perut sehingga belalang mengurangi porsi makannya.


(58)

4. Siklus hidup belalang

Siklus hidup belalang melalui tahap telur, larva, serangga dewasa. Belalang yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam tahap serangga dewasa. Tujuan penggunaan dari serangga dewasa agar belalang kembara mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga belalang tidak mati sebelum diberikan perlakuan. Jika harus mengembangbiakan belalang akan menghabiskan waktu yang cukup lama sampai menjadi tahap dewasa karena masa telur menjadi larva dibutuhkan waktu 30-50 hari. Menurut Sudarsono (2008) belalang memiliki sifat cenderung untuk memberntuk kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah (migrasi). Perilaku makan belalang kembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari hingga pagi hari sebelum terbang. Berdasarkan perilaku belalang inilah pemberian makan serta perlakuan dilakukan pada pagi. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data pada sore hari.

Belalang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari alam, sehingga usia yang digunakan berbeda-beda. Menurut Sudarsono (2008) usia belalang dewasa mencapai 50 hari. Oleh sebab itu kematian belalang dapat juga disebabkan oleh siklus hidup dari belalang tersebut.

Proses pembuatan biopestisida ini tidak terlalu rumit, hanya melakukan perendaman bahan utama dengan air lalu memisahkan antara air yang digunakan sebagai pelarut dengan bahan baku. Namun, ada hal yang harus diperhatikan selama pembuatan biopestisida yaitu wadah yang digunakan untuk perendaman harus bersih


(59)

lalu menutup rapat wadah yang digunakan sebagai media perendaman, serta menghindari sinar matahari secara langsung karena dapat merusak kandungan biopestisida. Bahan dasar pembuatan biopestisida yang berupa daun mengkudu dan daun tembakau didapat dari kebun farmasi dan kebun penelitian biologi Universitas Sanata Dharma. Penyemprotan dan pengambilan data dilakukan selama 10 hari. Penyemprotan dilakukan setiap pagi dan pengambilan data dilakukan pada sore hari, hal ini dimaksudkan agar pada penyeprotan terdapat sedikit angin sehingga setiap perlakuan sesuai dengan konsentrasinya masing-masing yang telah disesuaikan sebelumnya yakni ekstrak daun mengkudu dan daun tembakau sebanyak 10% 20% dan 30% serta kontrol berupa air. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada sore hari dikarenakan memberikan jeda waktu agar senyawa karsinogen dapat bereaksi didalam tubuh hama belalang yang telah disemprotkan. Pengambilan data dilakukan setiap hari untuk mengurangi efek kematian yang disebabkan oleh faktor lain. Adapun faktor-faktor lain yang harus diperhatikan untuk menjaga kelangsungan hidup belalang yang diberi perlakuan adalah pemberian makan yang berupa sayuran hijau segar dan mengatasi suhu sekitar tempat penelitian yaitu dengan cara melakukan penyiraman menggunakan air pada daerah sekitar sangkar belalang. Pemberian makan dilakukan pada setiap pagi dan sore hari karena apabila terlambat dalam pemberian makan belalang kembara akan menjadi kanibal dalam arti memakan belalang lain. Sedangkan penyemprotan air dilakukan pada siang hari agar menjaga kondisi suhu tidak terlalu panas karena suhu yang tinggi dapat membuat belalang stres dan kemudian mati. Sebelum dilakukan penelitian perlu diadakan aklimatisasi


(60)

agar membuat hama belalang menjadi terbiasa dengan tempat tinggal barunya, pada penelitian ini telah dilakukan proses aklimatisasi selama 10 hari. Selama dilakukan penelitian, peneliti mengamati efek dari senyawa kimia yang telah disemprotkan kepada hama yaitu terjadi kaku lalu kejang beberapa saat setelah dilakukan penyeprotan pada tubuh hama belalang. Sesuai dengan ulasan tinjauan pustaka efek samping dari kandungan nikotin dan tanin yang dapat merusak sistem syaraf dan perubahan perlakuan pada serangga (Megadomani, 2006).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan diantaranya : 1. Tidak setaranya usia belalang.

