Sistem informasi monitoring korosi pipa minyak berbasis web: studi kasus stasiun Rawa - PT.Conocophilips Indonesia Inc.Ltd

(1)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

TOMMY AKBAR NUGRAHA 104091002815

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

SISTEM INFORMASI MONITORING KOROSI

PIPA MINYAK BERBASIS WEB

(Studi Kasus : Stasiun Rawa – PT. ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Tommy Akbar Nugraha 104091002815

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1432 H


(3)

ii Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Tommy Akbar Nugraha 104091002815

Menyetujui, Pembimbing I

Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom NIP. 470 035 764

Pembimbing II

Zainul Arham, M.Si NIP. 19740730 200710 1 002 Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Informatika

Yusuf Durachman, M.Sc, MIT NIP. 19710522 200604 1 002


(4)

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul ”Sistem Informasi Monitoring Korosi Pipa Minyak Berbasis Web (Studi Kasus : Stasiun Rawa – PT. ConocoPhillips Inc. Ltd)” yang ditulis oleh Tommy Akbar Nugraha, NIM 104091002815 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Hari Senin, Tanggal 31 Maret 2010. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Teknik Informatika.

Jakarta, Oktober 2010 Menyetujui,

Penguji I

Khodijah Hulliyah, M.Si NIP. 19730402 200112 2 001

Penguji II

Fitri Mintarsih, M.Kom NIP. 19721223 200710 2 004 Pembimbing I

Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom NIP. 470 035 764

Pembimbing II

Zainul Arham, M.Si NIP. 19740730 200710 1 002 Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001

Ketua Program Studi Teknik Informatika

Yusuf Durachman, M.Sc, MIT NIP. 19710522 200604 1 002


(5)

iv

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Oktober 2010

Tommy Akbar Nugraha 104091002815


(6)

  v

ABSTRAK

TOMMY AKBAR NUGRAHA. SISTEM INFORMASI MONITORING

KOROSI PIPA MINYAK BERBASIS WEB (Studi Kasus: Stasiun Rawa – PT.

CononoPhillips Indonesia INC. LTD). (Dibimbing Oleh BAKRI LA KATJONG

dan ZAINUL ARHAM).

Pada industri perminyakan, jaringan pipa merupakan salah satu bagian terpenting dari industri tersebut. Pada jaringan pipa terdapat berbagai permasalahan yang dapat terjadi, salah satunya adalah korosi. Jika pada suatu pipa telah mengalami korosi, maka dapat dipastikan pipa tersebut akan mengalami kebocoran. Untuk mengetahui pipa akan mengalami korosi dapat diketahui dari hasil monitoring pipa, selanjutnya hasil monitoring tersebut dianalisis sehingga didapat hasil keadaan pipa. Pada Stasiun Rawa milik PT. ConocoPhillips Indonesia (COPI), data hasil monitoring pipa masih kurang terorganisasi dengan baik.

Oleh karena itu, penulis membuat sistem informasi yang ditujukan sebagai media penyimpanan informasi, pengolahan informasi dan menganalisis informasi sehingga didapat suatu rekomendasi tentang tindakan pencegahan atau perbaikan yang perlu dilakukan. Penulis memilih sistem informasi berbasis web base, agar sistem yang akan dibangun dapat diakses dimana saja baik pengguna yang ada di kantor pusat ataupun pengguna di daerah penambangan.

Dalam pembuatan sistem informasi ini metodologi pengembangan sistem yang digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC). Perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan sistem ini adalah Macromedia Dreamweaver dan UltraEdit-32 Text Editor sebagai media untuk merancang tampilan dan menuliskan kode program, XAMPP sebagai web server, dan Mozilla Firefox untuk melihat hasil tampilan sistem informasi di komputer dengan sistem operasi Windows XP Professional Service Pack 2.

Kata Kunci: Korosi, SDLC, Web Base, XAMPP


(7)

vi

 

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul : “SISTEM INFORMASI MONITORING

KOROSI PIPA MINYAK BERBASIS WEB (Studi Kasus : PT.

ConocoPhillips Inc. Ltd)” dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah

kepada Rasulullah SAW yang senantiasa menuntun umatnya hingga seperti sekarang ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tugas wajib mahasiswa sebagai persyaratan untuk menempuh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 

1. Bapak Dr. Sopiyansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Yusuf Durrachman, M.Sc, MIT, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika, Ibu Viva Arifin, MMSI, selaku Sekretaris Program Studi Teknik Informatika dan seluruh pihak akademik, baik tingkat program studi maupun tingkat fakultas.

3. Bapak Bakri La Katjong, MT, M.Kom dan Bapak Zainul Arham M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan dan dorongan serta waktunya kepada penulis.


(8)

vii

 

4. Ibu, Ayah dan Adik tercinta yang telah memberikan doa, dorongan baik moril maupun materil, dan motivasi sebesar-besarnya kepada penulis.

5. Bapak Teddy Firmansyah, selaku Manajer Operational PT. Wilson Walton Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh staff PT. Wilson Walton Indonesia yang telah membantu penulis memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh teman-temanku, khususnya TI-A 2004 yang selalu memberikan

semangat kepada penulis serta kebersamaannya selama ini.

8. Serta Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa mendatang. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2010


(9)

viii

Lembar Pengesahan Ujian ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Gambar ... xii

Daftar Tabel... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Daftar Simbol ... xv

Daftar Istilah ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 6

1.5.1 Metode Pegumpulan Data ... 6

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem ... 7

1.6 Kerangka Berfikir ... 7

1.6.1 Corrosion Risk Assesment (CRA) ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Korosi ... 11


(10)

ix

2.1.2 Penyebab Korosi ... 11

2.1.3 Akibat Korosi ... 13

2.1.4 Penanggulangan Korosi ... 14

2.1.5 Corrosion Risk Assesment (CRA) ... 17

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 21

2.2.1 Pengertian Sistem... 21

2.2.2 Pengertian Informasi ... 23

2.2.3 Pengertian Sistem Informasi... 25

2.3 Metode Pengembangan Sistem ... 27

2.4 Tools Analisis dan Desain Sistem Informasi ... 29

2.4.1 Flowchart ... 29

2.4.2 Data Flow Diagram (DFD) ... 29

2.4.3 Entity Relationalship Diagram (ERD) ... 31

2.4.4 Basis Data ... 33

2.5 Perangkat Lunak dalam Perancangan Sistem ... 34

2.5.1 MySQL... 34

2.5.1.1 Database, tabel, baris, kolom ... 34

2.5.1.2 Perintah-perintah SQL ... 34

2.5.2 PHP ... 39

2.5.2.1 Nama File... 40

2.5.2.2 Tag Awal dan Tag Akhir ... 41

2.5.2.3 Komentar ... 42

2.5.2.4 Skrip PHP ... 42

2.5.2.5 Case Sensitive ... 43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan... 44

3.1.1 Alat... 44

3.1.2 Bahan ... 45

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

3.3 Gambaran Umum Perusahaan... 46


(11)

x

3.5.1 Studi Pustaka... 51

3.5.2 Wawancara ... 52

3.6 Metode Pengembangan Sistem ... 53

3.6.1 Perencanaan... 53

3.6.2 Analisis... 54

3.6.3 Perancangan ... 55

3.6.4 Implementasi ... 57

3.6.5 Pemeliharaan ... 57

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Sistem ... 59

4.1.1 Identifikasi Kebutuhan (User Need Assisment) ... 59

4.1.2 Identifikasi Masalah ... 60

4.1.3 Tujuan Pengembangan Sistem ... 61

4.2 Analisa Sistem ... 61

4.2.1 Analisa Sistem yang Sedang Berjalan ... 61

4.2.2 Analisa Kebutuhan Sistem yang Sedang Berjalan ... 63

4.2.3 Alternatif Pemecahan Masalah ... 63

4.3 Perancangan Sistem ... 64

4.3.1 Data Flow Diagram (DFD) ... 64

4.3.2 Perancangan Basis Data ... 68

4.3.2.1 Entity Relationalship Diagram (ERD) ... 68

4.3.2.2 Normalisasi ... 70

4.3.2.3 Relational Database Management System (RDBMS) ... 80

4.3.2.4 Kamus Data ... 81

4.3.2.5 Spesifikasi File Data ... 82

4.3.3 Desain Struktur Menu Sistem Informasi ... 101


(12)

xi

4.4.1 Sarana Pendukung Aplikasi ... 105

4.4.2 Pengujian Sistem ... 106

4.4.2 Implementasi Sistem ... 106

4.5 Pemeliharaan Sistem ... 106

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 108

5.2 Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

DAFTAR PUSTAKA PENUNJANG... 112

LAMPIRAN A WAWANCARA ... 113

LAMPIRAN B KUESIONER ... 120

LAMPIRAN C TAMPILAN APLIKASI ... 124

LAMPIRAN D PENGUJIAN... 149

LAMPIRAN E SOURCE CODE ... 153


(13)

xii

Gambar 1.3 Alur CRA ... 9

Gambar 2.1 Rust Scale ... 13

Gambar 2.2 Rust Hole ... 13

Gambar 2.3.a Alur Kerja Umum CRA... 17

Gambar 2.3.b Rincian Alur Kerja CRA ... 17

Gambar 2.4.a Pembagian Kategori Resiko PoF ... 19

Gambar 2.4.b Pembagian Kategori Resiko CoF ... 19

Gambar 2.5 Persentase Parameter PoF dan CoF... 20

Gambar 2.6 Risk Matrix PoF dan CoF... 21

Gambar 2.7 Simbol 1 to 1 ... 32

Gambar 2.8 Simbol 1 to M... 33

Gambar 2.9 Simbol M to N ... 33

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Wilson Walton Indonesia ... 50

Gambar 3.2 Tahapan Penelitian ... 51

Gambar 3.3 Tahapan Pengembangan Metode SDLC ... 53

Gambar 4.1 Bagan Alir Sistem yang Sedang Berjalan ... 62

Gambar 4.2 Diagram Konteks... 64

Gambar 4.3 DFD Level 1 ... 66

Gambar 4.4 ERD Awal ... 69

Gambar 4.5 RDBMS ... 80

Gambar 4.6 Struktur Menu Admin ... 102

Gambar 4.7 Struktur Menu Manager ... 103


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Produksi Minyak dan Biaya Perawatan ... 2

Tabel 3.1 Daftar Bahan Penelitian... 45

Tabel 4.1 Spesifikasi Tabel gl... 83

Tabel 4.2 Spesifikasi Tabel gl_chemical_treatment ... 84

Tabel 4.3 Spesifikasi Tabel gl_corr_rate ... 85

Tabel 4.4 Spesifikasi Tabel gl_corr_risk_data ... 86

Tabel 4.5 Spesifikasi Tabel gl_ext_corr_protection ... 88

Tabel 4.6 Spesifikasi Tabel gl_general... 89

Tabel 4.7 Spesifikasi Tabel gl_int_corr_mon_dev ... 91

Tabel 4.8 Spesifikasi Tabel gl_pigging_facility ... 93

Tabel 4.9 Spesifikasi Tabel gl_pipe_condition... 96

Tabel 4.10 Spesifikasi Tabel gl_scaling_tendency... 98

Tabel 4.11 Spesifikasi Tabel gl_water_sampling ... 99


(15)

xiv

LAMPIRAN A WAWANCARA ... 113

LAMPIRAN B KUESIONER ... 120

LAMPIRAN C TAMPILAN APLIKASI ... 124

LAMPIRAN D PENGUJIAN ... 149

LAMPIRAN E SOURCE CODE ... 153


(16)

xv

DAFTAR SIMBOL

Flowchart Diagram

(Munawar, 2005)

No Nama Simbol Keterangan

1 Arus / Flow

Menyatakan jalannya arus suatu proses.

2 Process

Menyatakan suatu tindakan (proses)

yang dilakukan komputer.

3 Manual

Menyatakan suatu tindakan (proses) yang tidak dilakukan oleh komputer.

4 Decision

Menunjukkan suatu kondisi tertentu yang akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban : ya / tidak.

5 Predefined

Process

Menyediakan penyediaan tempat penyimpanan suatu pengolahan untuk memberi harga awal.


(17)

xvi 7 Input / Output

Menyatakan proses input atau output tanpa bergantung jenis peralatannya.

8 Document

Mencetak keluaran dalam bentuk dokumen.


(18)

xvii

DAFTAR ISTILAH

No Istilah Penjelasan

1. Database Kumpulan dari data atau fakta suatu

organisasi secara terstruktur dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi pada sistem tertentu

2. Hardware Perangkat lunak dapat juga dikatakan

sebagai 'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras.

3. Input Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya : sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya.

9. Output Berupa produk/jasa (fisik dan /atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.

10. Software Program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai 'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras.


(19)

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi meningkat sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini hampir semua perusahaan telah memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut, tidak terkecuali pada industri perminyakan. Karena pada industri perminyakan memiliki berbagai permasalahan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan cara yang konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi informasi sebagai suatu solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Pada industri perminyakan, jaringan pipa merupakan salah satu

bagian penting dari industri tersebut. Pada jaringan pipa terdapat berbagai permasalahan yang dapat terjadi, salah satunya adalah korosi pada pipa. Jika pada suatu pipa telah mengalami korosi, maka dapat dipastikan pipa tersebut akan mengalami kebocoran. Sehingga pipa tersebut tidak dapat digunakan oleh sumur minyak untuk proses produksi. Dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 bahwa korosi merupakan salah satu hal yang sangat penting pada proses produksi minyak. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk perawatan pipa dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, sebab dari tahun ke tahun biayanya terus meningkat. Sedangkan produksi minyak terus menurun dari tahun ke tahun. Dan salah satu penyebabnya adalah korosi.


(21)

Tahun (dalam US$ / hari) Produksi Minyak (dalam US$ / tahun) Biaya Perawatan

2000 5,296,900 3,600,000

2001 5,172,650 3,840,000

2002 5,014,100 4,080,000

2003 4,935,000 4,320,000

2004 4,837,700 4,560,000

2005 4,643,800 4,800,000

2006 4,614,400 5,040,000

2007 4,439,400 5,280,000

2008 4,374,510 5,520,000

2009 4,138,680 5,760,000

Tabel 1.1. Data Produksi Minyak dan Biaya Perawatan (Sumber: http://lifting.migas.esdm.go.id) 5,296,900 5,172,650 5,014,100 4,935,000 4,837,700 4,643,800 4,614,400 4,439,400 4,374,510 4,138,680 3,600,000 3,840,000 4,080,000 4,320,000 4,560,000 4,800,000 5,040,000 5,280,000 5,520,000 5,760,000 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun (d al am U S $ )

Produksi Minyak (dalam US$ / hari) Biaya Perawatan (dalam US$ / tahun)

Gambar 1.1. Grafik Produksi Minyak dan Biaya Perawatan

PT. Wilson Walton Indonesia (WWI) adalah salah satu kontraktor sekaligus konsultan dibidang korosi. Melihat hal tersebut WWI mempunyai beberapa ide untuk dapat menanggulangi permasalahan korosi tersebut. Salah satunya adalah dengan menganalisa aktivitas atau tingkatan korosi yang sedang terjadi, analisa tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkatan


(22)

3

korosi pada pipa. Jadi kita dapat mengetahui pipa yang memerlukan tindakan pencegahan ataupun perawatan lebih. Untuk dapat melakukan analisa korosi tersebut dibutuhkan data-data mengenai suatu pipa. Data yang dibutuhkan berupa desain, konstruksi, keamanan dan perawatan pipa. Karena pada industri minyak dan gas dokumentasi mengenai aset pipa masih kurang terorganisasi dengan baik, apalagi jika pipa tersebut telah berumur.

Untuk menganalisa data-data diatas, sehingga didapat suatu hasil analisa korosi pada suatu pipa yaitu dengan menggunakan rumus-rumus yang terkait. Perhitungan rumus tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga timbul suatu kerumitan untuk melakukan perhitungan tersebut bila dilakukan dengan manual. Dengan adanya suatu kerumitan maka dibutuhkan suatu sistem yang tepat untuk dapat menanggulangi kerumitan tersebut.

Salah satu alternatif teknologi informasi yang penulis dan WWI pilih untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan membuat ”Sistem Informasi Monitoring Korosi Pipa Minyak Berbasis Web”. Sistem informasi yang dibuat dapat menganalisa aktivitas atau tingkatan korosi dari data yang ada beserta rekomendasi tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan dan juga dapat menyimpan dokumentasi aset pipa yang ada. Tujuan dari dibuatnya sistem informasi berbasis web adalah agar hasil analisa tersebut dapat dilihat dari mana saja, baik yang berada di jaringan pipa ataupun diluar jaringan pipa dengan catatan memiliki koneksi internet. Maksud dari dapat diakses dari luar jaringan pipa adalah agar kantor pusat


(23)

dapat melihat dan menentukan tindakan yang perlu dilakukan terhadap suatu jaringan pipa.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis

menyimpulkan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut adalah :

1. Bagaimana membuat sistem informasi yang bisa menganalisa aktivitas atau tingkatan korosi pada jaringan pipa ?

2. Menghasilkan sistem informasi yang dapat diakses dari mana saja oleh pengguna secara real time ?

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya akan dibatasi pada:

1. Pembuatan sistem informasi yang bertujuan sebagai database aset pada jaringan pipa.

2. Pembuatan sistem informasi yang bertujuan menganalisa dan memberi rekomendasi tentang tindakan yang perlu dilakukan yang berhubungan dengan aktivitas korosi pada jaringan pipa.

3. Pembuatan sistem informasi pada jaringan pipa PT. ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd (COPI) di Rawa Station, Sumatra Selatan.


(24)

5

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Dihasilkan suatu sistem yang dapat mengatasi permasalahan

dokumentasi aset pada jaringan pipa.

2. Sistem informasi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan tentang tindakan yang perlu dilakukan pada suatu jaringan pipa.

3. Sistem informasi yang dihasilkan dapat diakses dari mana saja, tidak terbatas oleh batasan ruang dan waktu.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan

b. Membandingkan teori-teori yang ada dengan permasalahan yang ada sebenarnya.

c. Menambah pengalaman, memperluas wawasan dan

mengembangkan potensi diri.

d. Sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi Universitas


(25)

b. Dapat menjadi sumbangan karya ilmiah dalam disiplin ilmu Teknologi Informasi.

c. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau acuan bagi peneliti lain yang berniat mengkaji permasalahan atau topik yang sama.

3. Bagi PT. Wilson Walton Indonesia

a. Dapat memberikan suatu solusi dalam hal dokumentasi aset pipa pada suatu jaringan pipa milik perusahaan klien.

b. Dapat membantu klien dalam penentuan tingkatan korosi dan juga dalam tindakan pencegahan yang perlu dilakukan pada suatu jaringan pipa, sehingga pengeluaran untuk biaya pemeliharaan dapat ditekan.

1.5. Metode Penelitian

Dalam rangka penulisan skripsi ini tahapan metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

1.5.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam pembahasan masalah skripsi ini adalah :

a. Studi Pustaka

Metode yang dilakukan dengan cara pengumpulan data secara teoritis sebagai bahan perbandingan dengan jalan mengadakan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai literature baik dari buku maupun internet.


(26)

7

b. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan mengajukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang bersangkutan di dalam penulisan skripsi ini (PT. Wilson Walton Indonesia).

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode System Development Life Cycle (SDLC), yang dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahapan perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem (conceptual design), penerapan dan penggunaan sistem dan pemeliharaan (maintenance).

1.6. Kerangka Berfikir

Dalam penulisan skripsi ini, kerangka berfikir yang penulis gunakan dapat dilihat pada Gambar 1.2 alur kerangka berfikir.

Gambar 1.2. Alur Kerangka Berfikir

10 Komponen Korosi (Lampiran 2)

Corrosion Risk Assesment (CRA)


(27)

1. Tahapan awalnya adalah dengan mengumpulkan data-data berupa 10 komponen korosi (Lampiran 2), data-data tersebut didapat dari hasil monitoring yang dilakukan oleh operator lapangan pada jaringan pipa. 2. Tahapan selanjutnya adalah memproses 10 komponen korosi tersebut

sehingga didapat suatu analisa korosi dengan menggunakan proses Corrosion Risk Assesment (CRA).

