Daisy Mia Arifin, 2014 Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB III Metode Penelitian
A. Lokasi dan Populasi dan Sampel
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekitar beberapa sekolah di Bandung, yakni:
1 SMA Negeri X1, Jln. Kbr Bandung
2 SMA Negeri X2, Jln. Psrklk Bandung
3 SMA Negeri X3, Jln. Mds Bandung
4 SMA Swasta X4, Jln. Blgde Bandung
5 SMA Swasta X5, Jln. Psrkj Bandung, dan
6 SMA Swasta X6, Jln. Mlbr Bandung.
Alasan pemilihan sekolah tersebut didasarkan pada beberapa variasi mulai dari lingkungan, kluster, dan tipe sekolahnya yakni sekolah
negeri dan swasta.
2. Populasi Penelitian
Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan
universum dari objek penelitian Noor, 2013:147. Menurut Furchan 2005, populasi dirumuskan
sebagai “semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas” atau kelompok
lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi Taniredja, 2012: 33. Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah siswa-siswi remaja
akhir usia 16-18 tahun yang berada dalam jenjang pendidikan SMA di Kota Bandung.
3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian
Daisy Mia Arifin, 2014 Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sampel dapat diartikan sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto, 1996:117. Ali 1985 menyebutkan, bahwa sampel penelitian
adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang
Daisy Mia Arifin, 2014 Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu Taniredja, 2012:34.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan quota sampling. Quota sampling adalah teknik mengumpulkan
data dengan cara menghubungi subjek penelitian yang dapat memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi Taniredja, 2012; 38. Pada teknik ini juga,
sampel diambil dengan memberikan jatah atau quota tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada setiap unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. Adapun sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
siswa SMA yang bersekolah di SMA Negeri A Bandung, SMA Negeri B Bandung, SMA Negeri C, SMA Swasta D, SMA Swasta E, dan SMA
Swasta F. Alasan peneliti memilih sekolah di atas karena sekolah tersebut bervariasi mulai dari lingkungan dan kategori sekolahnya sekolah negeri
dan swasta. Dari setiap sekolah diambil sekitar 40 siswa yang akan dijadikan subjek penelitian, sehingga total subjek penelitian secara
keseluruhan ialah sekitar 240. Karakteristik sampel dalam penelitian ini ialah subjek yang merupakan siswa pada rentang usia 16-18 tahun yakni
siswa SMA kelas XI dan XI.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan
kuantitatif yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal angka yang diolah dengan metoda statistika. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji
teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel Noor,
2013: 38. Jenis penelitian ini juga termasuk dalam penelitian inferensial,
dimana kedalaman analisisnya dilakukan dengan menganalisis hubungan antarvariabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian kesimpulan
penelitian jauh melampaui sajian data kuantitatif saja Azwar, 2012: 6. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional. Metode korelasional adalah metode yang melibatkan
Daisy Mia Arifin, 2014 Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih Sukardi, 2004: 166.
Metode korelasional bertujuan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan besar kecilnya hubungan antar kedua
variabel. Pada penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel sensation seeking trait dan perilaku
seksual.
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata Noor,
2013: 47. Secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dan penelitian. Ada juga yang
menganggap veriabel sebagai gejala yang bervariasi Kerlinger Lee, 2000, dalam Setyosari, 2012: 126 Dalam peneltian ini terdapat dua
variabel yang akan diteliti yaitu variabel sensation seeking trait variabel X
1
dan variabel perilaku seksual variabel X
2
.
2. Definisi Operasional
a. Definisi operasional sensation seeking trait
Sensation seeking trait dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu sifat yang ditentukan oleh kebutuhan pada remaja akhir siswa SMA kelas
XI dan XII di kota Bandung akan perubahan dan pengalaman yang baru, dimana hal tersebut dapat dicapai dengan mengambil risiko yang bersifat
baik berupa fisik, finansial, maupun sosial. Sensation seeking trait dalam penelitian ini bertolak ukur pada
empat dimensi, yaitu sebagai berikut: 1
Thrill and Adventure Seeking maksudnya adalah seberapa besar kebutuhan seorang remaja untuk ikut serta dalam melakukan
Daisy Mia Arifin, 2014 Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
aktivitas berisiko atau berbahaya seperti olahraga yang memiliki kecepatan tinggi dan berbahaya.
2 Experience Seeking maksudnya adalah seberapa besar kebutuhan
seorang remaja untuk mendapatkan dan mengalami pengalaman- pengalaman baru dan menyenangkan. Misalnya melakukan
perjalanan jauh ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi atau diketahui oleh orang lain.
3 Disinhibition maksudnya adalah seberapa besar keinginan atau
hasrat seorang remaja untuk melakukan kegiatan –kegiatan yang
mengandung resiko sosial maupun resiko terhadap kesehatannya seperti mengkonsumsi minuman keras atau perilaku seksual, dan
hal lainnya yang bertentangan dengan norma yang berlaku. 4
Boredom Susceptibility maksudnya adalah seberapa besar kemampuan seorang remaja untuk menolerir tehadap aktivitas
yang berulang dan rutin. Misalnya seorang remaja mampu bertahan dalam melakukan aktivitas yang sama setiap harinya.
Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat sensation seeking trait pada remaja. Sebaliknya, semakin
rendah skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat sensation seeking trait pada remaja.
b. Definisi Operasional Perilaku Seksual Perilaku seksual dalam penelitian ini adalah tingkah laku yang
dilakukan pada hubungan antara remaja laki-laki dan perempuan berupa sentuhan fisik yang mungkin saja tidak disadari oleh remaja tersebut dan
memungkinkan timbulnya orgasme. Jenis sentuhan fisik tersebut adalah: 1
Bersentuhan touching, antara lain berpegangan tangan dan berpelukan.
2 Berciuman kissing, antara lain mulai dari hanya sekedar kecupan
bibir sampai dengan berciuman dengan menggunakan lidah.