2. Terdapat gangguan dari faktor luar yaitu suhu dan semut.

3. Proses penghancuran daun yang dimana seharusnya dihaluskan namun hanya dicincang.

D. Rancangan Penerapan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

Hasil penelitian pemberian konsentrasi biopestisida dari daun mengkudu (Morinda citrifolia) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap serangga belalang kembara (Locusta migratoria) dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk pembelajara Biologi SMA kelas X pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Aplikasi dalam materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah adalah


(61)

dengan pencemaran lingkungan yang lebih menekankan pada pencemaran air. Penelitian ini didasarkan pada ketersediaan bahan baku serta efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia. Dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui efek samping dari penggunaan pestisida kimia dan pembuatan biopestisida agar dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan sekitar.

Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan adalah kurikulum 2013. Kompetensi dasar (KD) yang digunkan adalah :

3.10 Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi kehidupan.

4.10 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.


(62)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Secara statistik pemberian biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan

daun tembakau dapat mempengaruhi kelangsungan hidup belalang.

2. Berdasarkan hasil uji deskriptif yang paling mempengaruhi pada kelangsungan hidup hama belalang ialah pada konsentrasi 30% .

B. Saran

1. Apabila ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan hama belalang sebaiknya dilakukan pengembangbiakan belalang terlebih dahulu agar dapat mengetahui kesetaraan umur pada belalang. Hal ini dimaksudkan supaya lebih mengetahui keefektifitasan biopestisida tersebut.

2. Uji efektifitas biopestisida berbahan dasar daun mengkudu dan daun tembakau ini sebaiknya menggunakan rentang range konsentrasi yang lebih jauh misal 20%, 50% dan 75%. Hal ini di maksudkan agar terlihat adanya beda nyata antara setiap perlakuan.


(63)

Daftar Pustaka

Ajad, A., 2015, Tosisitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas ulat grayak dalam http:www.academia.edu/6193761/toksisitas-ekstrak-daun-sirsak(annona-muricata)terhadap-mortalitas-ulat-grayak. Diakses pada tanggal 19 September 2016

Cahyono, Bambang., 1998, Tembakau, Budidaya dan Analistis Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Erniwati. 2003. Belalang (Orthoptera) dan kekerabatannya. Di dalam: Amir M, Kahono S (ed.). Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Biodiversity Conservation Project.

Fiedler, I. dan Bayard., 1997, Emerald Green and Scheele’s, Oxford University press diterjemahkan oleh Rosma Hasibuan, Plantaxia, Lampung.

Grainge, M. and S.Ahmed., 1988, Handbook Of Plants With Pests Control Properties. John Willey & Sons. New diterjemahkan oleh Rosma Hasibuan, Plantaxia, Lampung.

Hamim Sudarsono., 2008, Pengaruh Lama Periode Kering dan Intensitas Curah Hujan Terhadap Penetasan Belalang Kembara (Lacusta migratoria manilensis Meyen). Jurnal. Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol 8, No 2:117-122.

Hasibuan, Rosma., 2015, Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional, Plantaxia, Lampung.

Herawati, Ratna., 2010, Ekstrak daun Sirih (Piper Betle L.) Sebagai Insektisida Nabati Untuk Membasmi Larva Nyamuk Aedes Aegypti L. , Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kardinan, A., 2004, Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta.

Liptan., 2004, Teknologi Sederhana Pembuatan Biopestisida, Departemen Pertanian BPTP Yogyakarta, Yogyakarta.

Mangoting, D., I. Irawan dan S. Abdullah., 2005, Tanaman Lalap Berkhasit Obat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Megadomani A., 2006, Nikotin Antara Bahaya dan Kesehatan. Erlangga, Jakarta. Poerba, Tika., 2003, Efektifitas Daun Tembakau (Nicotiana tobacum) Sebagai

Insektisida Hayati Dalam Membunuh Lalat Rumah (Musca domestica), Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.


