1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan KTSP 2006 mata pelajaran di SD meliputi 9 mata
pelajaran yaitu : Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBK, Penjaskes dan Mulok. Sembilan mata pelajaran tersebut
merupakan satu kesatuan program yang berkaitan dan saling mendukung untuk mencapai tujuan institusi di SD. Bahasa Indonesia merupakan salah satu
mata pelajaran yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan peserta didik. Di samping sebagai bahasa persatuan, bahasa
Indonesia juga sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan KTSP, yaitu 1 berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2
menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
2
persatuan dan bahasa negara; 3 memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5 menikmati dan memanfaatkan
karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan 6 menghargai
dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut salah satunya dapat
melalui pembelajaran apresiasi sastra
.
Santosa 2008:8.8 mengemukakan fungsi pembelajaran sastra kepada anak yaitu sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra
yaitu memberikan banyak informasi tentang suatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi
pendidikan moral pada anak. Sedangkan fungsi hiburan pada sastra yaitu memberi kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan pada diri anak.
Santosa 2008:8.33 juga mengemukakan ada lima manfaat yang dapat diperoleh ketika mengapresiasi sastra, yaitu : 1 estetis, artinya ada keindahan
yang melekat pada sastra; 2 pendidikan, yaitu memberi berbagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan; 3 kepekaan batin atau sosial, yaitu dalam mengapresiasi sastra akan selalu
mengasah batin agar mudah tersentuh oleh hal – hal yang bersifat batiniah ataupun sosial; 4 menambah wawasan, artinya memberi tambahan informasi,
3
pengetahuan, pengalaman hidup, dan pandangan – pandangan tentang kehidupan; 5 pengembangan kejiwaan atau kepribadian yaitu mampu
menghaluskan budi pekerti seorang apresiator. Pembelajaran membaca puisi adalah bagian dari pembelajaran
apresiasi sastra. Sedangkan puisi adalah ungkapan gagasan, perasaan, pengalaman, pemikiran, dan pandangan hidup penulisnya Mulyono, 2002:1.
Pembelajaran puisi belum dilaksanakan secara maksimal, karena sebenarnya pembelajaran puisi merupakan kegiatan pementasan karya seni yang
memerlukan kemampuan khusus. Membaca puisi adalah membaca indah, keindahan membaca puisi dapat dicapai melalui penguasaan vokal,
penghayatan, dan penampilan. Proses belajar mengajar di SD Negeri 03 Ngadirgo Mijen Semarang,
khususnya pada siswa kelas V dalam pembelajaran membaca puisi belum mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal yang
menyebabkan permasalahan itu muncul, antara lain siswa tidak berani tampil dan membaca dengan baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor psikologis,
yaitu merasa asing, merasa malu, merasa takut dan kurang percaya diri. Kegagalan pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas V SD Negeri 03
Ngadirgo Mijen Semarang ini dapat dilihat pada daftar nilai membaca puisi siswa tahun pelajaran 2010 2011. Hasil belajar keterampilan membaca puisi
siswa kelas V pada semester I dari keempat aspek penilaian yaitu lafal, intonasi, jeda, dan ekspresi masih rendah. Pada aspek lafal nilai maksimal
adalah 15, dari 40 siswa hanya 3 siswa yang mendapat nilai 15. Kemudian
4
pada aspek intonasi nilai maksimal adalah 40, nilai tertinggi yang dicapai siswa yaitu 28. Pada aspek jeda dengan nilai maksimal 35, siswa baru
memperoleh nilai tertinggi 30. Sedangkan pada aspek ekspresi nilai maksimal 10, siswa baru mendapat nilai tertinggi yaitu 7, dengan perolehan nilai rata –
rata setiap siswa yaitu 63,15. Dari jumlah 40 siswa, hanya 10 siswa yang mendapat nilai 65 bahkan lebih, dan 30 siswa lainnya mendapat nilai kurang
dari 65. Hasil tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 65. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa 75 siswa mendapatkan
nilai kurang dari 65 dan dinyatakan belum tuntas sedangkan 25 siswa lainnya mendapat nilai 65 lebih dan dinyatakan tuntas. Sebagai gambaran,
antara lain; mereka membaca sambil tertawa sendiri karena merasa lucu dan aneh, siswa yang merani tampil secara sukarela tidak ada, seandainya ada
yang berani tampil karena terpaksa, akan membaca jauh dari norma membaca puisi yang baik dan suasana kelas sama sekali tidak mendukung.
Untuk meningkatkan aktivitas siswa agar menyukai dan lebih terampil dalam membaca puisi yaitu dapat ditempuh dengan langkah-langkah, seperti
mengajak siswa berdiskusi tentang puisi yang akan dibacakan, siswa bisa melihat langsung cara membaca puisi yang baik misalnya dengan
menggunakan media dalam proses pembelajaran dan dilengkapi pemodelan baik oleh guru ataupun siswa.
Sugandi 2004:30, mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk
membantu menyampaikan pesan pembelajaran. Siddiq 2008:2.17,
5
mengklasifikasikan media pembelajaran ke dalam beberapa bentuk, antara lain : media grafis, media audio, media audio visual, media proyeksi diam, media
proyeksi gerak, media cetak, dan media nyata. Melihat permasalahan tentang kesulitan pembelajaran membaca puisi siswa kelas V SD Negeri 03 Ngadirgo
Mijen Semarang di atas, maka peneliti memilih video pembelajaran sebagai alat untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran membaca puisi siswa kelas
V tersebut. Video pembelajaran merupakan salah satu contoh dari media audio visual. Dengan penggunaan video pembelajaran, penulis berharap dapat
meningkatkan keterampilan membaca puisi siswa kelas V SD Negeri 03 Ngadirgo Mijen Semarang dengan perolehan nilai yang lebih baik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis mencoba untuk menerapkan penggunaan video pembelajaran dalam pembelajaran membaca
puisi, untuk itu penulis mengambil judul “ Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi Siswa Kelas V dengan Menggunakan Video Pembelajaran di
SD Negeri 03 Ngadirgo Mijen Semarang “.
6
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah