Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, melalui penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembinaan dilakukan terhadap Narapidana TNI oleh Masmil-Masmil yang ada di seluruh wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari Masmil Medan; Cimahi; Surabaya; dan Makassar, dilakukan dengan berpedoman pada Skep Panglima TNI Nomor Skep792XII1997 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer, mencakup pembinaan mental rohani, tradisi, kejuangan, ideologi, penyuluhan hukum, pembinaan intelektual doktrin- doktrin TNI, keprajuritan, dan bidang hukum, pembinaan kesehatan dan kesemaptaan, pembinaan keterampilan, termasuk pula pengamanan, administrasi, keahlian, pertukangan, pembinaan moral, berdisiplin, kepemimpinan, dan pelaksanaan rehabilitasi lainnya dilakukan sebagai suatu upaya atau kegiatan dalam rangka mengembalikan suatu keadaan Narapidana TNI yang tidak baik kepada kondisi yang baik sehingga pelaksanaannya mengarah kepada konsep pembinaan bukan konsep kepenjaraan yang disebut dalam Pasal 256 ayat 1 UU No.31 Tahun 1997 yang masih menggunakan konsep kepenjaraan yang pada prinsipnya tidak mencerminkan maksud pembinaan. Skep Panglima TNI Nomor Universitas Sumatera Utara Skep792XII1997 merupakan penundukan terhadap UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 2. Pembinaan terhadap Narapidana TNI di Masmil Medan dilakukan dengan tidak menganut sistem kepenjaraan walaupun Masmil Medan hanya berpedoman kepada Skep Panglima TNI Nomor Skep792XII1997 karena belum adanya undang-undang khusus. Namun secara teknisnya Kamasmil Medan mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan Prosedur Tetap Protap berkaitan dengan peraturan dan tata tertib pembinaan layaknya pembinaan yang diterapkan di dalam Lapas Umum. Walaupun demikian, pembinaan narapidana TNI di Masmil Medan tetap menjunjung tinggi dan tanpa mengabaikan asas kepentingan komando dan kepentingan militer. 3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan Narapidana TNI di Masmil Medan terakit dengan peraturan perundang-undangan yang belum memadai, pola pembinaan masih belum terprogram dan terpadu, kurangnya kuantitas dan kualitas personil, sarana dan parasarana belum memenuhi stándar Masmil, masih adanya Narapidana TNI yang menjalani pidananya di luar Masmil yakni di Staltahmil Pomdam I Bukit Barisan, masih belum optimalnya koordinasi antara Hakim Wasmat, Odmil, Dansatun dengan keluarga Narapidana TNI disebabkan belum adanya pedoman dalam bentuk undang-undang khusus masih berpedoman kepada protap-protap yang ada, termasuk keterbatasan dukungan anggaran dalam pelaksanaan pembinaan. Universitas Sumatera Utara

B. Saran