perkembangan sosialisasi politik pada fase anak-anak dan fase remaja berikut ini uraiannya.
1. Masa Anak-anak
Sosialiosasi dimulai sejak masa kanak-kanak. Sebelum seorang anak masuk sekolah, keluarga, dalam hal ini orang tua, berperan
sebagai agen utama sosialisasi politik. Dengan masuknya seorang anak ke sekolah, maka yang berperan sebagai agen sosialisasi baginya adalah
keluarga dan sekolah. Sosialisasi politik di kalangan anak-anak pun merupakan upaya untuk membentuk beberapa sikap politik yang
penting. Sekolah dan orang tua mulai mempengaruhi kepekaan anak- anak akan pentingnya politik, kepercayaan mereka bahwa mereka dapat
berpartisipasi dalam politik dan bahwa partisipasi mereka itu dapat membuat suatu perbedaan. Orang tua pun seringkali mengalihkan
identifikasi partai mereka dukungan mereka terhadap suatu politik kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua mereka mendukung
partai yang sama, mereka mungkin mendukung partai itu. Namun sejalan dengan pertambahan usia, identifikasi mereka dengan partai
dukungan orang tua mereka cenderung merosot. Di Amerika Serikat, pengaruh orang tua umumnya lebih kuat di kalangan republikan yang
konservatif daripada di kalangan demokrat yang liberal. Seperti dikemukakan oleh Frederic Koenig, anak-anak konservatif lebih merasa
terpanggil untuk membela tradisi-tradisi warisan generasi-generasi tua
dan memiliki respek yang lebih besar terhadap tokoh pemimpin seperti orang tua.
Anak-anak juga mengembangkan sikap-sikap tertentu terhadap pemerintah pada umumnya, khususnya terhadap para politisi. Dengan
bertambahnya usia, dukungan terhadap sistem politik pun cenderung meningkat. Tetapi kepercayaan terhadap pejabat-pejabat pemerintah
tampaknya merosot. Gejala ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di negara-negara lain.
Easton dan Dennis dalam Rush dan Phillip Althoff, 2000:59- 60 mengemukakan empat tahap perkembangan dalam sosialisasi
politik diri anak-anak, yaitu. a.
Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua, Presiden, dan politisi.
b. Perkembangan perbedaan antara otoritas internal dan
eksternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah. c.
Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti Kongres, mahkamah Agung, dan
pemungutan suara Pemilu. d.
Perkembangan perbedaan antara institusi-institusi politik dan mereka terlibat dalam aktivitas yang disosialisasikan dengan
institusi-institusi ini, sehingga gambaran yang diidealisasikan mengenai pribadi-pribadi khusus seperti presiden atau seorang
anggota kongres telah dialihkan pada kepresidenan dan kongres.
2. Masa Remaja