3. Dari hasil CRA tersebut didapat suatu kesimpulan tentang keadaan pipa, sehingga dari kesimpulan tersebut kita dapat mengambil suatu tindakan yang perlu dilakukan pada jaringan pipa tersebut.

1.6.1. Corrosion Risk Assesment (CRA)

Corrosion Risk adalah kemungkinan terjadinya korosi (PoF=Probability of Failure) dan akibat yang timbulkan oleh korosi (CoF=Consequence of Failure) bagi manusia, lingkungan maupun pipa. CRA adalah proses yang dapat membantu dalam mengenali akan kemungkinan dan tingkat akibat yang akan ditimbulkan dari korosi.

Hasil dari proses CRA adalah Corrosion Risk Ranking (CRR). CRR adalah tingkatan keadaan korosi pada suatu pipa, CRR ini dapat membantu dalam menentukan tindakan prioritas yang harus dilakukan pada inspeksi atau survey selanjutnya. Dan hasil inspeksi digunakan untuk memperbaharui status CRR. CRR juga membantu


(28)

9

Gambar 1.3. Alur CRA

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab pembahasan. Rincian pembahasan setiap bab yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penulisan, ruang lingkup masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Inspeksi Atau Survey

Corrosion Risk Assesment (CRA)

Data Korosi

Corrosion Risk Ranking (CRR)


(29)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori-teori tentang analisa dan perancangan sistem, serta teori-teori dan pustaka yang relevan dengan permasalahan dari penelitian yang dilakukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas metode yang digunakan penulis dalam melakukan pencarian data maupun pengembangan sistem yang dilakukan pada penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang perencanaan, perancangan, kontruksi, implementasi serta pengujian sistem yang dibangun, dengan mengacu pada model pengembangan sistem Sistem Development Life Cycle (SDLC).

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dibuat.


(30)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Korosi

2.1.1. Pengertian Korosi

“One general definition of corrosion is the degradation of a material through environmental interaction. This definition encompasses all materials, both naturally occuring and man-made and includes plastics, ceramics, and metals.”( A.W. Peabody, 2001:1)

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi).

Korosi atau karat adalah suatu zat yang berwarna merah kecoklatan yang berbentuk pada permukaan basi atau baja sebagai akibat adanya proses oksidasi. Besi (Fe) yang bersenyawa dengan oksigen akan membentuk besi oksidasi (FeO), kemudian besi oksida ini bersenyawa dengan air menjadi besi yang berkarat.

2.1.2. Penyebab Korosi

Korosi pada pipa disebabkan karena pipa berbahan logam, logam itu sendiri mudah sekali mengalami karat yang menyebabkan korosi pada


(31)

pipa. Korosi timbul disebabkan bahan logam bereaksi dengan lingkungan secara kimiawi sehingga meyebabkan karat.

1. Anoda: Fe(s) ® Fe2+ + 2e Katoda: 2 H+ + 2 e- ® H2 2 H2O + O2 + 4e- ® 4OH

-2. 2H+ + 2 H2O + O2 + 3 Fe ® 3 Fe2+ + 4 OH- + H2

Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadi korosi adalah sebagai berikut:

1. Kelembaban udara 2. Elektrolit

3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)

4. Adanya O2

5. Lapisan pada permukaan logam

6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

Secara garis besar penyebab korosi ada dua jenis yaitu: 1. Korosi Internal

Yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada

minyak bumi, sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan membentuk asam yang merupakan penyebab korosi.


(32)

13

2. Korosi Eksternal

Yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah.

2.1.3. Akibat Korosi

Korosi yang terjadi pada permukaan logam dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan karat (rust scale) dan lubang karat (rust hole). Keadaan ini akan menyebabkan kondisi logam menjadi lemah dan tidak berguna. Banyak installasi besi baja yang rusak karena peristiwa korosi ini, dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya.

Gambar 2.1 Rust Scale


(33)

2.1.4. Penanggulangan Korosi

Penyelidikan terhadap pencegahan korosi yang efektif terus menerus dilakukan oleh banyak pihak diantaranya :

1. National Association of Corrosion Engineers (NACE) 2. Federation of Sociates for Paint Technology

3. Steel Structure Painting Council (SSPC) 4. dan lain-lain

Berikut metode pencegahan korosi : 1. Protective Coating

Metoda pencegahan sederhana dan primitive kini sudah lama ditinggalkan, karena ternyata metoda tersebut tidak dapat mencegah korosi secara tuntas dan kerugian demi kerugian tetap saja terjadi, maka pada tahun 1930 di Australia ditemukan cara pencegahan korosi dengan menggunakan Inorganic Zinc Silicate Coating dan di Amerika ditemukan Organic Coating.

Kemudian pada tahun 1950 terjadi kerjasama serta perpaduan ke dua teknik tersebut. Hal ini ternyata memberikan dampak baru dalam upaya mencegah korosi.

Sejak itu telah banyak pula sistim dan produk baru yang dikembangkan dan diperkenalkan guna melindungi besi dan baja dari kerusakan yang merugikan itu.

Dengan berkembangnya metoda baru ini berkembang pula teknologi sandblasting atau abrasive blasting yaitu suatu cara membersihkan


(34)

15

permukaan besi atau baja dengan menggunakan pasir kwarsa yang mengandung kadar silica tinggi.

Pasir kwarsa ini disemprotkan dengan angina bertekanan tinggi dari sebuah kompresor, sehingga besi atau baja itu bersih dari karat dan tampak keputih-putihan (white metal). Dari penyelidikan dan pengalaman sandblasting merupakan faktor penting sekali yang harus dilakukan sebelum aplikasi coating, karena memberikan jaminan besi atau baja tersebut bebas dari serangan korosi untuk masa waktu tertentu.

Teknologi coating dan sandblasting init ternyata telah memberikan bukti yang dapat dipercaya dalam melindungi atau mencegah logam dari bahaya korosi sehingga kerugian lebih lanjut akibat korosi dapat dihindari. Bebas dari korosi berarti penghematan.

2. Cathodic Protection

Untuk melindungi logam terhadap bahaya korosi para ahli juga menemukan suatu metoda lain yang disebut Cathodic Protection (sistim perlindungan katodik). Cathodic protection bekerja dengan cara mengubah seluruh permukaan logam menjadi daerah katoda, yaitu dengan memberikan arus proteksi dari luar yang akan menekan atau menahan arus yang akan keluar dari permukaan logam yang menyebabkan korosi.

Arus proteksi dari luar ini terus menerus mengalir melalui elektrolit menuju permukaan logam yang hendak dilindungi. Arus dari luar ini menyebabkan timbulnya perubahan potensial pada permukaan logam tersebut (polarisasi).


(35)

Arus proteksi pada cathodic protection ini didapat dengan 2 (dua) cara :

a. Sacrificial Anode

Cara ini menggunakan suatu anoda tertentu yang dibuat dari logam lain, dipasang pada permukaan besi yang akan dilindungi dan berada didalam elektrolit yang sama. Anoda ini disebut anoda korban (sacrificial) dan umumnya terbuat dari logam Aluminium, Zinc atau Magnesium.

b. Impressed Current

Sistim ini menggunakan transformer rectifier sebagai sumber daya listrik dan anoda-anoda khusus. Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

Arus listrik AC diubah menjadi arus DC dan dialirkan melalui anoda di dalam elektrolit menuju besi yang akan dilindungi. Anoda dan besi yang akan dilindungi harus berada pada satu elektrolit yang sama.

Unsur penting dalam perlindungan katodik adalah kemampuan untuk memberikan suatu tingkat perlindungan. Tingkat perlindungan ini dapat diketahui dengan mengukur potensial permukaan tersebut.

Baja dalam elektrolit seperti air laut mempunyai potensial alamiah sebesar kurang lebih -0,6 V terhadap sel pembanding Cu/CuSO4. Angka ini mungkin lebih rendah (-0,5 V) bila baja terkorosi, atau lebih besar (-0,6 V) bila baja tersebut bersih dan diblasting. Korosi dapat dicegah dengan


(36)

17

mengubah potensial permukaan hingga mencapai -0,85 V atau lebih negatif dengan menggunakan perlindungan katodik.

2.1.5. Corrosion Risk Assesment (CRA)

Corrosion Risk Assesment (CRA) adalah probabilitas terjadinya karat dan konsekuensi yang ditimbulkan bagi pekerja maupun bagi jaringan pipa. Hasil dari CRA adalah suatu tingkatan resiko pada suatu jaringan pipa, baik itu akan berdampak pada pekerja maupun jaringan pipa tersebut akibat korosi. Hasil dari CRA juga dapat digunakan sebagai tingkatan prioritas dalam hal pemeliharaan dan pengawasan jaringan pipa.

Sebelum kegiatan CRA dilakukan, dibutuhkan semua data yang berhubungan dengan pipa. Data yang dibutuhkan tidak hanya data yang berhubungan dengan masalah teknik pada pipa, tetapi juga dibutuhkan proses data, data produksi, data korosi, data leak, data pigging, dan data keamanan pada pipa. Alur kerja CRA dari yang sederhana sampai dengan lebih rinci disusun dalam Gambar 2.3.a dan b sebagai berikut:

Tingkatan Resiko Karat Æ Tingkatan Resiko karat Pipa Æ Tingkatan Korosi Pipa

Gambar 2.3.a. Alur Kerja Umum CRA

Data Aset

(Lapangan & Kantor) - Teknik

- Produksi - Korosi - Pigging - Keamanan - Leak - Dan lain-lain

Probability of Failure (PoF)

Consequency of Failure (CoF)

Matrik Resiko Tingkatan ResikoPerhitungan Tingkatan Resiko


(37)

Dari Gambar 2.3.b diatas kita dapat melihat alur kerja CRA lebih rinci, proses awalnya yaitu dari proses pengumpulan data asset lapangan dan kantor. Data yang dikumpulkan berupa data dari segi teknik, produksi, korosi, pigging, keamanan, leak, dan lain-lain. Data-data tersebut kemudian dikelompokan menjadi dua kategori yaitu Probability of Failure (PoF) dan Consequency of Failure (CoF). Dari hasil pembagian dua kategori tersebut dibentuk menjadi suatu matrik, CoF sebagai sumbu x dan PoF sebagai sumbu y dapat dilihat pada Gambar 2.4.a dan Gambar 2.4.b. Dari matrik tersebut kita dapat gunakan sebagai perhitungan tingkatan resiko korosi pada suatu jaringan pipa. Hasil akhir dari proses CRA atau perhitungan tingkatan resiko adalah tingkatan resiko pipa untuk pipa yang terkorosi.

