Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis analysis, analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis synthesis, sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
formulasi yang ada. f.
Evaluasi evaluation, evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2. Sikap
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut
Berkowitz dalam kutipan Azwar 1987 sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak favourable, maupun perasaan tidak mendukung
atau memihak unfavourable, pada obyek tersebut. Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap
sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau sesseorang bersikap positif terhadap
sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.
Sedangkan Edgley yang dikutip Azwar 1987, mendefenisikan sikap sebagai suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmojo 2007 bahwa sikap belum merupakan suatu perilaku
tertentu. Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Dalam diri
individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu
saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila
terus menerus diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku Notoatmodjo, 2007.
3. Jenis Kelamin
Sejak awal 1970 an semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki karier organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan berikut:
adakah perbedaan agresivitas, kecenderungan menempuh resiko, keikatan dan etika kerja antara pria dan wanita. Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria,
wanita dan lain-lain yang melakukan pekerjaan dan bukan manajerial dalam organisasi, untuk itu dibutuhkan data untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya
dan karakteristik apabila perbedaan itu memang ada Fathoni, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif,
motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologis telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang, dan pria lebih
agresif dan lebih besar kemungkinannya dari pada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita
mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria Robbins, 2002.
4. Pendidikan