(64)

Pracaya., 2007, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik, Kanisius, Yogyakarta.

Ramulu, U.S. Sree., 1979, Chemistry Of Insecticides and Fungisides. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi diterjemahkan oleh Rosma Hasibuan, Plantaxia, Lampung.

Santoso., 2013, Menguasai SPSS 21 di Era Informasi, Gramedia, Jakarta. Subiyakto., 1991, Pestisida, Kanisius, Yogyakarta

Surtikanti., 1981, Hotikultura. Majalah Ilmiah Populer LPH dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Susilowati, Eka Yuni., 2006, IDENTIFIKASI NIKOTIN DARI DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) KERING DAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN TEMBAKAU SEBAGAI INSEKTISIDA PENGGEREK BATANG PADI (Scirpophaga innonata), Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Taboy, Yoakim L., 2015, Pengaruh Pemberian pestisida dari umbi gadung (Dioscorea hispida dennst), daun nimba (Azadirachta indica A. jus) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum) terhadap hama dan penyakit tanaman cabai (Capsicum annuum), skipsi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tanujaya., 2013. Penelitian Percobaan. Rosda, Bandung.

Tarumingkeng., 2008, Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Untung, Suwaryono., 2009, Biopestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yunita, A.e., H.H. Suprapti, J.W Hidayat., 2009, Pengaruh ekstrak daun Teklan Terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva, Jurnal, Universitas diponogoro, Semarang Vol. 11, no 1


(65)

Lampiran

Lampiran 1 : Tabel Pengambilan Data

No Hari ke Kematian

K 10% 20% 30%

1 1 0 1 1 0

2 2 0 1 1 2

3 3 0 0 1 1

4 4 0 1 0 1

5 5 0 1 1 0

6 6 0 0 0 1

7 7 0 1 1 2

8 8 0 0 0 1

9 9 0 0 2 1

10 10 0 2 1 1

Jumlah 0 7 8 14


(66)

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Statistik

1. Normalitas

Tests of Normality

perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kematian 10% .154 10 .200* .955 10 .732

20% .155 10 .200* .965 10 .838

30% .145 10 .200* .968 10 .875

a. Lilliefors Significance Correction


(67)

2. Hasil Uji tukey

Multiple Comparisons

jumlah_mati Tukey HSD

(I) perlaku an

(J) perlaku an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

K 10 -.700* .255 .044 -1.39 -.01

20 -.800* .255 .017 -1.49 -.11

30 -1.000* .255 .002 -1.69 -.31

10 K .700* .255 .044 .01 1.39

20 -.100 .255 .979 -.79 .59

30 -.300 .255 .645 -.99 .39

20 K .800* .255 .017 .11 1.49

10 .100 .255 .979 -.59 .79

30 -.200 .255 .861 -.89 .49

30 K 1.000* .255 .002 .31 1.69

10 .300 .255 .645 -.39 .99

20 .200 .255 .861 -.49 .89


(68)

Lampiran 3. Proses Pembuatan Biopestisida

A

C D


(69)

Gambar 1 : Proses pembuatan biopestisida A. daun temnbakau 300 gr.

B. daun mengkudu 300 gr. C. biopestisida.

D.tempat penangkaran. E. perlakuan 30% .

F. perlakuan 20%, 10% dan kontrol. G. media/ alat penyemprot.

E

G


(70)

(71)

Lampiran 5 : Silabus

SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas : X

KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan


(72)

Kompetensi dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu

Sumber belajar

1. Ruang Lingkup Biologi, Kerja Ilmiah dan Keselamatan Kerja

1.1 Mengagumi dan memahami keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang proses-proses yang terjadi pada tubuh makhluk hidup ditingkat seluler dan menjaga keteraturan tersebut sebagai tindakan pengalaman menurut agama yang dianutnya.