WWI mengusulkan beberapa hal yang menjadi parameter atau komponen PoF dan CoF dari produksi (hidrokarbon) cluster line, yaitu sebagai berikut:

PoF

a. Year of Service, persentasenya 20% b. Fluid characteristic, persentasenya 20%

c. Corrosion inhibitor treatment, persentasenya 10% d. Mechanical cleaning treatment, persentasenya 10% e. Coating atau wrapping treatment, persentasenya 10% f. CP treatment, persentasenya 10%


(38)

19

g. Number of Leaks, persentasenya 20 %

Penilaian terhadap parameter PoF terbagi menjadi 5 bagian yaitu dengan pembagian kategori resiko dari 1 sampai 5.

5 4 3 2 1

Gambar 2.4.a Pembagian Kategori Resiko PoF

CoF

a. Production loss, persentasenya 50% b. Reputation, persentasenya 15% c. Safety, persentasenya 15%

d. Environmental or community impact, persentasenya 20%

Penilaian terhadap parameter CoF juga terbagi menjadi 5 bagian yaitu dengan pembagian kategori resiko dari A sampai E

A B C D E


(39)

(40)

21

Dari Gambar 2.5. diatas dapat dilihat pembagian data korosi berdasarkan kategori PoF dan CoF berikut persentase komponennya dan besar bobot detail komponen tersebut.

Gambar 2.6. diatas adalah sebagai hasil yang akan didapat dari PoF dan CoF yaitu berupa matrik resiko.

2.2. Konsep Dasar Sistem Informasi

2.2.1. Pengertian Sistem

Secara sederhana sistem dapat didefinisikan sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hinga membentuk satu kesatuan. Akan tetapi, konsep umum sistem berikut ini memberikan konsep dasar yang lebih tepat untuk bidang sistem informasi. Dimana sistem diartikan sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. (Whitten,


(41)

2006:45). Elemen tersebut bisa berupa organisasi, orang atau benda yang melakukan suatu pekerjaan, dimana pekerjaan tersebut merupakan tujuan bersama dari masing-masing elemen.

Sebuah sistem memiliki karakteristik, yang mencirikan bahwa hal tersebut dikatakan sebagai suatu sistem. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah, sebagai berikut :

1. Komponen Sistem (Component)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen atau elemen yang saling berinteraksi, komponen atau elemen sistem dapat berupa subsistem atau bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem yang mempengaruhi proses dari sistem.

2. Batas Sistem (Boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luar. Batas suatu sistem menunjukkan lingkup (scope) dari sistem tersebut.

3. Lingkungan Luar (Environment)

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi dari sistem.

4. Penghubung (Interface)

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lain untuk dapat berinteraksi membentuk suatu kesatuan.


(42)

23

5. Masukan (Input)

Masukan sistem merupakan energi yang dimasukan ke dalam sistem yang berupa masukan perawatan (maintenance input) dan keluaran sinyal (signal output). Maintenance input adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal output adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.

6. Keluaran (Output)

Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.

7. Pengolahan (Process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran (Objective)

Suatu sistem harus mempunyai sasaran, karena sasaran sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan oleh sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.

2.2.2. Pengertian Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses sehingga menjadi lebih bermakna (McLeod, 2004:12). Informasi di bentuk dari data yang dengan penuh harapan mempunyai arti bagi penerimanya (Whitten, 2004:27). Informasi sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :


(43)

1. Informasi Strategis

Informasi Strategis merupakan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan jangka panjang.

2. Informasi Taktis

Informasi taktis merupakan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan jangka menengah.

3. Informasi Teknis

Informasi Teknis merupakan informasi yang dibutuhkan untuk keputusan sehari-hari

Sedangkan kualitas informasi bergantung pada tiga hal, yaitu (Jogiyanto, 2005:10) :

1. Akurat

Akurat berarti informasi harus bebas dari suatu kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.

2. Tepat pada waktunya

Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi merupakan landasan didalam mengambil keputusan.


(44)

25

3. Relevan

Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan lainnya berbeda.

Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang memiliki memiliki nlai tinggi. Dimana suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan biaya untuk mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai efektifnya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectiveness atau cost benefit. (Jogiyanto, 2005:10)

2.2.3. Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dari orang, data, proses dan teknologi informasi yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan keluaran informasi yang diperlukan untuk mendukung suatu organisasi. (Whitten, 2004:12). Sistem informasi dapat digolongkan menurut fungsinya, antara lain sebagai berikut:

1. Transaction Processing System (TPS), suatu sistem informasi yang memproses data tentang transaksi bisnis. Seperti pesanan (order), kartu catatan waktu, pembayaran, reservasi dan sebagainya. (Whitten, 2004:12).


(45)

2. Management Information System (MIS), suatu sistem informasi untuk menghasilkan laporan yang berorientasi pada manajemen yang berdasarkan pada proses transaksi dan operasi dari organisasi. (Whitten, 2004:12)

3. Decision Support System (DSS), suatu sistem informasi yang membantu mengidentifikasi pengambilan keputusan yang mungkin atau menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen. (Whitten, 2004:12)

4. Executive Information System (EIS), suatu sistem informasi yang mendukung perencanaan dan kebutuhan penilaian dari manajer eksekutif. (Whitten, 2004:12)

5. Expert System (ES), sistem informasi yang menangkap keahlian dari para pekerja lalu menirukan keahlian tersebut untuk dimanfaatkan oleh orang yang tidak ahli. (Whitten, 2004:12)

6. Communication and Collaburation System, suatu sistem informasi yang memberikan peluang komunikasi antara para pekerja, mitra dan pelanggan untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama. (Whitten, 2004:12)

7. Office Automation System, suatu sistem informasi yang mendukung cakupan luas dari aktifitas kantor yang disediakan untuk meningkatkan alur kerja karyawan dan membantu karyawan membuat dan membagi dokumen yang dapat mendukung aktifitas kantor sehari-hari. (Whitten, 2004:12).


(46)

27

2.3. Metode Pengembangan Sistem

Metodologi pengembangan sistem adalah suatu proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisis, merancang, mengimplementasikan dan memelihara sistem informasi. (Hoffer dkk, 1998).

Salah satu metodologi pengembangan sistem yang sering digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC). Metode ini merupakan suatu proses yang direkayasa untuk mengembangkan sistem dari tahap perencanaan sampai penerapan. Disebut sebagai Life Cycle atau siklus hidup karena sistem dapat diperbaharui sesuai dengan kebutuhan, aktivitas dari siklus hidup ini disebut tahapan (fase).

Adapun tahapan – tahapan dari SDLC adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Sistem (System Planning)

Tujuan dari tahap ini adalah membuat persiapan penelitian (preliminary investigation) atau yang disebut studi kelayakan (feasibility study).

2. Analisis Sistem (System Analysis)

Tahap ini bertujuan untuk memahami kebutuhan dari sistem, dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data.


(47)

a. Profil Tempat Penelitian

Profil tempat penelitian disini akan menguraikan tentang latar belakang, visi, misi, tujuan, struktur organisasi dari tempat penelitian ini dilakukan.

b. Analisis Sistem berjalan

Analisis sistem berjalan akan menguraikan sistem yang berjalan saat ini di tempat penelitian.

c. Analisis Sistem Usulan

Analisis sistem usulan akan menguraikan tentang sistem usulan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di tempat penelitian.

3. Perancangan Sistem (System Design)

Tahap ini bertujuan untuk membuat rincian rancangan sistem (System Design Specification), yaitu blue print dari sistem yang baru yang terdiri dari :

a. Perancangan proses yang meliputi Diagram Konteks, DFD Zero, DFD Level 1.

b. Perancangan basis data yang meliputi ERD, Normalisasi dan

kamus data.

c. Perancangan Input dan Output yang meliputi tampilan program. 4. Implementasi Sistem (System Implementation)


(48)

29

Tahap ini bertujuan untuk menulis kode program, menguji, mendokumentasikan program. Kemudian membuat evaluasi system untuk menentukan apakah sistem beroperasi secara tepat

5. Operasi dan Pemeliharaan Sistem

Tahap ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kerja system dengan memperbaiki kesalahan dan mengadaptasikan sistem dengan lingkungan.

2.4. Tools Analisis dan Desain Sistem Informasi

2.4.1. Flowchart

Flowchart dalam Bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai Diagram Alir. Dari dua kata ini, maka dapat kita bayangkan bahwa flowchart itu berbentuk diagram yang bentuknya dapat mengalirkan sesuatu

Dalam flowchart dilukiskan suatu aliran kegiatan dari awal hingga akhir mengenai suatu langkah-langkah dalam penyelesaian suatu masalah. Masalah tersebut bisa bermacam-macam, mulai dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks. Masalah yang kita pelajari tentu saja masalah pemrograman dengan menggunakan komputer, tetapi secara logika dapat kita awali dengan mengamati permasalahan dalam kehidupan sehari-hari kita.


(49)

2.4.2. Data Flow Diagram (DFD)

Menurut McLeod (2004) Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran grafis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk-bentuk simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir dari suatu proses yang saling berkaitan. Sedangkan menurut Whitten, Bentey dan Dittman (2006) DFD adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut.

Untuk memudahkan pembacaan DFD, maka penggambaran DFD disusun berdasarkan tingkatan atau level dari atas ke bawah, yaitu :

1. Diagram Konteks (Level 0)

Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup proses.

2. Diagram Zero (Level 1)

Merupakan diagram yang berada diantara Diagram konteks dan Diagram Detail serta menggambarkan proses utama dari DFD.

