Tabel 6 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan cakalang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox
Tahun Effort
Std trip
Produksi kg
CPUE kgtrip
Ln CPUE Tgkt. pfn.
Tgkt. upaya tkp. 1997 1.642
3.951.271 2.406
7,79 57
33 1998 1.571
3.981.452 2.534
7,84 57
31 1999 1.727
3.458.841 2.002
7,60 50
35 2000 1.143
3.646.952 3.192
8,07 53
23 2001 1.338
4.489.140 3.356
8,12 65
5027 2002 5.159
5.378.672 1.043
6,95 78
103 2003 6.589
5.371.591 815
6,70 78
132 2004 6.619
5.507.246 832
6,72 80
132 2005 5.624
5.652.474 1.005
6,91 82
112 Jumlah 29.770
37.486.370 14.778
58,9 598
628 Rata-
rata 3.308 4.165.152
1.642 6,55
66 70
Gambar 18 Produksi cakalang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox
5.4.2 Ikan tuna
Berdasarkan hasil analisis, potensi lestari ikan tuna MSY sebesar 8.480.194 kgtahun, dengan upaya tangkap optimum f
opt
sebanyak 3.800 triptahun. Tingkat pemanfaatan selama periode 1997-2005 berkisar 57-114 atau
rata-rata sebesar 79. Pada tahun 1997 tingkat pemanfaatan sebesar 68 dengan upaya tangkap sebesar 39. Tahun 1998 tingkat pemanfaatan sebesar 88 atau
meningkat 20 dari tahun sebelumnya dengan upaya tangkap sebesar 44.
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
7000000 8000000
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
Upaya tangkap trip P
roduk s
i k
g
2004 2003
2005 2002
1999 2001
2000 97,98
MSY = 6.924.616 kg
fopt = 5.000 trip
Periode tiga tahun kemudian tingkat pemanfaatan cenderung menurun yakni 75 pada tahun 1999 menjadi 70 pada tahun 2001, sedangkan upaya tangkap
berkisar 42-47. Pada tahun 2002-2003 tingkat pemanfaatan mengalami peningkatan yang relatif besar yakni berturut-turut 97 dan 114, dengan upaya
tangkap meningkat hingga mencapai 158 pada tahun 2002 dan 138 pada tahun 2003. Tingkat pemanfaatan kembali menurun pada periode 2004-2005 yakni
sebesar 57 dan 69, dengan upaya tangkap tetap meningkat hingga mencapai 246 dan 169 Tabel 7.
Gambar 19 terlihat bahwa perkembangan tingkat pemanfaatan tuna setiap tahun dalam kurun waktu sembilan tahun relatif berfluktuasi. Pada periode 1997-
2001 rata-rata tingkat 75 dengan upaya tangkapn 43. Kondisi ini disebabkan karena pada periode tersebut sebagian besar usaha penangkapan tuna dilakukan
dalam bentuk perikanan industri. Perusahan yang mengoperasikan armada tangkap rawai dalam jumlah yang relatif tidak banyak, dengan jumlah hari melaut
yang lebih lama menyebabkan perhitungan jumlah trip rendah. Periode empat tahun terakhir upaya tangkap mengalami peningkatan yang
relatif tinggi. Tingginya upaya tangkap diduga karena semakin banyaknya kegiatan penangkapan tuna dilakukan oleh nelayan tradisional. Beberapa
perusahaan nasional PT Usaha Mina, PT Ocena Mitra Mas, PT Bayatri, PT Prima Reva beroperasi di perairan Provinsi Maluku Utara menerapkan sistem kemitraan
dengan nelayan lokal. Perusahaan menyediakan BBM dan Es kepada nelayan dan nelayan kembali menjual hasil tangkapan kepada perusahaan tersebut.
Perusahaan juga memberikan kemudahan dengan menyediakan kapal penampung di lokasi yang berdekatan dengan fishing ground, sehingga hasil tangkapan
nelayan langsung dibeli dan ditimbang di atas kapal penampung. Sebagai realisasi dari kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara
yang meletakkan perikanan dan kelautan sebagai leading sector maka dalam periode tersebut Dinas Perikanan dan Kelautan memberikan bantuan kepada
nelayan berupa kapal dan alat tangkap tuna yang disertai dengan pemasangan alat bantu rumpon. Hal ini mendorong nelayan untuk melakukan penangkapan tuna
secara intensif. Kebijakan ini dirasa sangat menggairahkan khususnya bagi nelayan tradisional. Pada sisi yang lain bantuan yang diberikan berupa kapal
penangkapan dengan ukuran yang reatif kecil tidak layak dalam usaha penangkapan tuna yang rata-rata berlokasi di perairan yang relatif dalam. Selain
itu pemasangan alat bantu berupa rumpon yang letaknya berkisar wilayah laut 12 mil juga tidak efektif dalam pemanfaatan tuna laut dalam. Kondisi tersebut
mendorong nelayan untuk tetap mengeksploitasi tuna di wilayah pesisir ±12 mil, yang berarti tekanan penangkapan tuna di wilayah pesisir semakin intensif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap nelayan tuna yang berpangkalan di PPP Tobelo dan PPP Bacan, ternyata sebagian besar kegiatan penangkapan tuna
di wilayah sekitar perairan antar pulau selat. Untuk mengatasi kondisi ini maka perlu dilakukan perubahan teknologi penangkapan agar dapat memanfaatkan ikan
tuna laut dalam secara optimal. Manfaat utama yang diharapkan dari perubahan teknologi tersebut agar dapat mencegah terjadinya tekanan eksploitasi terhadap
ikan tuna yang berlebihan di wilayah perairan sekitar pesisir. Tabel 7 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tuna
periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox
Tahun Effort
Std trip
Produksi kg
CPUE kgtrip
Ln CPUE Tgkt. pfn.
Tgkt. upaya tkp. 1997 152
5.807.900 38.270
10,6 68
39 1998 170
7.496.510 44.224
10,7 88
44 1999 169
6.391.900 37.913
10,5 75
44 2000 160
6.368.200 39.826
10,6 75
42 2001 181
5.923.000 32.648
10,4 70
47 2002 608
8.186.200 13.454
9,5 97
158 2003 522
9.661.670 18.512
9,8 114
136 2004 941
4.824.930 5.130
8,5 57
245 2005 651
5.856.230 9.002
9,1 69
169 Jumlah 3.553
54.708.640 200.710
79,2 714
924 Rata-
rata 395 6.078.738
22.301 8,80
79 103
Gambar 19 Produksi tuna di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox
5.4.3 Ikan tongkol