b. Perusahaan Bongkar Muat mengajukan perminataan pada Koperasi TKBM
dengan menyebutkan jumlah permintaan TKBM, nama kapal, tanggal pengguna, shift kerja yang dibutuhkan, dan jumlah TKBM yang dibutuhkan.
c. Koperasi mengeluarkan Surat Permintaan Kerja SKP pada regu kerja yang
isinya member perintah kepada regu kerja bongkar muat untuk melakukan pekerjaannya.
d. Sampai dilokasi kerja operasional pindah tugas ke Perusahaan Bongkar Muat,
yang menugaskan supervise Perusahaan Bongkar Muat.
D. Penyelanggaraan Kegiatan Pengangkutan Barang Melalui Laut
Dengan adanya perjanjian pengangkutan yang dibuat dan mengikat para pihak dan tercipta hubungan hak dan kewajiban antara para pihak yang harus direalisasikan
melalui proses penyelengggaraan pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Proses penyelenggaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan pemuatan
penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau barang ke tempat tujuan yang telah disepakati, dan penurunan penumpang atau
pembongkaran barang ditempat tujuan.
42
Penyelenggaraan Pengangkutan pada umumnya meliputi lima tahap kegiatan yaitu :
43
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini, penumpang atau pengirim mengurus penyelesaian biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan serta dokumen doumen lain yang
42
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, Halaman 197
43
Ibid, halaman 198
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Pengangkut menyediakan alat pengangkutan pada hari, tanggal dan waktu yang telah disepakati berdasarkan dokumen pengangkutan yang
diterbitkan. b.
Tahap Muatan Pada tahap ini, penumpang yang sudah meiliki tiket dapat naik dan masuk kea
lat pengangkut yang telah disediakan atau pengirim menyerahkan barang kepada perusahaan bongkar muat untuk dimuat kedalam alat pengangkut.
c. Tahap Pengangkutan
Pada tahap ini pengangkut menyelenggarakan pengangkutan, yaitu kegiatan memindahkan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat
tujuan dengan mengguankan alat pengangkut yaitu sesuai dengan perjanjian pengangkutan.
d. Tahap penurunan pembongkaran
Pada tahap penurunanpembongkaran ini, pada penumpang diturunka dari alat pengangkutan dan pada pengangkutan barang, pengangkut menyerahkan
barang kepada penerima dan kemudian penerima menyerahkan pembongkaran barangnya kepadaperusahaan bongkar muat dan meletakan barang pada
tempat yang telah disepakati. e.
Tahap penyelasaian pada tahap ini, pihak pihak menyelesaikan persoalan yang terjadi selama atau
sebagai akibat dari pengangkutan. Pengangkut menerima biya pengangkutan dan biaya biaya lainnya dari penerima barang apabila belum dibayar oleh
pengirim. Pengangkut menyelesaikan semua klaim ganti kerugian yang menjadi tanggungjawabnya sebagai akibat dari pengangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyelenggaraan pengangkutan barang melalui laut, setelah terjadi kesepakatan antara pengirim untuk melakukan pengangkutan, hal yang dilakukan
selanjutnya adalah melakukan pembayaran biaya pengangkutan. Kemudian pengangkut menyediakan kapal di Pelabuhan pemberangkatan sesuai dengan jadwal
yang ditetapkan. Kapal sebagai alat pengangkutan yang disediakan oleh pengangkut harus memenuhi syarat keselamatan agar dapat sampai di tempat tujuan dengan
selamat.
44
Kemudian, pengirim yang telah menyerahkan barang kepada pengangkut ke atas kapal menerima surat tanda terima mate’s receipt yang merupakan tanda bukti
bahwa barang telah dimuat dalam kapal. Jika pengirim menghendaki konosemen, pengirim dapat menukarkan surat tanda terima tersebut dengan konosemen yang
diterbitkan pengangkut. Menurut Pasal 126 Undang undang no. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,
keselamatan kapal ditentukan dengan melalui pemeriksaan dan pengujian, dan diberi sertifikat keselamatan kapal.
45
Setelah proses pemuatan selesai, pengangkut atau nakhoda yang mewakilinya menyiapkan keberangkatan kapal sesuai dengan jadwal yang disepakati. Untuk
keberangkatan kapal, nakhoda harus mengurus dan memperoleh izin berlayar dari Syahbandar pelabuhan. Berdasarkan Pasal 219 Undang Undang No.17 tahun 2008
tentang Pelayaran, bahwa setiap kapal yang hendak berlayar harus memiliki Surat Persetujuan Berlayat yang dikeluarkan oleh Syahbandar pelabuhan setempat dan
44
Ibid, halaman 210
45
Pasal 504, Kitab Undang Undang Hukum Dagang
Universitas Sumatera Utara
persetujuan ini tidak berlaku apabila lebih dari 24 jam dari persetujuan kapal tidak bertolak dari pelabuhan.
