BAB V Analisa Data dan Perencanaan
Terdapat dua hal yang akan dilakukan pada bab ini. Pertama, menganalisa kondisi eksisting apakah kedua simpang sudah terkoordinasi. Selanjutnya, akan dianalisa kinerja
semua simpang pada peak hour pagi dan peak hour sore. Data Kinerja terjenuh akan digunakan sebagai dasar semua perencanaan.
Langkah kedua adalah melakukan perencanaan waktu siklus baru dengan mengacu pada teori koordinasi. Waktu siklus yang akan dikoordinasikan adalah waktu siklus yang
terpilih dari beberapa perencanaan yang dilakukan.
5.1 Analisa Koordinasi Simpang Kondisi Eksisting
Salah satu syarat bahwa beberapa simpang terkoordinasi adalah waktu siklus yang sama pada semua simpang tersebut. Dari data sinyal kondisi eksisting didapat waktu siklus
untuk Simpang I adalah 148 detik dan Simpang II sebesar 165 detik. Dari data ini, jelas ruas tersebut tidak memenuhi syarat telah terkoordinasi karena memiliki waktu siklus yang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, akan dilakukan pembuktian melalui sebuah diagram aliran. Untuk membentuk diagram, perlu diketahui terlebih dahulu kecepatan platoon pada ruas
tersebut, sehingga nantinya waktu dari simpang satu ke simpang lainnya dapat diketahui. Dalam analisa ini serta dalam perencanaan nantinya akan digunakan kecepatan
maksimum sesuai dengan kondisi eksisting sebesar 32 kmjam. Dengan kecepatan tersebut, maka waktu platoon untuk berjalan dari satu simpang ke simpang lainnya bila dihitung
dengan menggunakan kecepatan tersebut serta cycle time yang telah diketahui maka diagram koordinasi dapat disusun seperti terlihat pada gambar 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 5.1, terlihat cycle time kedua simpang berbeda dan tidak sebanding. Hal ini menyebabkan selisih nyala sinyal hijau dari simpang yang satu dengan
simpang berikutnya tidak tetap. Hubungan sinyal kedua simpang pun menjadi acak, sehingga tidak terjadi koordinasi sinyal antar simpang.
5.2 Analisa Kondisi Eksisting
Terdapat dua kinerja simpang yang dihitung dalam hal ini, yaitu pada saat peak hours pagi dan peak hours sore. Waktu yang memiliki kinerja terjenuh akan digunakan
sebagai dasar untuk merencanakan cycle time baru yang lebih baik. Kinerja simpang dihitung dengan menggunakan perhitungan Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997.
Perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Analisa Data
Data hasil pengukuran dilapangan berupa data geometrik simpang, waktu siklus volume lalu lintas, dan data kecepatan lalu lintas selanjutnya akan diolah dengan analisa
MKJI 1997. Rumus yang digunakan pada kondisi eksisting untuk faktor arus jenuh, untuk arus
terlindung adalah S
O
= 600 x lebar efektif. Perhitungan evaluasi ini dilakukan berdasarkan data pada jam puncak senin pagi.
Arus Jenuh Arus jenuh S dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian arus untuk keadaan
standar, dengan faktor penyesuaian F untuk kondisi sebenarnya dari kumpulan kondisi-kondisi ideal yang telah ditetapkan sebelumnya.
S = S
O
x F
CS
x F
SF
x F
G
x F
P
x F
RT
x F
LT
Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara SimpangI : Jl. Jamin Ginting
– Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. S
O
= 600 x We = 600 x 7 m
= 4200 smpjam S = S
O
x F
CS
x F
SF
x F
G
x F
P
x F
RT
x F
LT
= 4200 x 1,0 x 0,95 x 1,0 x 1,0 x 0,99 x 1,0 = 4200 smpjam
Hasil perhitungan arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 : Hasil perhitungan arus lalu lintas dan arus jenuh
Simpang Pendekat We
meter Faktor Penyesuaian
S smpjam
q smp
F
CS
F
SF
F
G
F
P
F
RT
F
LT
I Utara
7 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 0,99
4200 758
Selatan 9
1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 0,92 5400
1521 Barat
5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0
1,0 3000
492 Timur
3.5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0
2100 156
II Utara
5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0
3000 573
Selatan 7
1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0 4200
1218 Barat
5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0
3000 394
Rasio Arus Jenuh Nilai arus jenuh untuk setiap pendekat menggunakan rumus : FR = QS.
Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. Jamin Ginting –
Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob.
FR = 8584200 = 0,2043
Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Table 5.2 : Hasil perhitungan rasio arus jenuh
Simpang Pendekat Q smp S smpjam FR
I Utara
858 4200
0.2043 Selatan
1721 5400
0.3187 Barat
538 3000
0.1793 Timur
219 2100
0.1043
II Utara
543 3000
0.1810 Selatan
1346 4200
0.3205 Barat
394 3000
0.1313
Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Kapasitas C diproleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau gc
pada masing-masing pendekat, menggunakan rumus : C = S x gc Derajat kejenuhan DS :
DS = QC Q = LV x 1 + HV x 1,3 + MC x 0,2
Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. Jamin Ginting
– Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. S = 4200 smpjam ; g = 31 ; c = 148
Q = 858smpjam C = 4200 x 31148 = 880 smpjam
DS = 858 880 = 0,975 smpjam Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat
dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Table 5.3: Hasil perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan
Simpang Pendekat
g detik
c detik
Q smpjam
C smp
DS smpjam
I Utara
31 148
858 880
0.975 Selatan
58 148
1721 2116
0.813 Barat
35 148
538 709
0.758 Timur
35 148
219 497
0.441 II
Utara 37
165 543
673 0.807
Selatan 82
165 1346
2087 0.645
Barat 22
165 394
400 0.985
Panjang Antrian QL Rumus yang digunakan : NQ = NQ1 + NQ2
dengan : NQ1 = jumlah fase yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
NQ1 = 0,25
� � − 1 +
− 1
2
+
8 � −0,5
�
NQ2 = jumlah smp yang dating selama fase merah NQ2 = c x
1 −�
1 −� �
x
3600
QL =
� �� � 20
�
Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. JaminGinting –
Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob.
NQ1 = 0,25
� 858 � 0,975 − 1 + 0,975 − 1
2
+
8 �0,975−0,5
880
Universitas Sumatera Utara
= 10,014 smp NQ2 = 148 x
1 −0,209
1 −0,209�0,975
x
858 3600
= 35,064 smp NQ = 10,014 + 35,064
= 45,058 smp Gunakan Gambar 5.2 dibawah ini, untuk menyesuaikan NQ dalam hal
peluang yang diinginkan untuk terjadinya pembebanan lebih P
OL.
Untuk perancangan dan perencanaan disarankan P
OL
≤ 5 untuk operasi suatu nilai P
OL
= 5 - 10 mungkin dapat diterima.
Gambar 5.2 : Diagram Peluang untuk Pembebanan lebih P
OL
Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Table 5.4: Hasil penyesuaian NQ
max
Simpang Pendekat NQ1
smp NQ2
smp NQ1 +
NQ2 smp
NQ max
QL meter
DT detiksmp
I Utara
10.014 35.044
45.058 62.000
177.143 100.135
Selatan 1.663
63.152 64.815
78.000 173.333
43.645 Barat
1.056 20.577
21.633 32.000
128.000 59.631
Timur 0.106
7.675 7.780
12.000 68.571
49.898 II
Utara 1.556
23.573 25.129
36.000 144.000
70.934 Selatan
0.407 45.668
46.076 62.000
177.143 31.811
Barat 8.462
18.017 26.479
39.000 156.000
148.657
Tundaan Lalu Lintas DT
Rumus yang digunakan : DT = c x A +
� 1 � 3600 �
A =
0,5 �1−�
2
1 −� �
Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. Jamin Ginting
– Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. DT = 148 x 0,3927 +
30,0140 � 3600
148
= 100,135 detiksmp Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat
dapat dilihat pada Tabel 5.4 diatas.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Waktu Siklus Optimum