3. Diagram Detail (Primitif)

Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram Zero, diagram yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi.

Data Flow Diagram (DFD) sendiri memiliki empat komponen (Whitten 2004:326), yaitu :

1. Terminator (External entity) ;

Mendefinisikan orang, unit organisasi, sistem lain, atau organisasi lain yang berada di luar sistem tetapi berinteraksi dengan sistem.


(50)

31

Terminator diberi nama yang berhubungan dengan sistem tersebut dan biasanya menggunakan kata benda. Simbol ini menggambarkan asal dan tujuan dari data dan atau informasi.

2. Proses ;

Kerja yang dilakukan pada atau sebagai respon terhadap aliran data masuk/kondisi. Komponen proses menggambarkan transformasi input menjadi output. Penamaan proses disesuaikan dengan proses/kegiatan yang sedang dilakukan.

3. Alur data (garis berarah) ;

Digunakan untuk menerangkan perpindahan data/paket data dari satu bagian ke bagian lainnya. Alur data dapat berupa kata, pesan, formulir/informasi.

4. Data store ;

Menggambarkan tempat penyimpanan data (sementara) yang akan digunakan oleh proses-proses yang ada di dalam sistem. Komponen ini digunakan untuk membuat model sekumpulan paket data dan diberi nama dengan kata benda bersifat jamak. Data store dapat berupa file/database yang tersimpan dalam harddisk atau bersifat manual seperti buku alamat, file folder. (Whitten 2004:329-346)

2.4.3. Entity Relationship Diagra (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) digunakan untuk menggambarkan hubungan antara data store yang ada di dalam diagram


(51)

aliran data (Whitten, 2006 : 45). Komponen-komponen yang digunakan di dalam diagram hubungan data menurut McLeod (2004) antara lain :

1. Entitas, digambarkan dengan bentuk persegi panjang yang menyatakan obyek atau kejadian ;

2. Relasi, digambarkan dengan bentuk belah ketupat (diamond) yang menyatakan asosiasi antara dua entitas ;

3. Atribut, digambarkan dengan bentuk elips yang menunjukkan

karakteristik dari entitas atau sesuatu yang menjelaskan entitas atau hubungan ;

4. Garis, menghubungkan antara entity set dengan atribut-atributnya dan antara entity set dengan relationship setnya dan digambarkan oleh ; 5. Cardinality

Ada 3 dasar cardinality / hubungan yang terjadi, yaitu : a. Satu ke satu (one to one atau 1 : 1)

Derajat hubungan antar entitas 1 : 1 terjadi bila entitas A hanya boleh berpasangan dengan satu anggota dari entitas B. Demikian pula sebaliknya.

Gambar 2.7. Simbol 1 to 1

b. Satu ke banyak (one to many atau 1 : M) atau banyak ke satu (many to one atau M : 1)

Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Sebaliknya


(52)

33

setiap anggota entitas B hanya boleh berpasangan dengan satu anggota entitas A.

Gambar 2.8. Simbol 1 to M

c. Banyak ke banyak (Many to many atau M : N)

Terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Demikian pula sebaliknya.

Gambar 2.9. Simbol M to N

2.4.4. Basis Data

Menurut McLeod (2001, 258), “Basis data adalah suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan dan di simpan dengan suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali “.

Dua tujuan utama dari konsep Basis Data adalah meminimasikan pengulangan data dan mencapai independensi data. Pengulangan data (data redundancy) adalah duplikasi data--artinya, data yang sama disimpan dalam beberapa file. Independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data. Independensi dicapai dengan

1 M


(53)

menempatkan spesifikasi data dalam tabel dan kamus yang terpisah secara fisik dari program. Program mengacu pada table untuk mengakses data.

2.5. Perangkat Lunak dalam Perancangan Sistem

2.5.1. MySQL

MySQL merupakan software sistem manajemen database (Database Management System - DBMS) yang sangat popular dikalangan pemrogram web, terutama di lingkungan Linux dengan menggunakan script PHP dan Perl (Sidik, 2005).

MySQL adalah multi user database yang menggunakan bahasa Structure Query Language (SQL). MySQL dalam operasi client server melibatkan server diamone di sisi server dan berbagai program serta library yang berjalan disisi client. MySQL mampu untuk menangani data yang cukup besar.

SQL adalah bahasa standar yang digunakan untuk mengakses server database. bahasa ini pada awalnya dikembangkan oleh IBM, namun telah diadopsi dan digunakan sebagai standar industri. dengan menggunakan SQL, proses akses database menjadi userfriendly dibandingkan dengan menggunakan dbase atau clipper yang masih menggunakan perintah-perintah pemrograman.

2.5.1.1Database, tabel, baris, kolom

Dalam konteks bahasa SQL, pada umumnya informasi tersimpan dalam tabel-tabel yang secara logik merupakan struktur


(54)

35

dua dimensi yang terdiri atas baris-baris data yang berada dalam satu atau lebih kolom. Baris pada tabel sering disebut sebagai instance dari data, sedangkan kolom sering disebut sebagai attributes atau field. Keseluruhan tabel tersebut dihimpun dalam satu kesatuan yang disebut database.

2.5.1.2 Perintah-perintah SQL

Perintah SQL dibedakan menjadi: 1. DDL (Data Definition Language)

Merupakan kelompok perintah yang digunakan untuk melakukan pendefinisian database dan pendefinisian tabel. Dengan kelompok perintah dalam DDL ini maka kita dapat membuat tabel, mengubah strukturnya, menghapus tabel, membuat indeks untuk tabel, dan lain-lain yang bermuara pada pembentukan struktur database.

a. Membuat Database

Perintah :

CREATE DATABASE namadatabase;

Namadatabse diawali dengan menggunakan huruf, kemudian diikuti dengan kombinasi huruf dan karakter, sebaiknya tidak mengandung spasi dan tanda baca. Perintah ini digunakan pertama kali sebelum membuat tabel, view,


(55)

fungsi, prosedur atau pun komponen lain suatu database. Diberikan satu kali saja untuk sebuah database.

b. Membuat Tabel Perintah:

CREATE TABLE namatabel (

Field1 TipeData1 [ , Field2 TipeData2 [ , …] ] )

Namatabel diawali huruf, kemudian diikuti dengan kombinasi huruf dan angka, jangan menggunakan spasi atau tanda baca. Field1 adalah nama field yang kesatu, Field2 adalah nama field kedua, dan seterusnya, sejumlah field yang akan didefinisikan untuk suatu tabel. TipeData1 adalah tipe data dan jumlah digit (jika ada) untuk field yang kesatu, TipeData2 adalah tipe data dan jumlah digit (jika ada) untuk field yang kedua, dan seterusnya sejumlah field yang akan didefinisikan.

c. Menghapus Tabel Perintah:

DROP TABLE namatabel;

Namatabel adalah nama dari tabel yang akan dihapus secara fisik. Penghapusan ini menyebabkan struktur dan data yang dibuat akan hilang.


(56)

37

d. Menghapus Database

Perintah:

DROP DATABASE namadatabase

Namadatabase adalah nama dari database yang akan dihapus. Penghapusan database akan menyebabkan seluruh struktur dan data yang ada di dalamnya menjadi hilang. Hati-hati dalam memberikanperintah drop database ini, karena apabila telah dihapus tidak ada mekanisme yang memungkinkan kita mendapatkan kembali struktur dan data yang ada di dalam database tersebut.

2. DML (Data Manipulation Language)

Perintah (statement) SQL digunakan untuk melakukan manipulasi data dalam database, menambahkan (insert), mengubah (update), menghapus (delete), mengambil dan mencari data (query).

a. Insert Perintah:

INSERT INTO namatabel (field1 [ , field2 [ , ... ] ] ) VALUES (nilai1 [ , nilai2 [ , ... ] ] );

Namatabel adalah tabel yang akan diisi data. Field1, field2, ... adalah field-field (kolom) dari tabel yang akan diisi. Nilai1, nilai2, ... adalah data yang akan dimasukkan ke dalam tiap kolom yang disebutkan pada bagian field.


(57)

Penulisan nilai1, nilai2, ... disesuaikan dengan tipe datanya, jika tipe data merupakan kelompok tipe data karakter maka data harus diapit dengan menggunakan tanda petik.

b. Update Perintah:

UPDATE namatabel SET field1 = nilai1 [ , field2 = nilai2 [ , ...] ] [WHERE kondisi];

Namatabel adalah nama dari table yang akan diperbaiki datanya. Field1 adalah nama field dalam table yang akan diubah. Nilai1 adalah data yang akan dimasukkan ke dalam field1, field2 dan nilai2 adalah nama field dan datanya, dan seterusnya. Kondisi adalah keriteria data dalam tabel yang akan diperbaiki.

Perintah update digunakan untuk memperbaiki data dalam suatu record (baris) dalam suatu table. Perbaikan dapat dilakukan untuk satu record, beberapa, atau seluruh record. c. Delete

Perintah:

DELETE FROM namatabel [ WHERE kondisi ] ;

Namatabel adalah nama dari tabel yang akan dihapus datanya. Kondisi adalah kriteria data dalam tabel yang akan dihapus.


(58)

39

Perintah delete digunakan untuk melakukan penghapusan record dari suatu tabel yang memiliki kondisi yang dinyatakan dalam pernyataan kondisi.

d. Select Perintah:

SELECT ( * | field1 [ , field2 [ , ...] ] ) FROM namatabel [ WHERE kondisi]

Namatabel adalah nama dari tabel yang akan ditampilkan datanya. Field1, field2, … adalah nama field yang akan ditampilkan datanya. * digunakan untuk menampilkan seluruh field dari table. Kondisi adalah criteria data dalam table yang akan ditampilkan.

Perintah select digunakan untuk menampilkan isi dari suatu table. Bentuk perintah di atas adalah bentuk perintah select yang sederhana yang digunakan untuk menampilkan data dari suatu tabel saja. Perintah select ini dapat digunakan untuk menampilkan data dari berbagai tabel.

