Kecepatan Rata-rata PENGUMPULAN DATA

Table 4.5b : Volume simpang II sore Jalan Patimura - Jalan Sudirman - Jalan Mongonsidi Pendekat Kendaraan Arah LTLTOR ST RT Utara Mobil Penumpang, Sedan, Angkot 276 622 Truk 2-as 3- as Sepeda Motor 145 86 421 708 Selatan Mobil Penumpang, Sedan, Angkot 160 1143 Truk 2-as 3- as 4 14 Sepeda Motor 44 174 208 1331 Barat Mobil Penumpang, Sedan, Angkot 917 251 Truk 2-as 3- as 9 5 Sepeda Motor 149 70 1075 326

4.3 Kecepatan Rata-rata

Perbedaan kecepatan rata-rata masing-masing kendaraan merupakan penyebab utama terjadinya dispersi pleton. Perbedaan kecepatan mengakibatkan perbedaan waktu tempuh Universitas Sumatera Utara rata-rata average travel time masing-masing kendaraan dalam melintasi suatu panjang ruas jalan, sehingga sehingga mempengaruhi tundaan total. Semakin besar tundaan total, maka semakin besar pula dispersi pleton yang terjadi. Kecepatan rata-rata masing-masing kendaraan diambil saat kondisi lalu lintas dalam keadaan normal. Adapun hasil survey kondisi eksisting pada ruas jalan antar simpang I dan II Jalan Pattimura dapat dilihat pada table 4.6. Table 4.6 : Kecepatan Rata-rata Total Kendaraan No. Jenis Kendaraan Kecepatan Rata-rata KmJam 1 Mobil Penumpang dan Sedan 27,71 2 Truk 2-as dan Truk 3-as 36,78 3 Sepeda Motor 36,78 4 Becak Bermotor 25,23 Total 32 Universitas Sumatera Utara

BAB V Analisa Data dan Perencanaan

Terdapat dua hal yang akan dilakukan pada bab ini. Pertama, menganalisa kondisi eksisting apakah kedua simpang sudah terkoordinasi. Selanjutnya, akan dianalisa kinerja semua simpang pada peak hour pagi dan peak hour sore. Data Kinerja terjenuh akan digunakan sebagai dasar semua perencanaan. Langkah kedua adalah melakukan perencanaan waktu siklus baru dengan mengacu pada teori koordinasi. Waktu siklus yang akan dikoordinasikan adalah waktu siklus yang terpilih dari beberapa perencanaan yang dilakukan.

5.1 Analisa Koordinasi Simpang Kondisi Eksisting

Salah satu syarat bahwa beberapa simpang terkoordinasi adalah waktu siklus yang sama pada semua simpang tersebut. Dari data sinyal kondisi eksisting didapat waktu siklus untuk Simpang I adalah 148 detik dan Simpang II sebesar 165 detik. Dari data ini, jelas ruas tersebut tidak memenuhi syarat telah terkoordinasi karena memiliki waktu siklus yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, akan dilakukan pembuktian melalui sebuah diagram aliran. Untuk membentuk diagram, perlu diketahui terlebih dahulu kecepatan platoon pada ruas tersebut, sehingga nantinya waktu dari simpang satu ke simpang lainnya dapat diketahui. Dalam analisa ini serta dalam perencanaan nantinya akan digunakan kecepatan maksimum sesuai dengan kondisi eksisting sebesar 32 kmjam. Dengan kecepatan tersebut, maka waktu platoon untuk berjalan dari satu simpang ke simpang lainnya bila dihitung dengan menggunakan kecepatan tersebut serta cycle time yang telah diketahui maka diagram koordinasi dapat disusun seperti terlihat pada gambar 5.1. Universitas Sumatera Utara