Untuk kelancaran dan keselamatan pengangkutan melalui laut, Menurut Undang Undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran menyatakan bahwa nakhoda
adalah merupakan pimpinan diatas kapal yang mewakili wewenang penegakan hukum dan bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal, pelayaran
dan barang muatan. nakhoda wajib memenuhi persyaratan pelatihan, pendidikan, kemampuan dan keterampilan serta kesehatan. Nakhoda juga demi melakukan
tindakan penyelamatan berhak untuk menyimpang dari rute yang telah ditetapkan dan nakhoda berhak untuk melakukan tindakan yang diperlukan
Selama dalam pelayaran, nakhoda sebagai pemimpin kapal wajib berada dikapal kecuali keadaaan yang sangat memaksa yaitu situasi darurat yang mengancam
jiwa dan keselamatan nahkoda. Dalam kecelakaan kapal, nakhoda sebagai pemimpin kapal merupakan orang terakhir yang meninggalkan kapal.
46
Tanggung jawab pengangkut atau nakhoda yang mewakilinya berlangsung sejak barang diterima oleh pengangkut dan berakhir pada saat penyerahan kepada
penerima.Berdasarkan Pasal 1 huruf e The Huges Rules 1924 menyatakan bahwa pengangkutan barang dimulai dalam jangka waktu sejak saat barang dimuat di atas
kapal sampai dengan saat barang dibongkar dari kapal.
47
46
Abdulkadir Muhammad, op-cit, halaman 211-212
47
Ibid.
Dengan demikian, tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan barang dimulai dari proses pemuatan barang
yang dilakukan di pelabuhan muat hingga barang dbongkar dari kapal di pelabuhan pembongkaran.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui laut timbul kerugian akibat pengoperasian kapal berupa:
a. Kematian atau lukanya penumpang
b. Musnah, hilang atau rusaknya barang muatan
c. Keterlambatan pengangkutan penumpang dan atau barang
d. Kerugian pihak ketiga
Perusahaan pengangkutan bertanggung jawab atas semua kerugian tersebut,namun apabila perusahaan pengangkutan dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan
disebabkan oleh kesalahannya, perusahaan pengangkutan dapat dibebaskan sebagian atau seluruh dari tanggung jawabnya.
48
Setelah kapal tiba di pelabuhan tujuan, pengangkut menyerahkan barang kepada penerima. Penerima disini adalah pemegang terakhir konosemen. Setiap
penerima yang sudah menerrima barang wajib menyerahkan kembali konosemen yang dipegangnya kepada pengangkut sebagai bukti bahwa pengangkut sudah
memenuhi penyerahan barang. Setelah barang diterima oleh penerima di pelabuhan tujuan, penerima wajib membayar biaya pengangkutan serta biaya yang wajib
dibayar. kewajiban membayar biaya pengangkutan timbul setelah barang diterima dipelabuhan tujuan. Namun pengangkut tidak memiliki hak retensi terhadap barang
muatan yang diangkut. Dengan demikian, setelah penyarahan barang kepada penerima, serta penyelasaian segala hak dan kewajiban dan hak para pihak,
berakhirlah perjanjian pengangkutan barang melalui laut.
49
48
Ibid, halaman 213
49
Ibid, halaman 214-116
Universitas Sumatera Utara
Pada prakteknya, pembayaran uang angkutan dan biaya biaya lainya diatur dalam syarat syarat perjanjian. Yang dimaksud dengan syarat syarat adalah klausul
dalam perjanjian pengangkutan yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian pengangkutan tentang pihak yang akan menanggung biaya pengangkutan atau biaya
biaya lain yang menjadi tanggungan para pihak. Adapun syarat syarat perjanjian tersebut antara lain yaitu :
50
a. Free Along Ship FAS
Pada syarat ini, pengirim barang meletakan barang yang akan dikirim kedermaga disamping kapal yang akan mengangkut barang yang akan
dikirimkan. Jadi pengirim bertanggung jawab atas biaya penggudangan dan biaya pengangkutan barang dari gudang hingga barang berada didermaga
disamping kapal. b.