2.5.2. PHP

PHP merupakan script untuk pemrograman script web server-side, script yang membuat dokumen HTML secara on the fly, dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML yang dibuat dengan menggunakan editor teks atau editor HTML (Sidik, 2004).


(59)

Dengan menggunakan PHP maka maintenance suatu situs web menjadi lebih mudah. Proses update data dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang sibuat dengan menggunakan script PHP.

PHP/FI merupakan nama awal dari PHP. PHP – Personal Home Page, FI adalah Form Interface. Dibuat pertama kali oleh Rasmus Lerdoff. PHP, awalnya merupakan program CGI yang dikhususkan untuk menerima input melalui form yang ditampilkan dalam browser web.

2.5.2.1. Nama File

Nama file script PHP menggunakan ekstensi file .php sebagai standar. Ekstensi file .php bisa diubah karena tidakmenjadi keharusan, perubahan dapat dilakukan oleh administrator server – web master tempat server web yang akan digunakan untuk hosting script PHP yang kita punya. Sebaiknya kita menggunakan standar, untuk memudahkan kita melakukan pengelolaan file yang kita miliki.

Script PHP sebaiknya diberi nama sesuai maksud dan kegunaan dari script yang dibuat tersebut, sebaiknya diawali dengan huruf diikuti dengan kombinasi huruf dan angka, diikuti dengan ekstensi .php, contoh nama file yang dianjurkan seperti : bacafile.php, data_karyawan1.php, dan sebagainya.


(60)

41

2.5.2.2. Tag Awal dan Tag Akhir

Script PHP diawali dan diakhiri dengan menggunakan tag khusus. Ada 4 macam cara yang dapat digunakan untuk menuliskan script PHP di dalam suatu dokumen HTML.

1. Cara I

<? echo(“Script PHP”); ?> 2. Cara II

<?php echo(“Script PHP”); ?> 3. Cara III

<% echo(“Script PHP”); %> 4. Cara IV

<% =$namaVar; %>

Cara I merupakan cara yang lebih praktis, selalu mengasumsikan bahwa <? adalah awal dari script PHP. Pada cara II penulisan php digunakan untuk informasi bahwa berikutnya adalah script PHP. Cara III dan cara IV menggunakan gaya Active Server Pages (ASP). ASP adalah teknik pemrograman web dengan bahasa script VBScript, merupakan produk yang dikembangkan oleh Microsoft, merupakan default piranti pengembangan web untuk produk Microsoft (IIS). Cara III dan IV dapat dilakukan oleh PHP apabila nilai asp_tags pada php.ini diberi nilai On bukan Off.


(61)

2.5.2.3. Komentar

Komentar yang dimaksud dalam script PHP adalah bagian script PHP yang tidak akan dieksekusi, karena merupakan catatan terhadap fungsi dari script atau menjelaskan maksud dari sebagian script yang dituliskan. Ada tiga macam penulisan komentar dalam PHP:

1. /* komentar */ cara penulisan komentar dari bahasa

pemrograman C

2. // komentar cara penulisan komentar dari bahasa

pemrograman C++

3. # komentar cara penulisan komentar dari pemrograman script shell Bourne di Unix/Linux

2.5.2.4. Skrip PHP

Ada 3 cara untuk menuliskan skrip PHP, yaitu: 1. <?

Script PHP anda ?>

2. <?php

Script PHP anda ?>

3. <script language = “php”> Script PHP anda


(62)

43

</script>

Skrip PHP berkdudukan sebagai tag dalam bahasa HTML. Sebagaimana diketahui, HTML (Hypertext Markup Language) adalah bahasa standar untuk membuat

halaman-halaman web. Sebagai contoh, berikut adalah kode HTML

(disimpan dengan ekstensi .htm atau .html)

2.5.2.5. Case Sensitive

Script PHP menerapkan aturan case sensitive yakni adanya perbedaan penulisan antara huruf besar dengan huruf kecil. Setiap penulisan di dalam script harus mengikuti aturan penulisan yang telah ditentukan, case sensitive dikenakan terutama untuk nama-nama variabel.


(63)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian dan untuk membangun aplikasi ini adalah perangkat keras dan lunak. Berikut ini merupakan spesifikasi dari alat yang digunakan :

1. Perangkat Keras

a. Personal Computer, dengan spesifikasi :

o Processor Intel Pentium D CPU 2.80 GHz o Harddisk 80 GB

o Memory DDR2 2 GB

o LAN Card

o DVD – RW

o Keyboard dan Mouse

b. Printer Kyocera

2. Perangkat Lunak

a. Windows XP Service Pack 2 b. Macromedia Dreamweaver

c. XAMPP


(64)

45

3.1.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini :

Tabel 3.1. Daftar Bahan Penelitian

No Bahan Sumber

1. Drawing PDF as-built. PT. Conoco Phillips Indonesia (COPI)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam pembuatan aplikasi analisis data monitoring korosi pipa penulis melakukan penelitian ke salah satu kontraktor dari PT. Conoco Phillips Indonesia (COPI), yaitu PT. Wilson Walton Indonesia yang berkaitan untuk pengumpulan dan observasi data-data. Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian dalam pengembangan analisis data monitoring korosi pipa: 1. PT. Wilson Walton Indonesia (WWI)

Waktu penelitian : Maret 2009 – Agustus 2009

Alamat : Jl. Raya Tanjung Barat No. 155 Jakarta

Selatan 12530, Indonesia, Telp : (021) 781 6411, Fax : (021) 781 6433


(65)

3.3. Gambaran Umum Perusahaan

Lokasi penelitian skripsi ini, penulis mengadakan penelitian pada PT. WILSON WALTON INDONESIA berada di Gedung sendiri yang beralamat di Jalan Raya Tanjung Barat No. 155 Jakarta Selatan 12350 Indonesia.

3.3.1. Sejarah dan Perkembangannya

PT. Wilson Walton Indonesia didirikan pada tahun 1994 sebagai bagian dari Corrpro Companies Inc., yang merupakan perusahaan internasional yang berkantor pusat di Amerika Serikat di bidang engineering, jasa dan konsultasi korosi di berbagai macam lingkungan.

Pada tahun 2003, PT. Wilson Walton Indonesia, menjadi perusahaan independen yang berkomitmen untuk melayani area Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dengan dukungan penuh dari Corrpro Companies Inc.

PT. Wilson Walton Indonesia, juga merupakan agen tunggal dari Rohrback Cosasco System (RCS), perusahaan terkemuka dalam bidang Corrosion Monitoring, Specialty Polymer Coating (SPC), produsen coating yang terbuat dari 100% solid, perusahaan yang bergerak di bidang Intelligent Pigging. PT. Wilson Walton Indonesia mempunyai keahlian di bidang, diantaranya:

a. Corrosion engineering dan Control b. Sistem Proteksi Katodik


(66)

47

d. Specialty Coating dan Coating Assessment e. Intelligent Pigging dan Inline Inspection f. Pipeline Integrity Management Services

Saat ini untuk mendukung kegiatan operasionalnya, PT. Wilson Walton Indonesia, memiliki dua kantor cabang yang berlokasi di Balikpapan dan Pekanbaru.

PT. Wilson Walton Indonesia percaya bahwa kepuasan pelanggan dapat dicapai pada semua tingkatan dengan meyakinkan seluruh tahapan dari desain sampai realisasi jasa berjalan sesuai prosedur. Pelayanan ini disempurnakan melalui perekayasaan dan penelitian yang berkesinambungan, mutu yang terjaga baik, manajemen keselamatan serta jangkauan produk dan jasa yang luas, dimana semuanya ini terarah pada pemeliharaan sumber-sumber energi dunia, infrastruktur dan lingkungan.

Dengan sudah menerapkan Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ini, PT. Wilson Walton Indonesia telah menyediakan kerangka kerja pengelolaan mutu yang jauh lebih baik sehingga mampu menyempurnakan praktek pengelolaan mutu yang sudah ada selama ini, seiring dengan tuntutan terhadap pemenuhan persyaratan standar yang jauh melebihi dari persyaratan sebelumnya. Selain itu, sertifikasi ISO 9001:2008 yang telah memberikan pengakuan Internasional bagi PT. Wilson Walton Indonesia.

Bagi PT. Wilson Walton Indonesia, ISO 9001:2008 merupakan cara terbaik untuk mengukur keseriusan perusahaan dalam usaha


(67)

berkelanjutan untuk meningkatkan mutu produk, efektivitas dan efisiensi dari segala aspek serta, peningkatan motivasi kerja karyawan serta mendorong mereka agar lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, mengutamakan mutu produk dan jasa, disiplin kerja dan dokumentasi hasil kerja yang lebih konsisten.

3.3.2. Visi, Misi, Kebijakan dan Sasaran Mutu

Sebagai salah satu wujud komitmen PT. Wilson Walton Indonesia dalam berupaya memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan berkelanjutan, maka manajemen PT. Wilson Walton Indonesia mempunyai Visi, Misi dan menetapkan Kebijakan Mutu sebagai kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau Sasaran Mutu, yang dikomunikasikan dalam organisasi untuk dipahami dan dilaksanakan serta ditinjau secara terus-menerus agar senantiasa sesuai dengan perkembangan jaman.

a. Visi

PT. Wilson Walton Indonesia

Menjadi Mitra terbaik bagi perusahaan minyak & gas, pertambangan, pembangkit listrik dan infrastruktur dalam bidang korosi dan pipeline integrity di Indonesia dan regional dengan menitik beratkan pada profesionalisme, ketepatan waktu, standardisasi mutu dan kepuasan pelanggan


(68)

49

b. Misi

PT. Wilson Walton Indonesia

Memberikan jasa pelayanan dengan Komitmen, Kepercayaan dan menunjukkan hasil yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

3.3.3. Struktur Organisasi

Pengorganisasian adalah masalah yang sangat diutamakan dalam suatu perusahaan, karena didalam organisasi itu terdapat dengan jelas fungsi dan tanggung jawab dari setiap bagian. Jika setiap bagian tersebut berfungsi sesuai dengan tugas yang dibebankan, maka kegiatan perusahaan akan berjalan dengan baik dan akan terlihat juga perkembangan perusahaan dalam mencapai mengoperasikan suatu kegiatan, langkah pertama yang dilakukan oleh seorang pimpinan adalah menetapkan pekerjaan apa yang harus dikerjakan oleh para pegawai agar dapat merealisakan apa yang menjadi tujuan perusahaan. Pekerjaan ini harus dibagi-bagi menjadi tugas-tugas kecil agar dikerjakan oleh penerima tugas-tugas, dan tugas-tugas ini harus ditetapkan dengan jelas kepada siapa tugas ini diserahkan apa yang menjadi kewajibannya dan kepada siapa sipenerima tugas ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya. Pembagian tugas ini sangat perlu dalam suatu organisasi dalam suatu organisasi agar tidak terjadi tumpang tindih, melainkan agar jelas yang harus dikerjakan dengan wewenang yang mereka pilih dan miliki.


