10
tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita. Apabila ditemukan keluhan klasik DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis, namun apabila tidak ditemukan keluhan klasik DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal PERKENI,
2011. Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui cara pada tabel 1. Tabel 1 Kriteria diagnosis DM
1. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg dL
11,1mmol L. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir Atau
2. Gejala klasik DM+glukosa plasma puasa ≥126 mg dL 7.0
mmol L. Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Atau 3.
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg dL 11,1 mmol L. TTGO yang dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air.
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2, PERKENI 2011
1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Sumber energi bagi tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, terdiri dari
karbohidrat, protein dan lemak.
Universitas Sumatera Utara
11
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian kelambung dan selanjutnya usus. Di dalam saluran pencernaan makanan
diolah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makanan itu, akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh
organ-organ di dalam tubuh sebagai sumber energi. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan energi, zat makanan itu harus masuk terlebih
dahulu kedalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang hasil akhirnya adalah
timbulnya energi, proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan yang sangat penting yaitu
bertugas memasukkan glukosa dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi. Insulin adalah suatu zat atau hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolismekan menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa akan tetap berada dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam
keadaan seperti ini badan akan lemah karena tidak ada sumber energi didalam sel Suyono, 2004.
Universitas Sumatera Utara
12
Pada diabetes melitus tipe I tidak ditemukan insulin karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada
sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA Islet Cell Antibody. Reaksi antigen sel beta dengan
antibodi ICA yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Insulitas bisa disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus
cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain-lain. Umumnya yang diserang pada insulitas itu adalah sel beta, dan biasanya sel alfa dan delta tetap utuh
Suyono, 2004. 1.5
Komplikasi Diabetes Melitus Kondisi kadar gula darah yang tetap tinggi akan menimbulkan
berbagai komplikasi. Komplikasi pada Diabetes Melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut adalah
komplikasi yang muncul secara mendadak yang bisa fatal jika tidak segera ditangani. Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetik, hiperosmolar
non ketotik dan hipoglikemia. Komplikasi kronis adalah komplikasi yang terjadi karena glukosa
darah berada di atas batas normal yang berlangsung selama bertahun- tahun. Komplikasi ini timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui,
tetapi berangsur semakin berat dan membahayakan. Komplikasi kronik meliputi makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati Waspadji dalam
Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati, 2009. Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar makrovaskular seperti jantung, darah
Universitas Sumatera Utara
13
tepi dan otak. Mikroangiopati terjadi pada pembuluh darah kecil mikrovaskular seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal.
2. Ulkus Diabetikum
2.1 Definisi
Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan dan
dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob Tambunan, 2006.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Ulkus diabetikum pada penderita Diabetes melitus menurut Wagner Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati, 2009
ada 6 tingkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi wagner
Tingkat Lesi 1
2
3 4
5 Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit. Ulkus menyebar ke ligament, tendon, sendi, fascia dalam
tanpa adanya abses atau osteomyelitis Ulkus disertai abses, osteomyelitis atau sepsis sendi
Gangrene yang terlokalisir pada ibu jari, bagian depan kaki atau tumit
Gangrene yang membesar meliputi kematian semua jaringan kaki
Universitas Sumatera Utara
14
2.3 Diagnosis Ulkus Diabetikum
Diagnosis ulkus diabetikum meliputi : 1
Pemeriksaan Fisik : Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat lukaulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasirasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
2 Pemeriksaan Penunjang :
X-ray, EMG Electromyographi dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan
menentukan kuman penyebabnya Waspadji, 2006. 2.4
Tanda dan gejala Tanda dan gejala ulkus diabetikum yaitu sering kesemutan, nyeri
kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan nekrosis, penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal, serta kulit kering Misnadiarly, 2006 ; Subekti, 2006.
2.5 Etiologi Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum disebabkan oleh tiga faktor yang sering disebut Trias, yaitu : neuropati, iskemik dan infeksi.
1 Neuropati kerusakan saraf
Komponen saraf yang terlibat adalah saraf sensori dan autonomik dan sistem pergerakan. Kerusakan pada saraf sensori akan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
15
klien akan kehilangan sensasi nyeri dapat sebagian atau keseluruhan pada kaki yang terlibat.
2 Iskemik
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen.
Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau
berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi
nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh
darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan,
rasa tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetikum.
Proses angiopati pada pasien diabetes melitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah
terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetikum.
Universitas Sumatera Utara
16
3 Infeksi
Pada pasien DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan abnormalitas leukosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi
radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk
dimusnahkan. Pada pasien ulkus diabetikum, 50 akan mengalami infeksi akibat
adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetikum yaitu kuman
aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy dan Clostridium septikum.
2.6 Patofisiologi Ulkus Diabetikum