Ruang Lingkup Biologi:

 Pengertian, cabang dan manfaat

biologi

 Kerja ilmiah (sikap dan metode

ilmiah)  Keselamatan

kerja

Mengamati

 Mengamati segala aspek kehidupan yang

berhubungan dengan biologi seperti lingkungan,

makanan, kesehatan dan lain-lain.

Menanya

 Apa yang dimaksud dengan biologi?

 Apa saja yang dipelajari dalam biologi?

 Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?

 Bagaimana menjaga

keselamatan saat melakukan penelitian?

Mengumpulkan Data

 Melakukan pengamatan

Tugas

 Laporan tertulis tentang

permasalahan biologi dan cabang-cabang biologi, serta aspek kerja ilmiah dan keselamatan kerja

Observasi

 Sikap ilmiah saat mengamati, melaporkan secara lisan dan saat diskusi dengan lembar pengamatan

Portofolio

 Kompetensi membuat laporan dari format, isi laporan, kesesuaian

2 minggu X 4 JP

 Laptop / komputer  Laboratoriu

m biologi dan sarananya (peralatan yang akan dipakai selama satu tahun ajaran)  Buku

panduan kerja lab dalam satu tahun (LKS)  Artikel

ilmiah tentang cabang-cabang ilmu biologi dan 2.1 Berperilaku

ilmiah : teliti, tekun, jujur


(73)

sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, berkerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan dalam

terhadap perasalahan biologi  Melakukan studi literatur

tentang cabang-cabang biologi dan permasalahan biologi

 mengamati kerja seorang peneliti biologi dan

mendiskusikan tentang kerja peneliti menggunakan metode ilmiah

 melakukan percobaan dengan dengan menentukan permasalahan, membuat hipotesis, merencanakan percobaan, mengolah data pengamatan dan

menampilkannya  mendiskusikan tentang

aspek keselamatan kerja di laboratorium dan

menyepakati keselamatan kerja di laboratorium

Mengasosiasikan

 Mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dan kegiatan tentang ruang lingkup

isi, dan aspek komunikatif dan berbahasa

Tes

 Tertulis

mengerjakan soal tentang kerja ilmiah (sikap dan metode ilmiah) serta keselamatan kerja

manfaatnya  Laporan

ilmiah tentang bagaimana ilmuan bekerja  Contoh laporan tertulis  Lembar tata

tertib

keselamatan kerja di laboratorium  Lembar

kesepakatan yang disetujui bersama untuk keselamatan kerja


(74)

kelas/laburatoriu m maupun diluar kelas/laboratoriu m.

biologi, cabang-cabang biologi, kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium untuk membentuk/memperbaiki pemahaman tentang ruang lingkup biologi

Mengkomunikasikan

 Mengkomunikasikan secara lisan tentang ruang lingkup biologi berdasarkan studi literatur yang dilakukan  Mengkomunikasikan hasil

penelitian secara lisan tentang kerja ilmiah (sikap ilmiah dan metode ilmiah) 3.1 Memahami

tentang ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. 4.1 Menyajikan data

tentang objek dan


(75)

permasalahan biologi pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan sesuai dengan metode ilmiah dan

memperhatikan aspek

keselamatan kerja serta menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.


(76)

Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / I

A. KOMPETENSI INTI

KI1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah


(77)

KI4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

1.1 Mengagumi dan memahami keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang proses-proses yang terjadi pada tubuh makhluk hidup ditingkat seluler dan menjaga keteraturan tersebut sebagai tindakan pengalaman menurut agama yang dianutnya.

1.1.1 Menunjukan rasa syukur kepada Tuhan atas kemampuan berpikir ilmiah yang dimiliki.

2.1 Berperilaku ilmiah : teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, berkerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam

2.1.1 Teliti, jujur, tanggung jawab dan bekerja sama dalam melakukan pengamatan


(78)

setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan dalam kelas/laburatorium maupun diluar kelas/laboratorium.