(69)

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Wilson Walton Indonesia President Director

Marketing &

Commercial Director Operation Director Chief Financial

Officer Branch Offices Balikpapan Pekanbaru Sales Coordinator Account Manager Management

Representative Operation Manager Finance & Accounting

Manager

Accounting & Tax

Procurement Logistic & Warehouse

Office, GA, HRD

Cost Control

Finance & Cashier Assistant

Operation Manager

Engineering Department

Lead Engineer

Corrosion / CP Engineer

Corrosion / CP Technician Project Department PIC / Project Leader Engineer Technician PIC / Project Leader Engineer Technician PIC / Project Engineer Technician PIC / Project Engineer Technician

Admin & IT

Expeditor

IT


(70)

51

3.4. Tahapan Penelitian

Pada gambar 3.2. dibawah ini merupakan gambar tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis :

Gambar 3.2. Tahapan Penelitian

3.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka menyusun skripsi ini dilakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan data-data atau bahan materi yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

3.5.1. Studi Pustaka

Dalam metode ini dilakukan pencarian buku-buku maupun website yang membahas tentang analisa aktivitas atau tingkatan

Analisis Analisa Sistem yang Sedang Berjalan Bagan Alir Sistem yang Sedang Berjalan Analisa Kebutuhan Sistem yang Sedang Berjalan Alternatif Pemecahan Masalah Perancangan Data Flow Diagram (DFD) Desain Kamus Data Normalisasi Desain Basis Data Desain Struktur Menu Sistem Informasi ERD (Entity Relationalshi p Diagram) Mulai Identifikasi Kebutuhan (User Need Assisment) Perencanaan Identifikasi Masalah Tujuan Pengembangan Sistem Implementasi Pemeliharaan Sarana Pendukung Aplikasi Implementasi Sistem Pemeliharaan Sistem Selesai 1 1 2 2 3 3 4 4


(71)

korosi pada jaringan pipa diantaranya adalah buku berjudul “Pipeline Risk Management Manual” karangan W. Kent Muhlbauer, “Peabody's Control of Pipeline Corrosion” karangan A. W. Peabody dan juga standar-standar yang mengatur tentang korosi seperti ASM Metal Handbook, ASME dan NACE Standard. Untuk pembuatan aplikasi berbasis web penulis menggunakan referensi buku berjudul “Pemrograman Web dengan PHP”, “MySQL untuk Pengguna , Administrator, & Pengembang Aplikasi Web” karangan Betha Sidik. Buku-buku, literature, dan situs-situs yang penulis gunakan sebagai referensi dapat dilihat pada daftar pustaka.

3.5.2. Wawancara

Dalam tahapan ini penulis melakukan wawancara dengan Manager Operation, Field Engineer spesialis internal, Field Engineer spesialis eksternal dan Field Engineer spesialis pipeline integrity PT. Wilson Walton Indonesia (WWI), pada hari Selasa 10 Maret 2009. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi apa yang menjadi kebutuhan user untuk aplikasi yang akan dibangun nantinya. Dari wawancara tersebut juga didapatkan informasi mengenai sistem yang sedang berjalan, kelemahan sistem yang sedang berjalan dan sistem yang harus dirancang. Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa analisa aktivitas korosi ini akan di gunakan sebagai bahan pertimbangan, tentang tindakan yang perlu


(72)

53

dilakukan pada jaringan pipa. Adapun daftar pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara ini dapat dilihat pada Lampiran A.

3.6. Metode Pengembangan Sistem

Metodologi yang digunakan untuk membangun sistem ini adalah konsep siklus hidup pengembangan sistem atau System Development Life Cycle (SDLC) yang dikembangkan oleh Hosier (Prahasta, 2005: 223). Gambar 3.2 merupakan gambaran tahapan-tahapan dalam SDLC yaitu: Perencanaan Sistem, Analisis Sistem, Perancangan Sistem, Implementasi dan Pemeliharaan.

Gambar 3.3. Tahapan Pengembangan Metode SDLC

3.6.1. Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap awal yang bertujuan mencari permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang

Perencanaan

Analisis

Pemeliharaan Implementasi


(73)

berjalan serta merumuskan tujuan dibuatnya “Sistem Informasi Monitoring Korosi Pipa Minyak Berbasis Web”.

Pada tahapan ini penulis melakukan penelitian awal untuk mengidentifikasi masalah awal yang ada pada sistem yang ada kemudian menentukan faktor penyebabnya, selain itu penulis mengidentifikasi kebutuhan pengguna terhadap sistem yang akan dibuat.

3.6.2. Analisis

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis sistem yang berjalan untuk kemudian menyimpulkan permasalahan yang terjadi khususnya dalam prosedur pengumpulan data kemudian proses analisa data tersebut, hingga menghasilkan suatu laporan berupa tingkatan korosi pada suatu jaringan pipa. Tahap ini merupakan dasar bagi perancangan sistem yang baru sehingga menghasilkan pengolahan data dan laporan yang lebih baik.

Kegiatan analisis kebutuhan dan kondisi meliputi :

1. Gambaran Umum daerah penelitian

Tujuannya adalah memberikan gambaran tentang kondisi jaringan pipa COPI, yang bermanfaat sebagai informasi dalam melakukan perawatan pipa.


(74)

55

2. Diagram Alir Data Sistem yang berjalan pada COPI

Tujuannya adalah untuk mengetahui prosedur pengolahan data jaringan pipa yang sedang berjalan sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem yang ada.

3. Usulan Pemecahan Masalah

Memberikan usulan pemecahan masalah pada COPI dalam meningkatkan efektivitas penyimpanan dan pengolahan data pipa dengan membuat usulan sistem baru yang berbasis web, yang mampu memberikan informasi tingkatan korosi pada jaringan pipa COPI.

3.6.3. Perancangan

Pada tahap ini, kebutuhan-kebutuhan atau spesifikasi perangkat lunak yang dihasilkan pada tahap analisis ditransformasikan. Tahap perancangan ini biasanya dilakukan dalam dua tahap yang lebih rinci, desain utama dan detail desain. Bagian-tahap yang pertama menghasilkan rancangan yang bersifat global, sedangkan bagian-tahap yang kedua menghasilkan rancangan detail hingga semua modul, tipe (struktur) data, fungsi & prosedurnya (baik metode yang berfungsi sebagai interface maupun yang terdapat didalam setiap modul terdefinisi).

Tahap perancangan adalah tahapan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dalam tahap ini digunakan


(75)

beberapa tools (alat) untuk membuat rancangan sistem, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Perancangan Proses

Dalam melakukan perancangan sistem, penulis menggunakan alat Data Flow Diagram (DFD) untuk menggambarkan suatu sistem yang diusulkan berikut kamus datanya (Data Dictionary) untuk menjelaskan data yang ada pada DFD. b. Perancangan Basis Data

Setelah perancangan sistem dilakukan kemudian penulis merancang basis datanya dengan menggunakan alat bantu Entity Relationship Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan antar entitas yang ada pada DFD. Untuk mengefisienkan dan mengefektifkan serta menghindari data yang sama, dalam basis data penulis juga melakukan normalisasi.

c. Perancangan Struktur Menu Aplikasi

Perancangan Struktur Menu Aplikasi bertujuan untuk menentukan menu-menu yang diperlukan pada aplikasi yang akan dikembangkan.

d. Perancangan Antarmuka Aplikasi

Perancangan antarmuka aplikasi bertujuan untuk menemukan bentuk yang optimal dari tampilan aplikasi, sehingga dapat mempermudah pengguna dalam berkomunikasi dengan sistem.


(76)

57

3.6.4. Implementasi

Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari desain aplikasi sistem, yaitu menterjemahkan desain aplikasi sistem ke dalam bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer (coding). Dalam tahapan ini dijelaskan secara detail penggunaan sistem dari proses memperbaharui informasi data hasil monitoring korosi pipa hingga proses kondisi tingkatan korosi pada suatu jaringan pipa.

Selain itu pada tahapan ini dilakukan pengujian aplikasi oleh pengguna yaitu operator lapangan dan field engineer. Pengujian terlebih dahulu dilakukan pada setiap modul. Jika setiap modul selesai diuji dan tidak bermasalah, modul-modul tersebut segera diintegrasikan (dan dikompilasi) hingga membentuk suatu perangkat lunak yang memfokuskan pada masalah-masalah logika internal, fungsi eksternal, potensi masalah yang mungkin terjadi, dan pemeriksaan hasil (apakah sudah sesuai dengan permintaan).

3.6.5. Pemeliharaan

Tahapan ini merupakan tahapan akhir jika sistem yang telah dibuat telah diimplementasikan dengan baik. Untuk itu sistem yang ada harus benar-benar diimplementasikan dengan baik, agar pengguna yang akan menggunakan dalam hal ini COPI, dapat mempergunakan sistem dengan baik.


(77)

Tahap ini ditandai oleh penyerahan (delivery) perangkat lunak kepada pemesannya yang kemudian dioperasikan oleh pengguna. Dalam masa operasional sehari-hari, suatu perangkat lunak mungkin saja mengalami kesalahan atau kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsinya (errors atau bugs). Atau, pengguna bisa saja meminta peningkatan kemampuan (jumlah atau kualitas) perangkat lunak pada pengembangannya. Dengan demikian, kedua faktor ini menyebabkan perlunya perangkat lunak dipelihara (di-maintain) dari waktu-ke-waktu.