Free On Board FOB Pada syarat ini, pengirim barang menyerahakn barang di atas kapal yang
berarti bahawa biaya biaya yang telah dikeluarkan hingga barnag berada diatas kapal menjadi tanggung jawab pengirim barang. biaya biaya tersebut
termasuk biaya angkutan ke dermaga tempat kapal bersandar, biaya penggudangan, biaya pemuatan barang serta biaya biaya lainnya.
c. Free In And Out Stowed And Term FIOST
Pada syarat perjanjian ini, pihak pengangkut dibebaskan dari semua biaya pemuatan dan biaya pembongkaran.
d. Free Out FO
50
Hasnil Basri Siregar, Kapita Selekta Hukum Laut Dagang, KelompokStudi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1993
Universitas Sumatera Utara
Bahwa pada perjanjian ini, apabila kapal pengangkut telah sampai di pelabuhan tujuan, maka biaya pembongkaran barang dari palka kapal hingga
barang berada diatas kapal menjadi tanggung jawab pengangkut sedangkan biaya penurunan barang dari atas kapal ke dermaga menjadi tanggung jawab
si penerima. e.
Free In FI Pada syarat ini, bahwa apabila kapal yann ghendak berangkat ke palabuhan
tujuan maka biaya biaya pemuatan barang menjadi tanggung jawab si pengangkut. Sedangkan biaya penggudangan dan muat barang hingga barang
berada diatas kapal menjadi tanggung jawab pihak pengirim barang. f.
Free In and Out FIO Pada syarat ini, biaya penggudangan dan biaya pemuatan barang ke atas kapal
menjadi tanggungan pengirim barang sedangkan biaya pemasukan barang ke palka kapal dan pembongkaran barang dari palka kapal ke atas kapal saat
kapal tiba di pelabuhan tujuan merupakann menjadi tanggung jawab pengangkut. Selanjutnya biaya pembongkaran barang dari atas kapal sampai
ke dermaga merupakan tanggung jawab si penerima barang. g.
Cost, Insurance and Freight CIF Syarat dalam perjanjian ini, bahwa pengirim barang bertanggung jawab atas
semua biaya dan ongkos yang timbul sampai barang yang dimuat sampai di pelabuhan tujuan.dalam hal ini, pengirim menanggung biaya angkutan, premi
asuransi serta ongkos ongkos lain sampia tiba dipelabuhan tujuan. h.
Cost, Insurance, Freight And Commision CIFC
Universitas Sumatera Utara
Pada syarat perjanjian ini sama dengan syarat perjanjian CIF namun dalam perjanjian ini ditambah dengan komisi komisi yang terjadi dalam
pengangkutan. i.
Cost, Insurance, Freight, Comision and Interest CIFCI Syarat perjanjian ini juga sama dengan syarat CIF, syarat CIFC dan pada
syarat CIFCI ini ditambah lagi dengan biaya biaya Interest. j.
Cost, and Freight CF Syarat ini, pada dasrnya sama dengan syarat CIF, hanya saja berbeda pada
biaya premi asuransi yang menjadi tanggung jawab pihak penerima barang. k.
Ex Quay EQ Pada syarat ini, bahwa pihak yang bertanggung jawab atas biaya pengiriman
barng ditentukan pada pelabuhan tempat barang diserah diterimakan, dan untuk mengetahui pihak yang bertanggung jawab atas biaya biaya tersebut,
haruslah dilihat dari klausula dari perjanjian itu. klausula tersebut adalah sebagai berikut :
- Ex quay duty, dimana semua biaya yan timbul dari pengangkutan
sampai tiba di pelabuhan tujuan menjadi tanggung jawab pengirim barang.
- Ex quay duties on buyer’s account, dimana biaua biaya yang timbul
dari pengangkutan sampai tiba dipelabuhan tujuan menjadi tanggung jawab si penerima barang.
l. Ex Works
Universitas Sumatera Utara
syarat perjanjian seperti ini bahwa penerima barng bertanggung jawab atas semua biaya mulai pada saat pengumpulan barang di pabrik pengirim barang
atau dari gudang pengirim. Dalam Undang undang No.17 tahun 2008 tentang pelayaran memuat juga
penerapan dari asas cabotage, yaitu suatu keharusan menggunakan kapal berbendera Indonesia oleh angkutan laut nasional .
51
51
http;www.csmcargo.comcomponentcontentarticle15-artikel-cargo219-asas- cabotage.html, tanggal 10 desember 2011.
Asas cabotage ini terdapat dalam Pasal 8 Undang Undang No.17 tahun 2008 yang mengatur tentang kegiatan angkutan dalam
negeri yang dilakukan perusahaan angkutan laut nasional harus berbendera Indonesia dan diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia. Dalam penjelasan
Undang Undang Pelayaran menyebutkan bahwa asas cabotage dilakukan dengan memberdayakan angkutan laut nasional guna memajukan industri angkutan
diperairan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
RUANG LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN BONGKAR MUAT SEBAGAI BAGIAN DARI SUBJEK HUKUM PENGANGKUTAN
A. Fungsi Perusahaan Bongkar Muat