3.1 Memahami tentang ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.

3.1.1 Mengidentifikasi langkah-langkah metode ilmiah

3.1.2 Menganalisis langkah-langkah metode ilmiah dalam penelitian

4.1 Menyajikan data tentang objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan sesuai dengan metode ilmiah dan memperhatikan aspek keselamatan kerja serta menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.

4.1.1 Merencanakan percobaan tentang pengaruh ekstrak tanaman sebagai bahan dasar pembuatan biopestisida pada hama tanaman

4.1.2 Melakukan percobaan tentang pengaruh ekstrak tanaman sebagai bahan dasar pembuatan biopestisida pada hama tanaman

4.1.3 Menyusun laporan percobaan dengan menggunakan tata cara


(79)

penulisan ilmiah yang benar

C. Tujuan Pembelajaran

1.1.1.1 Melalui kegiatan refleksi siswa mampu meunjukan rasa syukur pada Tuhan atas kemampuan berpikir ilmiah yang dimiliki.

2.1.1.1 Dengan kegiatan berdiskusi siswa mampu bekerja sama dalam menentukan langkah-langkah metode ilmiah.

2.1.1.2 Melalui kegiatan percobaan siswa mampu melakukan pengamatan secara teliti, jujur dan bertanggung jawab

3.1.1.1 Melalui video pembelajaran siswa mampu menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah

3.1.2.1 Melalui studi literatur siswa mampu menganalisis langkah-langkah metode ilmiah dalam penelitian

4.1.1.1 Melalui studi kasus siswa mampu merancang sebuah percobaan sederhana dan mempresentasikannya di depan kelas

4.1.2.1 Melalui kerja proyek siswa mampu bekerja sama dalam melakukan percobaan berdasarkan rancangan yang telah dibuat

4.1.3.1 Setelah melakukan kegiatan kerja proyek siswa dapat membuat laporan secara tertulis menggunakan tata cara penulisan ilmiah yang benar


(80)

D. MATERI PEMBELAJARAN Metode Ilmiah

E. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : Saintifik

Model : Kooperatif

Metode : Diskusi, Praktikum, Study kasus dan Presentasi F. LANGKAH PEMBELAJARAN

1. Pertemuan Pertama (2 JP x 45 menit)

Tahap Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan (10 menit) Apersepsi

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa ― siapa diantara kalian yang sudah pernah melakukan kegiatan pengamatan?‖

Motivasi

Guru menayangkan gambar mengenai kegiatan yang dilakukan selama melakukan pengamatan

Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan

Mengorganisasi


(81)

kelompok terdiri dari 4-5 orang Kegiatan inti Mengamati

- Secara berkelompok siswa diminta untuk mengamati video tentang penelitian biologi sederhana

Menanya

- Guru menanyakan tentang langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam sebuah penelitian berdasarkan video yang telah dilihat

Mengumpulkan Data

- Siswa mencari informasi tentang kerja ilmiah dari berbagai sumber

Menalar/ Mencoba

- Siswa berdiskusi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru


(82)

- Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan teman lain memberikan tanggapan Guru memberikan klarifikasi apabila terdapat jawaban siswa yang kurang tepat dan memberikan penguatan tentang jawaban siswa Penutup ( 15 menit) Apresiasi

- Guru memberikan apresiasi kepada siswa karena telah mengikuti pembelajaran dengan baik

Merangkum

- Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajari

Evaluasi

- Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan terkait dengan materi yang sudah dibahas


(83)

Refleksi

- Siswa diminta untuk mengungkapkan makna yang diperoleh setelah mempelajari materi pencemaran lingkungan

Arahan/tindak lanjut

- Siswa diminta untuk mencari referensi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pertanian


(84)

2. Pertemuan Kedua (2JP x 45 menit)

Tahap Kegiatan pembelajaran Pendahuluan (10 menit) Apersepsi

Ditanyakan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya

Motivasi

Guru menayangkan video tentang pertanian di Indonesia dan mengajukan pertanyaan ―adakah yang pernah melihat tanaman mati terserang hama?‖

Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan

Mengorganisasi

Siswa berkumpul bersama kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Satu kelompok beranggotakan 4-5 orang. Kegiatan inti Mengamati


(85)

studi kasus tentang pembuatan biopestisida dari tanaman serta dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biopestisida alami dari tumbuhan

Menanya

- Guru menanyakan tentang cara pembuatan biopestisida dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biopestisida alami dari tumbuhan

Mengumpulkan Data

- Siswa membaca atau mengkaji sumber informasi tentang pembuatan biopestisida, macam-macamm tumbuhan yang dapat digunakan sebagai biopestisida serta dampak yang ditimbulkan

Mengasosiasikan/ Menalar

- Siswa secara berkelompok diminta untuk membuat


(86)

rancangan percobaan sederhana yang akan dilakukan

Mengkomunikasikan

- Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil rancangan percobaan yang telah dibuat

Guru mengklarifikasi jawaban siswa apabila ada yang belum tepat

Penutup (15 menit) Apresiasi

Guru memberikan apresiasi kepada siswa karena telah mengikuti pelajaran dengan baik

Merangkum

Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajari

Evaluasi

Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan terkait dengan materi yang sudah dibahas


(87)

Refleksi

Siswa diminta untuk mengungkapkan manfaat yang diperoleh setelah melakukan kegiatan praktikum

Arah/ tindak lanjut

- Siswa diminta untuk melakukan percobaan terkait dengan rancangan yang telah dibuat dan dilakukan selama 1 minggu

G. MEDIA dan SUMBER BELAJAR

Media : Video, laptop, viewer

Sumber Belajar : Buku guru, Buku Siswa Biologi Kelas X, Internet, Jurnal, Majalah Pertanian, Lingkungan Sekitar


(88)

H. PENILAIAN

Aspek Teknik Instrumen

Afektif Observasi

Penilaian sikap

Presentasi

Refleksi

Lembar penilaian sikap

Lembar penilaian presentasi

Kognitif Non tes

Tes

Rancangan proyek Laporan hasil proyek Tes tertulis

Psikomotorik Observasi Lembar observasi kinerja

I. LAMPIRAN

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2. Instrumen dan Rubrik penilaian

Yogyakarta, ...2016 Guru Biologi


(89)

LEMBAR KERJA SISWA 1 Metode Ilmiah Nama :

Kelas : Kelompok : A. Tujuan :

1. Siswa mampu mengidentifikasi langkah-langkah metode ilmiah B. Alat dan Bahan :

1. alat tulis

2. video penelitian C. Cara Kerja :

1. Amati video yang ditampilkan mengenai penelitian biologi sederhana 2. Diskusikan dengan teman kelompokmu, langkah-langkah metode ilmiah apa

saja yang dilakukan dalam melakukan penelitian biologi sederhana 3. Urutkan secara benar langkah-langkah metode ilmiah serta keterangannya 4. Presentasikan di depan kelas hasil dari diskusi kelompok

D. Hasil

No Langkah Metode Ilmiah Keterangan 1

2 3 4 5 6 dst


(90)

LEMBAR KERJA SISWA 2

Membuat Rancangan Percobaan Biologi Sederhana

Nama : Kelas : Kelompok :

A. Tujuan pembelajaran

1. Siswa mampu membuat rancangan percobaan biologi sederhana B. Alat dan Bahan

1. Alat tulis C. Cara kerja

1. Baca dan cermati studi tentang pembuatan biopestisida dari tanaman serta dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biopestisida alami dari tumbuhan

2. Pilih 2 tanaman yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biopestisida

3. Diskusikan bersama kelompokmu untuk membuat rancangan penelitian sesuai dengan langkah metode ilmiah


(91)

D. Hasil 1. Judul

2. Rumusan masalah 3. Tujuan

4. Alat dan bahan 5. Cara kerja

E. Tugas Lanjutan

Lakukan percobaan berdasarkan hasil rancangan yang telah dibuat selama 1 minggu. Hasil percobaan dianalisis dan dikumpulkan dalam bentuk laporan.