(78)

59 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perencanaan Sistem

4.1.1. Identifikasi Kebutuhan (User Need Assisment)

Mengidentifikasikan kebutuhan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap perencanaan sistem. Kebutuhan itu dapat juga diartikan sebagai suatu keinginan atau suatu hal. Untuk itu dibuat suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan informasi aset pipa dan keadaan resiko pipa. Dari hasil penelitian dan melakukan wawancara ke PT. Wilson Walton Indonesia dengan Bapak Teddy Firmansyah. selaku Manager Operation, Bapak Wahyudi Wibawa selaku Field Engineer spesialis eksternal, Bapak Bashari Rozardi selaku Field Engineer spesialis pipeline integrity dan Bapak Paul Indrawan Syukur selaku Field Engineer spesialis internal diperoleh berbagai kebutuhan yang diharapkan oleh COPI, antara lain:

1. Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan

informasi aset pipa.

2. Kebutuhan sistem informasi yang dapat menganalisa data hasil monitoring korosi.


(79)

3. Kebutuhan sistem informasi yang dapat diakses dari mana saja tidak terbatas ruang dan waktu. (Hasil Wawancara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran A).

4.1.2. Identifikasi Masalah

Adapun permasalahan yang terjadi dalam sistem yang sedang berjalan antara lain :

1. Data hasil monitoring korosi pipa hanya berbentuk lembaran-lembaran kertas, tidak adanya media penyimpanan alternatif. 2. Sistem yang diterapkan masih kurang efektif, karena setelah

proses pengumpulan data monitoring korosi. Data tersebut masih harus diproses oleh seorang Field Engineer (FE), sehingga di dapat hasil analisa. Pada proses penganalisaan data, masing-masing FE memiliki cara-cara sendiri untuk menganalisa data tersebut. Hal tersebut terjadi karena belum ada bentuk standar untuk proses penganalisaan data hasil monitoring korosi pipa.

3. Hasil analisa monitoring korosi pipa kemudian dikirim ke

kantor pusat untuk dilaporkan ke General Manager (GM) menggunakan email oleh masing-masing FE. Hal tersebut kurang efektif, karena GM harus menunggu FE mengirim email hasil analisa tersebut dan melihat hasil analisa tersebut pada email GM.


(80)

61

4.1.3. Tujuan Pengembangan Sistem

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada di atas maka dapat dirumuskan tujuan dari pengembangan Sistem Informasi Monitoring Korosi Pipa Minyak Berbasis Web ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai media penyimpanan alternatif yang mampu memberikan informasi mengenai aset pipa minyak.

2. Dapat digunakan sebagai bentuk standar untuk proses data

hasil monitoring korosi pipa minyak..

3. Dapat digunakan sebagai sistem informasi aset pipa minyak berikut kondisi korosi pipa minyak, yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja dengan bantuan internet.

4.2. Analisa Sistem

4.2.1. Analisa Sistem yang Sedang Berjalan

Data hasil monitoring korosi pada pipa masih belum terorganisir dengan baik dan proses penganalisaan data belum ada bentuk baku. Masih belum terorganisir dengan baik, itu dikarenakan data tersebut belum tersusun dengan rapih dan data tersebut hanya ada dalam bentuk lembaran-lembaran kertas. Proses penganalisaan data belum ada bentuk baku, itu dikarenakan untuk memproses analisa data korosi masing-masing Field Engineer masih belum memiliki standar tentang proses analisa data korosi.


(1)

Nominal WT (Wall Thickness)

Remaining Life

Actual MAOP

mawt = (OpPress * Pipe Size)

(2 * SMYS * Design Factor) + OpPress remainingLife = (WTRemaining – mawt) * 1000

CorrRate

Jika PSV Setting (psi) < Flange Rating (psi), maka Actual MAOP = PSV Setting (psi)

Dan jika PSV Setting > Flange Rating (psi) atau PSV Setting (psi) kosong maka Actual MAOP = Flange Rating (psi)

Pipe Size Schedule Nominal WT 2 40 80 0.154 0.218 2.5 40 80 0.203 0.276 3 40 80 0.216 0.3 3.5 40 80 0.226 0.318 4 40 80 0.237 0.337 5 40 80 0.258 0.375 6 40 80 0.28 0.432 8 40 80 0.322 0.5 10 40 80 0.365 0.593 12 40 80 0.406 0.687


(2)

Calculated MAOP

b. Internal Corrosion Monitoring Device

Data internal corrosion monitoring device adalah data laju korosi yang di dapat dengan menggunakan beberapa alat yang ditempatkan di dalam pipa. Alat-alat yang digunakan adalah coupon dan probe, data-data yang dipergunakan adalah fitting size, access fitting type, fitting manufacture, condition, coupon type, holder length, installation date coupon, retrieving date, probe type, probe element, probe length, probe span, probe ID, installation date probe, coupon ID A, initial weight coupon A, final weight coupon A, color coupon A, coupon ID B, initial weight coupon B, final weight coupon B, color coupon B,. Dari data-data tersebut di dapat coupon surface area, density, corrosion rate.

Jika A < = 4 , maka


(3)

Coupon Surface Area dan Density

Corrosion Rate

c. Water Sampling

Data water sampling adalah data yang didapat dari keadaan air disekitar pipa minyak. Data-data yang didapat dari water sampling sebagai berikut temperature, pH, sand, H2S, CO2 dissolved, SRB, Mn, residual amine, residual phosphate, residual sulfit, alkalinity, CL-, sulfate, O2 dissolved, iron count.

d. Chemical Treatment

Data chemical treatment adalah data chemical treatment yang digunakan pada suatu pipa minyak. Data-data chemical treatment diantaranya chemical treatment type, condition, nos, access fitting type, device manufacture, injection tube, operation

Jika (Final Weight Coupon A - Initial weight Coupon A) > (Final Weight Coupon B - Initial weight Coupon B) , maka

Δ Weight = Final Weight Coupon A - Initial Weight Coupon A Jika Tidak

Δ Weight = Final Weight Coupon B - Initial Weight Coupon B

Δ Date = (Retrieving Date Coupon - Instalation Date Coupon) ( day ) Corr.Rate = Δ Weight * 22300 .

Δ Date * Density * Coupon Surface Area Jika coupon type = Strip Coupon 1 Inch maka

Coupon Surface Area = 3.4 Density = 7.85

Dan jika coupon type = Strip Coupon 2 Inch maka Coupon Surface Area = 5.2

Density = 7.85

Dan jika coupon type = Flush Disc Coupon maka Coupon Surface Area = 2.5


(4)

condition, treatment method, brand, injection rate, dan recommendation injection rate.

e. Scaling Tendency

Data scaling tendency adalah data scaling tendency yang digunakan pada suatu pipa minyak. Data-data scaling tendency diantaranya access fitting size, access fitting type, fitting manufacture, condition, plug manufacture, coupon type, holder length, installation date, retrieving date, scale index, dan scale growth. Dari data-data tersebut didapat tendency.

Tendency

f. External Corrosion Protection

External corrosion protection adalah sistem perlindungan korosi dari luar pipa minyak. Data-data external corrosion protection diantaranya type cathodic protection, anode weight, anode type, nos anode, year installed, design life, current output, test point nos, insulation flange, highest pipe to soil potential, lowest pipe to soil potential, lowest soil resistivity, dari data-data tersebut didapat soil corrosiveness category.

Jika 0 < Scale Index < 1 maka Tendency = Possible Dan jika Scale Index >= 1 maka

Tendency = Severe Dan jika Scale Index <= 0 maka


(5)

Soil Corrosiveness Category

g. Corrosion Risk Data

Corrosion risk data adalah data-data yang menggambarkan resiko yang dapat ditimbulkan akibat korosi baik bagi lingkungan ataupun manusia. Data-data tersebut diantaranya contingency line, community / environment impact if pipeline leaking, population density, no of leak, date, remedial action, location.

h. Corrosion Rate

Corrosion rate adalah data-data yang memperlihatkan tingkatan korosi pada suatu pipa minyak. Data-data yang digunakan diantaranya retrieving date coupon, corrosion rate coupon, interrogated date probe, corrosion rate probe, date previous wall thickness (wt) inspection, previous wt remaining, defect length max, date current inspection, current wt remaining, current corrosion rate. Dari data-data corrosion rate ini di dapat Wall Thickness (WT) Lost.

WT Lost

Jika Lowest Soil Resistivity < 500 (ohm cm) maka Soil Corrosivenes Category = Very Corrosive

Dan Jika 500 (ohm cm) <= Lowest Soil Resistivity < 1000 (ohm cm) Soil Corrosivenes Category = Corrosive

Dan Jika 1000 (ohm cm) <= Lowest Soil Resistivity < 2000 (ohm cm) Soil Corrosivenes Category = Moderately Corrosive

Dan Jika 2000 (ohm cm) <= Lowest Soil Resistivity < 10000 (ohm cm) Soil Corrosivenes Category = Midly Corrosive

Dan Jika Lowest Soil Resistivity >= 10000 (ohm cm) Soil Corrosivenes Category = Negligible


(6)

i. Pigging Facility

Pigging facility adalah desain fasilitas pigging yang digunakan pada pipa minyak. Pigging digunakan untuk membersihkan bagian dalam pipa dari kotoran-kotoran ataupun material-material yang terbawa pada saat minyak mengalir pada pipa tersebut. Data-data yang terdapat pada pigging facility diantaranya barrel length launcher, nominal length launcher, reducer length launcher, bridle to door launcher, valve body width launcher, access length launcher, access width launcher, barrel OD launcher, barrel ID launcher, barrel t launcher, nominal t launcher, barrel OD launcher, barrel length receiver, nominal length receiver, reducer length receiver, bridle to door receiver, valve body width receiver, access length receiver, access width receiver, barrel OD receiver, barrel ID receiver, barrel t receiver, nominal t receiver, barrel OD receiver, pigging type, out come.

j. Pipe Condition

Pipe condition adalah data yang didapat dari pengamatan pada kondisi pipa. Data-data pipe condition diantaranya original gathering line placement, location, KM, anomaly length, pipe anomaly, type coating, condition coating.