Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Fullday School di SDIT Bakti Insani
100
yang baik pula. Dengan kultur dan lingkungan yang baik dapat menciptakan susasana belajar menjadi nyaman dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 11 Oktober 2014, peneliti melihat lingkungan yang nyaman tertib tentram dan damai.
Perasaan tersebut didukung dengan keramahan warga sekolah, mulai dari penjaga sekolah, Kepala Sekolah, Pendidik dan Staff Karyawan, Peserta
didik hingga Orangtua.
2 Faktor Penghambat
Disamping terdapat faktor pendukung dalam pencapaian Implementasi Fullday School di SDIT Bakti Insani terdapat kendala dalam
pelaksanaanya, diantaranya area bermain, dan mushola. Hal tersebut diungkapkan Ibu “SL” selaku Kepala Sekolah sebagai berikut:
“Fullday school mewajibkan peserta didik berada di sekolah selama sehari penuh maka seharusnya area bermain luas dan
nyaman, akan tetapi karena ruangan sangat terbatas maka ruang gerak peserta didik sangat terbatas. Adanya mushola tidak mampu
menampung seluruh peserta didik, karena ruangan sangat terbatas.” wawancaraSL11 Oktober 201411:04 WIB
Kendala lain juga diungkapkan “RN” dan “TM” yang
mengeluhkan halaman dan mushola yang kurang luas. Hal tersebut diungkapkan peserta didik sebagai berikut:
“Halamannya kurang luas jadi gak puas kalo mainan, sama musholanya juga kurang luas mbak jadi kita gak bisa solat
berjamaah”. wawancaraRN dan TM11 Oktober 201412:30 WIB
Beberapa peserta didik mengeluhkan tentang fasilitas sekolah karena ruang gerak mereka terbatas. Namun mereka tetap merasa enjoy di
sekolah karena disamping faktor penghambat masih ada beberapa faktor
101
pendukung. Faktor pertemanan yang membuat mereka bertahan di sekolah.
c. Upaya yang Dilakukan Sekolah untuk Mengatasi Kendala-Kendala dalam Implementasi Fullday School di SDIT Bakti Insani
Menciptakan sekolah yang nyaman, dibutuhkan upaya-upaya mengatasi kendala dalam implementasi fullday school. Upaya tersebut
dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam hal sarana dan prasarana.
Kendala SDIT Bakti Insani yang pertama adalah halaman ruang bermain, tetapi pihak sekolah mempunyai solusi dalam permasalahan
tersebut. Hal itu di sampaikan Ibu “SL” selaku Kepala Sekolah sebagai berikut:
“Ruang bermain memang sangat terbatas karena tidak adanya lahan kosong untuk arena bermain maka solusi pihak sekolah yang
dilakukan yaitu mengalihkan area bermain di dalam kelas dengan cara memberikan catur, monopoli, teka-teki silang TTS dan
permainan yang dapat di mainkan di dalam kelas. Tujuannya adalah selain mengalihkan tempat bermain catur termasuk kegiatan
olahraga. Jadi peserta didik tidak hanya berolahraga saja tetapi dapat sekaligus mengasah otak”.
wawancaraSL11 Oktober 201411.04 WIB
Cara mengatasi permasalahan tentang mushola Ibu LN menjelaskan sebagai berikut :
“SDIT Bakti Insani yang identik dengan keagamaannya seharusnya mempunyai mushola yang memadai, tetapi justru di sini menjadi
kendala karena kurang luasnya bangunan mushola. Mushola biasanya hanya dipergunakan untuk sholat berjamaah tetapi
bergiliran jadi tidak bisa menampung peserta didik sebanyak 365. Maka solusi dari sekolah yaitu setiap sholat berjamaah peserta
didik melakukannya di dalam kelas, jadi peserta didik diwajibkan melepas alas ketika di dalam kelas. Peserta didik melaksanakan
102
sholat di dalam kelas, makan snack dan makan nasi peserta didik juga melaksanakan di dalam kelas. Ketika sholat jumat biasanya
peserta didik melakukan sholat di Masjid Agung Sleman.” wawancaraLN11 Oktober201410.00 WIB
Kendala dalam implementasi fullday school dapat diselesaikan oleh pihak sekolah. Pihak sekolah sangat mendukung implementasi
fullday school. Kendala itu muncul karena tidak adanya lahan untuk perluasan bangunan, salah satu cara yaitu bangun ke atas, tetapi pihak
sekolah belum melaksanakannya karena banyak pertimbangan salah satunya adalah harus mengorbankan bangunan di bagian bawah dan
berpindah tempat untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Solusi yang diberikan sekolah tentang minimnya area bermain
peserta didik dan mushola adalah dengan mengalihkan jam bermain ke dalam kelas. Peserta didik dapat bermain dengan berbagai alternatif
antara lain catur, teka-teki, monopoli dan lain sebagainya. Di samping bermain peserta didik juga dapat mengasah otak. Solusi dari
permasalahan mushola adalah mengubah ruang kelas menjadi multi fungsi, tempat istirahat, tempat makan, tempat bermain bahkan tempat
sholat, peserta didik dan pendidik dilarang menggunakan alas kaki di dalam kelas karena kelas harus suci. Maka ketika kegiatan sholat
berjamaah, peserta didik melakukan sholat di dalam kelas.