(1)

2. Test

Kisi-kisi soal

Indikator Mengingat (C1)

Memahami (C2)

Menerapkan (C3)

Menganalisis (C4)

Mengevaluasi (C5)

Menciptakan (C6)

Jumlah

3.1.1

Mengidentifikasi langkah-langkah metode ilmiah

2 1

3.1.2 Menganalisis langkah-langkah metode ilmiah dalam penelitian


(2)

SOAL 1. Jelaskan pengertian tentang : (25)

a. Kerja Ilmiah b. Sikap Ilmiah c. Hipotesis

2. Sebutkan langkah-langkah metode ilmiah dalam suatu penelitian! (15) 3. Jelaskan macam-macam variabel yang ada dalam sebuah penelitian! (20) 4. Judul penelitian : ―Pengaruh Biopestisida Campuran Dari Daun Mengkudu

(Morinda Citrifolia) dan Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum L.) Pada Konentrasi Berbeda Terhadap Mortalitas Serangga Belalang Kembara (Locusta Migratoria). Dari judul diatas sebutkan variabel bebas dan variabel terikat! (20)

5. Dalam sebuah penelitian terdapat abstrak. Jelaskan apa isi yang ada didalam abstrak! (20)


(3)

Kunci Jawaban Esay

1. a. Kerja ilmiah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki sikap ilmiah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dan melalui langkah-langkah metode ilmiah.

b. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang peneliti antara lain sikap peka dan kritis, tidak percaya pada takhayul, memiliki rasa ingin tahu, tekun, jujur, tidak mudah putus asa, optimis, bersikap hormat dan menghargai hasil penelitian dan penemuan orang lain.

c. Hipotesis adalah jawaban sementaraterhadap suatu masalah.

2. Judul, Rumusan Masalah, Tujuan, Mengumpulkan Data, Membuat Hipotesis, Alat dan Bahan, Waktu dan Tempat, Cara Kerja, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan. 3. Variabel bebas adalah perlakuan yang diberikan dalam percobaan yang

mempengaruhi hasil. Variabel terikat adalah akibat yang dihasilkan oleh variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang tidak diteliti pengaruhnya dan hanya digunakan sebagai pembanding.

4. Variabel bebas = variasi konsentrasi biopestisida campuran daun mengkudu dan daun tembakau.

Variabel terikat = mortalitas serangga belalang kembara

5. Abstrak berisi uraian singkat makalah yang terdiri dari nama penulis, judul makalah, latar belakang masalah, tujuan penelitian, teknik pengambilan dan pengolahan data serta hasil penelitian.


(4)

Penilaian tes

No

Nama siswa

Soal Total

skor

Nilai siswa

1 2 3 4 5

Skor `1

2 3 4 Dst


(5)

Rubik Penilaian

Soal Skor Aspek

1 25 Menjawab benar dan lengkap

3-24 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 2 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali

2 15 Menjawab benar dan lengkap

3-14 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 2 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali

3 20 Menjawab benar dan lengkap

3-19 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 2 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali

4 20 Menjawab benar dan lengkap

3-19 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 2 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali

5 20 Menjawab benar dan lengkap

3-19 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 2 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali


(6)

C. Aspek psikomotorik 1. Lembar observasi

No Aspek Indikator Keterangan

Baik Cukup Kurang 1 Keaktifan Aktif mengemukakan pendapat

Aktif bertanya

Aktif menanggapi pendapat 2 Kerjasama Bertanggung jawab terhadap

tugas kelompok

Mengerjakan tugas kelompok bersama teman kelompok lain Menghargai pendapat orang lain

3 Percaya diri

Mampu berbicara dengan suara lantang

Mampu mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Berani mempertahankan pendapat

Katagori :

Baik = 3 ( Jika tiga indikator terpenuhi) Cukup = 2 ( Jika tiga indikator terpenuhi) Kurang = 1 ( Jika tiga indikator terpenuhi)